Sebenarnya tergantung kesiapan dari teman mba' misalnya masih ada
ganjalan nantinya ini..itu... berarti temen mba' ndak siap  resign dan
lagian menurut sy sayang juga ya ninggalin kerjaan tsb.
Jk msh bekerja memang membutuhkan tenaga ekstra dan hrs siap lahir batin
n ada kerja sama dari suami jugaa. Seperti pernah d bhs masalah asisten
d milis BA, ada gotong royong lah ...
Mungkin cari rmh yg dekat dgn rmh ortu, nanti khan ortu bisa ngawasi
cucunya.
Atau saran mba' della , d titip k tempat penitipan anak utk sementara
wkt bisa d jalani sambil nunggu asisten yg cocok.

-----Original Message-----
From: Ratna Wulan Sari [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Wednesday, July 25, 2007 12:55 PM
To: balita-anda@balita-anda.com
Subject: [balita-anda] Istri (juga ibu) frustasi

Dear rekans BA,
Salah satu sobatku tadi nelpon curhat panjang banget,... singkatnya dia
dalam keadaan frustasi.
Sobatku ini seorang karyawati perusahaan asing, gajinya lumayan besar. 
Punya suami yang bekerja di perusahaan konglomerasi dalam negri dengan
gaji 1/3 gajinya.
Punya anak balita 2 orang. Suami istri ini berasal dari latar belakang
berbeda. Sobatku anak orang kaya 
dan biasa hidup enak. Suaminya anak orang kekurangan yang biasa
prihatin. 
Singkat cerita awalnya hidup mereka bahagia. Masalah muncul ketika sudah
punya dua orang anak,
Dan anak2nya kurang perhatian karena orang tuanya sibuk bekerja. Biarpun
masing2 anak punya baby sitter dan ada 
pembantu lagi dirumah, masalah selalu timbul. Pembantu keluar-masuk.
Baby sitter sudah dicoba dari
pengasuh biasa sampai baby sitter selalu ngga pas. Yang bagus cuma kerja
sebentar keluar karena kawin,
urusan keluarga etc. Alhasil gonta-ganti pengasuh/pembantu sudah biasa.
Yang kasihan anak2 tsb
(2 dan 4 tahun) jadi terlantar dan kurang perhatian. Yang TK jadi nakal
dan kalau ngomong agak kasar, mungkin
karena ibunya ini stress dan jadi suka marah2 setelah memikirkan keadaan
rumah masih memikirkan pekerjaan 
di kantor. Juga kurang perhatian karena pengasuhnya bolak-balik ganti.
Yang 2 tahun jadi kurus karena ternyata tidak diurus dengan baik oleh
BS-nya - akhirnya dipecat. Sekarang dalam 
keadaan sakit dan sobatku ngga bisa cuti karena dikejar deadline.
Pekerjaannya sangat menyita waktu.
Terpaksa anak-anaknya dititipkan dirumah orangtuanya.Tapi kan tidak bisa
terus-terusan begitu.
Sebenernya sobatku ini ingin resign saja untuk bisa mengurus anak dengan
baik, tapi memikirkan kebutuhan
saat ini yang sangat tinggi rasanya ngga mungkin mengandalkan gaji
suaminya saja. Lagipula sayang
rasanya meninggalkan pekerjaan dengan gaji puluhan juta begitu saja.
Yang bikin sobatku frustasi suaminya
Itu dirasanya ngga mampu untuk menjadi kepala keluarga yang baik alias
ngga bisa menghasilkan dengan layak
untuk standard kehidupannya yang sebenernya tidak mewah tapi tidak
pas-pasan banget. - Sebetulnya sih menurut saya
bukan salah suaminya, tapi memang dia itu jauh lebih pintar dari
suaminya dalam hal mencari uang, jadi sulit kalau
dibandingkan karena kemampuan suaminya memang mentok -. Memikirkan kalau
dia resign berarti anak2nya harus pindah 
kerumah yang lebih kecil, mungkin cuma punya pembantu 1 yang berarti
selain mengasuh anak dia harus mengerjakan 
pekerjaan rumah tangga yang sebelumnya jarang dikerjakan, mungkin dia
malahan bakal jatuh sakit kecapean, kemungkinan 
anaknya ngga bisa les musik dan balet lagi atau beli susu dan
buah-buahan yang selama ini rutin dikonsumsi, dll, bikin 
sobatku tambah frustasi.
Saya nulis ini karena rasanya banyak ibu2 BA yang mengalami kejadian
yang mirip, walau mungkin tidak 100% sama 
(termasuk saya juga, karir dan anak selalu jadi dilema). Kalau ada yang
mau sharing atau sumbang saran untuk sobatku ini, 
kira-kira bagaimana mengatasi masalahnya. Apa memang resign adalah
pilihan terbaik ? 
 
Regards,
ratna


--------------------------------------------------------------
Beli tanaman hias, http://www.toekangkeboen.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
menghubungi admin, email ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke