Dear Moms & Dads, Hati saya selalu menjerit kalo denger cerita2 begini... gemes..marah...sedih.....campur aduk deh saya ga tau lagi musti gimana menghadapi rs2 kita / dokter2 kita yang ga berhati itu.... memang posisi kita lemah sekali di bidang pelayanan kesehatan... makanya saya jadi bertanya..apakah ada lembaga yang care dengan masalah2 yang kita hadapi seperti ini?...
Kita ga bisa biarkan tuh rs2 and dokter2 merenggut nyawa orang2 yang kita cintai dengan seenaknya ... tapi gimana ya caranya?.... Mungkin Moms & Dads punya ide?... apa kita perlu buat yayasan perlindungan konsumen khusus di bidang pelayanan kesehatan?.. seperti YLKI misalnya, terus terang menurut saya mereka belum dapat bantu dalam hal ini... perlu ada yang khusus menangani masalah2 spt. ini. Seperti kita tahu, selama ini sudah banyak juga kasus malpraktek baik oleh institusi rs maupun dokter yang akhirnya membawa kepedihan yang luar biasa bagi keluarga yang ditinggalkan..... (mohon maaf u/ Netters yang berprofesi dokter atau sejenis)... dan ini tidak bisa dibiarkan saja..... Kalau ada Moms & Dads yang tertarik, boleh juga kita pikirkan dan diskusikan lebih dalam lagi mengenai ini... Saya benar2 sudah ga kuat melihat pola laku institusi rs dan dokter2 kita ini... Mamanya Angel ----- Original Message ----- From: "Angina's Mom" <[EMAIL PROTECTED]> To: "Gian Subagiana" <[EMAIL PROTECTED]> Sent: Tuesday, April 06, 2004 3:14 PM Subject: Re[2]: [balita-anda] And he was gone... > Pak Gian, > > saya ikut senang klo Farel bisa sembuh dan sehat sampai sekarang. puji > Tuhan banget deh. kadang saya juga suka kesel klo denger kejadian2 > kayak gini. kebetulan kakak saya dokter dan ada jg yg bidan, klo > denger cerita2 gini selalu saya limpahin ke mereka uneg2nya. yahh > mereka paling cuman bilang, ahh biasa itu sih. dokter2 sekarang lebih > ngejar materi daripada rasa kemanusiaan. kemanusiaanya itu no sekian, > bukan first thing first lagi. jadinya mereka suka anggap enteng nyawa > orang. mudah2an kakak saya ga kayak gitu yah. as long sih yg saya tau > dia ga gitu. yg bidan bahkan sering memberi gratisan pada orang2 kurang > mampu yg ngelahirin ditempatnya. > > mo sharing ttg salah satu RS di Tangerang jg. kira2 1 bln yg lalu, > salah satu karyawan di pers tempat saya bekerja, ada yg kehilangan babynya. > umur babynya 5 bln. awalnya badanya panas, dan di opname di RS tsb, > masup ICU dan ga boleh di pegang dulu. klo mo jenguk hanya dari luar, > lewat kaca jendela. tiap hari si ibu jenguk anaknya, udah 3 hari di rawat. > dan pada hari ke 4 spt biasa dia jenguk anaknya. > > sebelum liat anaknya, dia nemuin dokter yg menangani anaknya tsb. > si ibu tanya: "dok, gimana anak saya? dokternya jawab:"anak ibu baik2 saja. > abis omong gitu ama dokternya baru deh dia liat anaknya. alangkah > terkejutnya, waktu dia liat anaknya dari kaca jendela, badanya udah > membiru dan udah kaku. ga tau, udah berapa lama meninggalnya. si ibu > langsung histeris, teriak2 "DOKTERR.. ANAK SAYA KENAPA????? baru deh > perawat dan dokternya itu berdatangan untuk memberikan pertolongan. > spt biasa mereka sok sibuk, neken2 dada si anak pake tangan, untuk > merangsang napasnya dan bla bla. si ibu anak ini teriak sama > dokternya: "DOKTER, NGAPAIN ANAK SAYA DIGITUIN LAGI. MO DIAPAIN JUGA > GA BAKAl BISA, ANAK SAYA UDAH MATIIII. KENAPA GA ADA YG TAU ANAK SAYA > MATI, KENAPA ANAK SAYA BISA BEGINI?? KATANYA BAEK2 AJA??? > si ibu ini jadi stress banget, suaminya malah langsung pingsan. > dan yg lebih menyedihkan, mereka tetep harus bayar semua biaya selama > 4 hari, sebesar 7 jutaan. klo ga bayar mereka ga di izinkan utk > membawa mayat anaknya. tega banget mereka itu, kemana rasa > kemanusiaanya?? orang udah jatoh ditiban tangga pula. akhirnya setelah > mereka lunasin biaya RS baru mereka boleh bawa pulang anaknya. hiks.. > > ps: pak Gian, DSA senior yg di RS HUSADA INSANI siapa namanya? kakak > saya praktek di RS tersebut (dokter tetap) dan di RS Honoris (honorer), > saya mo tanya dia sapa tau kenal, for my reference. > > -- > Best regards, > Angina's Mom mailto:[EMAIL PROTECTED] > http://www.tristania-angina.com/ > > > > > Tuesday, April 6, 2004, 2:19:40 PM, you wrote: > > GS> Ikut Prihatin atas musibah yang dialami Ibu dan keluarga. > GS> Saya punya pengalaman yang mirip, cuma bedanya anak saya ini bisa selamat > GS> dan hidup "sehat" sampai sekarang. Saya mau sharing pengalaman dengan Ibu > GS> dan Bapak, mudah-2an ada gunanya. > > GS> Ceritanya agak panjang, mudah-2 an ga membosankan. > GS> Saya selalu bersyukur bahwa anak saya ini bisa hidup dengan sehat sampai > GS> sekarang. Dulu saat usia nya kurang dari 1 bulan, saya sampai menangis (ini > GS> tangisan kedua saya saat dewasa, yg pertama saat bapak meninggal), dan saya > GS> sudah berfikir tentang kematiannya (belakangan saya tahu istri saya pun > GS> berfikir demikian). > > GS> Anak saya lahir di rumah sakit di kota Tangerang dengan berat 2.3 kg. > GS> Beberapa hari setelah lahir, saya lihat memang nafasnya agak tersengal-2, > GS> namun saya pikir waktu itu disebabkan karena berat badannya dibawah normal. > GS> Satu minggu setelah anak saya dirumah, saya kontrol seperti biasanya ke > GS> dokter anak yg merawat anak waktu lahir, saya sempet menanyakan masalah > GS> nafasnya dan berat badannya yang tidak naik. Jawabnya sih malah membesarkan > GS> hati: TIDAK ADA KELAINAN DI SYSTEM PERNAFASAN DAN KARENA LAHIR BERAT > GS> BADANNYA KECIL, MASIH UNTUNG KALO BERAT BADANNYA TIDAK TURUN (??). > GS> Pada usia 2 minggu, kami sudah tak tahan melihat penderitaan anak saya, > GS> saya coba ke RS tempat anak saya lahir dan diperiksa oleh dokter jaga, > GS> lagi-2 dibilang normal dan hanya dibersihkan hidungnya. > > GS> Dua hari kemudian, saya periksa ke dokter SA lain tetangga saya, dan > GS> jawabannya adalah sangat mengagetkan. Saya tidak boleh menunda lagi harus > GS> segera masuk Rumah Sakit karena ada gangguan di > GS> pernafasan akibat infeksi darah dan kalau ditunda bisa tidak tertolong. > GS> Saat itu juga, dengan bercelana pendek, saya dan istri langsung ke RS tempat > GS> tetangga saya praktek (salah satu RS "terbaik" di Tangerang, bukan tempat > GS> anak sanak saya lahir) dan saya minta semua pelayanan terbaik (VIP) untuk > GS> anak saya karena saya khawatir ini adalah akhir dari hidup anak saya. Sempat > GS> dokter ruangan yang memeriksa bilang bahwa nafas anak saya sudah tidak ada, > GS> namun kemudian ada lagi. > > GS> Satu minggu di RS, mendingan lah anak saya boleh pulang. Dua hari di rumah > GS> ternyata nafasnya tersengal2 lagi, lalu ada family merekomendasikan DSA > GS> senior yang prakteknya di RS kecil, lalu saya bawa kesana (Klinik Keluarga > GS> Ibu di Tangerang). Dengan menunjukan hasil RONTGEN terakhir anak saya dari > GS> tempat perawatan sebelumnya, DSA tersebut langsung ambil kesimpulan bahwa > GS> anak saya menderita radang paru-2 yang parah, dan banyak DAHAK diparu-2 nya, > GS> dan lagi-2 saya tidak boleh membawa anak saya pulang. dan saat itu juga anak > GS> saya harus dibawa ke RS USADA INSANI (tempat DSA senior ini praktek juga). > GS> Disini pun saya minta perawatan kelasa VIP karena ketakutan bahwa terjadi > GS> hal-2 yang tidak diinginkan. Tapi ternyata saya hanya diizinkan memakai VIP > GS> hanya satu malam, besoknya saya disarankan untuk pindah ke kelas II dengan > GS> alasan tidak ada bedanya kelas VIP dan kelas II untuk pasien bayi, dan malah > GS> lebih murah. Alhasil biaya satu bulan di RS ini lebih kecil dibandingkan > GS> satu minggu di RS sebelumnya. > GS> Satu bulan dirawat, Farel (itu nama anak saya) dinyatakan sembuh dan boleh > GS> pulang dengan catatan setiap 2 minggu kontrol selama 6 bulan. > > GS> Memang ada pengaruhnya dari penyakit yang dia derita, yang terlambat di > GS> tangani. Karena saat baru lahir, supply Oksigen ke otak sangat diperlukan, > GS> dan saat itu supply nya sangat kurang akibat infeksi darah dan radang > GS> paru-2, makan dia mengalami beberapa keterlambatan yang ditangani dengan > GS> beberapa terapi. Farel baru lancar berjalan usia 25 bulan, dan dia pun harus > GS> mengikuti beberapa terapi untuk mengejar ketertinggalannya. Alhamdulilah, > GS> satu bulan yang lalu, tim dokter dari KKTK RS Harapan Kita sudah menyatakan > GS> bahwa kecerdasan Farel sudah sesuai dengan usianya. Alhamdulilah sekarang > GS> Farel sudah 4 tahun dan sehat, rencananya tahun ini di akan masuk TK setelah > GS> setahun lalu dia sekolah Play group. > > GS> Pesan moral yang saya dapat: > GS> 1. Jangan terlalu percaya sama omongan dokter yang selalu membesarkan > GS> hati. Justru kita harus lebih menghargai ucapan dokter yang buruk-2 sehingga > GS> kita bisa lebih waspada. > GS> 2. RS kelas atas yang bayaran mahal, belum tentu pelayanannya lebih baik > GS> dari RS kecil yang bayarannya murah. > GS> 3. Kita harus berani memutuskan dengan cepat untuk berganti dokter bila > GS> kita tidak puas dengan penanganan dokter kita. Karena, maaf, untuk seorang > GS> dokter nyawa satu orang tidak lebih hanya sekedar nyawa. Bila dia gagal > GS> menyelamatkan nyawa anak kita karena kelalaiannya, dia akan menebusnya > GS> dengan menyelamatkan nyawa anak lain, kegagalan menyelamatkan anak kita akan > GS> dia ambil sebagai pengalaman buruk untuk tidak dia ulangi dimasa datang. > GS> Sedang bagi orang tua nyawa anak kita adalah sebagian dari nyawa kita > GS> sendiri. > > GS> Salam, > > GS> Gian Subagiana > GS> Papa KIKI (laki-2, 6 tahun), Farel (laki-2, 4 tahun) > > > --------------------------------------------------------------------- > >> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/ > >> Info balita, http://www.balita-anda.com > >> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] > --------------------------------------------------------------------- >> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/ >> Info balita, http://www.balita-anda.com >> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]