Mbak Ratna klo gaji temen mbak dah puluhan juta dan ga mungkin minta
bantuan ortu buat ngawasin cucu2nya (karena repot sendiri), gimana klo
dicari orang terdekat/orang kepercayaan (bisa bukan keluarga) yang digaji
(cukup bagus) buat ngawasin kerjanya BS-BS dan pembantu...spt kepala
kerumahtanggaan gitu...jadi tangan kanan.  Mungkin stres karena kurangnya
waktu ngurusin urusan rumah tangga bisa teratasi...Tapiii kalo soal
perhatian/kasih sayang keanak2 tak bisa tergantikan lhooo,temen mbak harus
pintar2 memanfaatkan waktunya yang sangat terbatas untuk menunjukankasih
sayang dan perhatiaan yang besar pada anak-anak.
Maaf kalo kurang membantu

Salam
Elisabeth Yenny Chandra
Product Development
PT. Bogasari Flour Mills-Pasta Division
Jl. Raya Cilincing no. 1 Jakarta Utara
telp. 43920061-2 ext.118


                                                                                
                           
                      Ratna Wulan Sari                                          
                           
                      <[EMAIL PROTECTED]         To:      
balita-anda@balita-anda.com                        
                      o.com.sg>                cc:                              
                           
                                               Subject: [balita-anda] Istri 
(juga ibu) frustasi            
                      07/25/2007 12:54                                          
                           
                      PM                                                        
                           
                      Please respond                                            
                           
                      to balita-anda                                            
                           
                                                                                
                           
                                                                                
                           




Dear rekans BA,
Salah satu sobatku tadi nelpon curhat panjang banget,… singkatnya dia dalam
keadaan frustasi.
Sobatku ini seorang karyawati perusahaan asing, gajinya lumayan besar.
Punya suami yang bekerja di perusahaan konglomerasi dalam negri dengan gaji
1/3 gajinya.
Punya anak balita 2 orang. Suami istri ini berasal dari latar belakang
berbeda. Sobatku anak orang kaya
dan biasa hidup enak. Suaminya anak orang kekurangan yang biasa prihatin.
Singkat cerita awalnya hidup mereka bahagia. Masalah muncul ketika sudah
punya dua orang anak,
Dan anak2nya kurang perhatian karena orang tuanya sibuk bekerja. Biarpun
masing2 anak punya baby sitter dan ada
pembantu lagi dirumah, masalah selalu timbul. Pembantu keluar-masuk. Baby
sitter sudah dicoba dari
pengasuh biasa sampai baby sitter selalu ngga pas. Yang bagus cuma kerja
sebentar keluar karena kawin,
urusan keluarga etc. Alhasil gonta-ganti pengasuh/pembantu sudah biasa.
Yang kasihan anak2 tsb
(2 dan 4 tahun) jadi terlantar dan kurang perhatian. Yang TK jadi nakal dan
kalau ngomong agak kasar, mungkin
karena ibunya ini stress dan jadi suka marah2 setelah memikirkan keadaan
rumah masih memikirkan pekerjaan
di kantor. Juga kurang perhatian karena pengasuhnya bolak-balik ganti.
Yang 2 tahun jadi kurus karena ternyata tidak diurus dengan baik oleh
BS-nya – akhirnya dipecat. Sekarang dalam
keadaan sakit dan sobatku ngga bisa cuti karena dikejar deadline.
Pekerjaannya sangat menyita waktu.
Terpaksa anak-anaknya dititipkan dirumah orangtuanya.Tapi kan tidak bisa
terus-terusan begitu.
Sebenernya sobatku ini ingin resign saja untuk bisa mengurus anak dengan
baik, tapi memikirkan kebutuhan
saat ini yang sangat tinggi rasanya ngga mungkin mengandalkan gaji suaminya
saja. Lagipula sayang
rasanya meninggalkan pekerjaan dengan gaji puluhan juta begitu saja. Yang
bikin sobatku frustasi suaminya
Itu dirasanya ngga mampu untuk menjadi kepala keluarga yang baik alias ngga
bisa menghasilkan dengan layak
untuk standard kehidupannya yang sebenernya tidak mewah tapi tidak
pas-pasan banget. - Sebetulnya sih menurut saya
bukan salah suaminya, tapi memang dia itu jauh lebih pintar dari suaminya
dalam hal mencari uang, jadi sulit kalau
dibandingkan karena kemampuan suaminya memang mentok -. Memikirkan kalau
dia resign berarti anak2nya harus pindah
kerumah yang lebih kecil, mungkin cuma punya pembantu 1 yang berarti selain
mengasuh anak dia harus mengerjakan
pekerjaan rumah tangga yang sebelumnya jarang dikerjakan, mungkin dia
malahan bakal jatuh sakit kecapean, kemungkinan
anaknya ngga bisa les musik dan balet lagi atau beli susu dan buah-buahan
yang selama ini rutin dikonsumsi, dll, bikin
sobatku tambah frustasi.
Saya nulis ini karena rasanya banyak ibu2 BA yang mengalami kejadian yang
mirip, walau mungkin tidak 100% sama
(termasuk saya juga, karir dan anak selalu jadi dilema). Kalau ada yang mau
sharing atau sumbang saran untuk sobatku ini,
kira-kira bagaimana mengatasi masalahnya. Apa memang resign adalah pilihan
terbaik ?

Regards,
ratna


      __________________________________________________________________
Yahoo! Singapore Answers
Real people. Real questions. Real answers. Share what you know at
http://answers.yahoo.com.sg

Kirim email ke