Dear all, Saya mau sharing pengalaman pribadi saya. Rumah sakit dan dokter "hebat" ternyata TIDAK dapat dianggap mengerti permasalahan kesehatan.
Banyak pengalaman kita petik berkaitan dengan pengobatan yang diberikan oleh rumah sakit dan dokter yang tergolong "hebat". Kematian pada akhirnya akan menjadi satu suratan takdir, yang oleh kalangan kedokteran dan kita semua dijustifikasi sebagai sebuah kehendakNYA. Mengatasnamakan Sang Pencipta HANYA untuk membenarkan tindakan mereka. Ini kisah nyata, walaupun saya telah memberikan semua yang terbaik bagi anak laki2 saya, pada akhirnya dia harus menghadap juga kepada NYA. Hanya 19 bulan saya bersamanya, disaat suami sedang menempuh pendidikan lanjutannya di USA saya dihadapkan pada kenyataan bahwa terdapat gangguan kesehatan pada anak lk2 saya. Menginjak usia 1 tahun, tampaklah gejala penurunan kesehatan yang tiba2 diawali dengan panas tubuh yang selalu "tinggi" (38'C). Sejak itulah dokter dan rumah sakit menjadi langganan tetap saya dan anak saya. Dengan harapan mendapatkan pengobatan yang terbaik, saya memutuskan untuk memilih rumah sakit yang tergolong terbaik di jakarta. Pikiran sederhana saya: Rumah Sakit yang tergolong baik tentu pelayanannya juga baik, saya pilih dokter yang tergolong baik juga, obat2 yang terbaik juga selalu saya pesan kepada dokter, dan tidak ketinggalan ruang perawatan dan fasilitas terbaik dirumah sakit selalu menjadi sasaran saya. Terhitung, 4 rumah sakit saya membawa anak saya dirawat dengan rekomendasi dokter juga (yang kebetulan bekerja di beberapa rumah sakit tersebut), tim dokter yang tergolong ahli2 dibidangnya, serta fasilitas yang paling baik yang saya minta kepada rumah sakit. Suami hanya pegawai negeri yang kebetulan bekerja saat menempuh pendidikan lanjutannya, saya sendiri total ibu rumah tangga. Tapi buat anak pertama kami, semua kami lakukan tanpa kompromi. Apa yang terjadi? Suhu badan tetap tidak teratasi (kisaran 38' C atau 40'C), seluruh test yang canggih2 dilakukan (atas permintaan dokter, dan berulang2), dan semua hal yang membuat saya dan suami "terkuras" kami lakukan dalam kurun waktu hampir 1/2 tahun masa pengobatan. Hasilnya: Penyakit tidak diketemukan...semua normal. Akhir cerita: Suatu pagi, setelah seminggu keluar dari perawatan rumah sakit (dirawat 2 minggu) terakhir, pangeran kecilku tercinta tiba2 mengalami sesak napas. Saya bawa ke rumah sakit terdekat, dalam perjalanan ke rumah sakit kami menghubungi dokter yang menanganinya terakhir untuk mempersiapkan segala sesuatunya di rumah sakit dimana dia praktek dan pangeranku sedang dalam kondisi kritis, saya memerlukan pertolongan darurat sementara (oksigen dll) di rumah sakit terdekat sebelum dibawa dengan ambulan dan alat2 emergency ke rumah sakit yang saya inginkan tersebut. Di rumah sakit terdekat: Masuk UGD, permintaan saya DITOLAK untuk membawa anak saya ke rumah sakit yang sudah saya persiapkan sebelumnya. Alasannya, mereka bisa menangani. Bahkan permintaan ambulan serta bantuan untuk membawa anak ke rumah sakit lain tidak dihiraukan. Dalam keadaan panik, saya hanya bisa pasrah. Tidak tertangani di UGD, anak saya dibawa ke ruang ICCU, barulah datang dokter yang sejak tadi dicari2 oleh para perawat. Hampir 1 jam anak saya di "tangani", sampai pada akhirnya dokter dan perawat menyatakan bahwa anak saya bisa dibawa ke rumah sakit yang saya inginkan sejak awal... Saat supir ambulan datang ke pintu ICCU lengkap dengan peralatannya...pangeranku pergi untuk selamanya. Innalillahi wainnailaihi rajiun...kepergiannya tampak nyata dimata suami saya (yang belum sempat lama menimang putra pertamanya karena harus pergi jauh). Sekarang pangeranku telah tenang disiNYA, adiknya yang lahir 1 tahun setelah kepergiannya menjadi pengisi kebahagian kami. Saat putri kedua kami ini mengalami gejala yang sama, kesalahan yang sama hampir kami alami. Panas, dirawat di rumah sakit selama 2 minggu dengan perlakuan yang sama dengan kakaknya dulu (tampaknya kami belum kapok...atau bodoh??), dokter lain yang kebetulan direktur rumah sakit tersebut (RS nya juga top banget...) merawatnya langsung. Tidak mengalami kemajuan... Karena tidak ada kemajuan, kami putus kan untuk membawanya pulang. Sampailah kami pada masa pencarian dokter yang tepat. Alhamdulillah...saat ini putriku telah mendapatkan dokter yang tepat, dokter senior. Yang pada pertemuan pertama mengatakan: "itu lah dokter2 sekarang, kalau tidak sanggup terus dijadikan percobaan...saya prihatin." Ini dikatakan langsung setelah kami ceritakan bahwa sebelumnya putri kami telah dirawat oleh dokter tertentu di sebuah RS, yang ternyata pemberian obat dilakukan secara salah, baik dosis dan jenis!! Sekarang tangis akibat ditinggal putra tercinta telah sirna...kepedihan tetap terasa. Bila mengingat perlakuan rumah sakit dan dokter2 itu terhadap putra saya, rasanya ingin berontak. Hati nurani sudah tidak ada lagi disana... Maaf...saya pedih sekali. Salam hangat. Bunda Lestari. __________________________________ Do you Yahoo!? Yahoo! Small Business $15K Web Design Giveaway http://promotions.yahoo.com/design_giveaway/ --------------------------------------------------------------------- >> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/ >> Info balita, http://www.balita-anda.com >> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]