Postingan blog! Mantabh :D Jadi cinta maki product dalam negeri daeng? *lirik sigy* :))
http://baidoeri.com | Y!M: diamondkoe | twitter: @ntans | plurk: @ntan | koprol: @ntan | 4sq: @ntan | FB: /ntantintoon -----Original Message----- From: "MRD Marowa" <mar...@gmail.com> Sender: blogger_makassar@yahoogroups.com Date: Sat, 3 Jul 2010 06:41:02 To: <blogger_makassar@yahoogroups.com> Reply-To: blogger_makassar@yahoogroups.com Subject: Re: [blogger_makassar] Netbook Harga Rp 1 Jutaan, Ternyata Ada dan Buatan Indonesia ! Hehehehe jadi rame yah. Yang saya tidak suka, kita lebih membangga2kan produk asing. Kita banyakan pede kalau menggunakan produk luar negeri, mahalnya minta ampun sekalipun. Dan ini bukan mutlak terkait kwalitas doang. Kita kurang mampu menghargai hasil karya kita sendiri. Padahal sebetulnya kita dah banyak yg bisa. Kita aja gak bisa mwenghargai hasil karya kita, gimana org lain. Makanya saya sangat setuju dgn anjuran Pak JK dulu untuk menggunakan produk dlm negeri, misalnya sepatu. Tp kenyataannya, para pejabat aja berlomba2 ke luar negeri beli produk luar krn masalah gengsi. Jadi jangan heran kalo ada pejabat Indonesia ke Eropa misalnya, akan berburu sepatu Bally, tas channel misanya walau harganya di luar nalar. Tatkala berada di ngeri sendiri, memakai produk luar itu, seakan strata sosialnya terangkat 2-3 tingkat, lalu dgn bangga, 'ini saya beli langsung di Paris". Bandingkan misalnya dgn warga Jepang yg justru bisa membusungkan dada bila sanggup memakai produk dlm negeri mereka yg jauh lebih mahal dr produk import. Gak usah jauh2, beras atau daging aja, sanfat besar gengsi buat mereka kalo sanggup memakai produk dlm negeri. Saya melihat itu, karena kita memang ada mental terjajah. Jadi merasa rendah diri dgn produk negeri sendiri. Idan ini dimulai dr tingkat pemerintah. UU yg mengharuskan pekerja asing berstandar gaji jauh di atas SDM lokal, padahal banyak case, tenaga lokal lebih unggul dr ekspatriat tersebut. Disisi lain yg tak kalah memiriskan, banyak perusahaan asing yg mengerut SDA kita menggunakan SDM kita, tp hasilnya banyakan di bawah ke negaranya. Kita bukan tidak bisa, melainkan kebijakan dan politikal will pengelolah negeri ini yg kurang sigap membuat kebijakan untuk keluar dari status kuli di negeri sendiri, bahkan menjadi kuli di negeri org. Ada beberapa contoh, teknologi yg patennya dimiliki oleh anak negeri di pergunakan di industri high technologi asing. Jadi bukan hanya Habibie, di luar itu banyak. Ada yg dipergunakan di Pesawat ulang-alik NASA, industri pesawat Terbang dll. Artinya, kita punya tenaga hali ygf mumpuni. Saya merasa pas2an aja. Tp krn muak dgn hal 'penghambaan' di negeri sendiri pada pihak asing, pernah latah memulangkan warga asing yg seharusnya jadi atasan saya di sebuah prusahaan asing di Jakarta. Dan karena ketidakmauan jadi 'budak' itu, merasa siap beradu ide sama mereka, Tentu dgn kesiapan mental untuk didepak dr perusahaan tersebut krn latah. Tp ujung2nya, malah ditunjuk jadi penasehat di bagian yg sama di kantor pusat di negara pemilik modal. Jadi ekspatriat yg seharusnya jadi atasan saya di Jakarta, malah ujung2nya jadi 'bawahan' saya di kantor pusat di Tokyo. Pun saya dgn pede pernah bilang ke perusahaan mitra luar, mari kita beradu skill, dengan menyodorkan teman2 kantor yg nota bene biasa2 saja. Dan hasilnya mereka salut sama skill tersebut. Lalu mengapa kita tetap memandang rendah diri sendiri, tdk lain hanyalah mental terjajah yg masih tetap bersemayam dlm diri kebanyakan masyarakat kita, termasuk para pejabatnya. Kembali ke masalah produk dlm negeri. Banyak faktor yg membuat mereka tdk bisa bersaing dgn produk asing. Dan yg lebih menonjol adalah kemauan kita untuk memiliki produk tersebut, bukan krn ketidak mampuan kita menghasilkan produk berkwalitas. Dgn kita konsisten memakai produk lokal, dgn sendirinya akan memacu kwalitas produk tersebut. Tp belum apa2 sudah disepelekan, kapan bisa berkembang. Kwalitas rendah biasanya lebih disebabkan oleh kemampuan pengembangan yg kurang, khususnya dr segi finansial. Saya terlalu ngalor-ngidul tidak terfokus, tp intinya 'mari menghargai produk dlm negeri'. Mau itu komponen lokalnya cuman 10%, kalau yg lain 5%, bahkan tdk ada sama sekali, kita anggap saja itu yg 10% sbg produk lokal, dan mari kita mencintainya. Dengan itu, secara otomatis akan memberikan peluang untuk meningkatkan kwalitas, dan prosentase komponen lokalnya. Yahoo Jepang jauh lebih maju dr yahoo.com, bukan dr awal melainkan awalnya berasal dr kebanggaan warga Jepang menggunakan produk lokal mereka. Sedikit intermezzo, Blog engine Catatanku.com(dulu bernama prilog.com) yg hasil karya anak negeri, sudah ada sebelum wordpress dikenal di Indonesia. Saat itu yg sudah mendunia baru blogspot. Seandainya ada dukungan finansial, saya yakin gak bakalan kalah2 banget ama wordpress. Tp kenyataannya sekarang malah bisa dibilang sudah mati. Dari situ saya sempet berandai2, seandainya saya di Jepang misalnya, mungkin nasibnya akan lain. *lapeeeeerrrr......* Xixixixixixixixi™ Piiiiiiiissssss, -DM- Kamus Bhs Daerah: http://kamusitas.com Sent from my BlackBerry® wireless device -----Original Message----- From: Irwin Day <irwin....@gmail.com> Sender: blogger_makassar@yahoogroups.com Date: Sat, 3 Jul 2010 10:41:45 To: <blogger_makassar@yahoogroups.com> Reply-To: blogger_makassar@yahoogroups.com Subject: Re: [blogger_makassar] Netbook Harga Rp 1 Jutaan, Ternyata Ada dan Buatan Indonesia ! Man, sekali lagi sa jelaskan supaya bisa melihat:D jadi dalam sebuah industri perangkat yang benar bagian bagiannya: - design ( board maupun casing ) - komponen - pencetakan board - firmware -design; inilah bagian yang paling penting bahkan kalau mau ukur TKDN, inilah bagian yang paling besar persentasinya *menurut sy tentu* - komponen itu memang bisa dari mana mana, apalagi kalau menunjuk CPU yang hampir semuanya dari US, kalau komponen (itu loh bagian yang kecil kecil di board) dari Indonesia juga ada. - board: ini memang bisa dari mana mana juga tapi paling pas di produksi di negara sendiri jika skala produksinya mencukupi ( kita punya kok industri SMT yang sering terima order dari industri/merek besar) - firmware: ini juga bagian yang paling penting yang menentukan keunggulan sebuah produk, kalo gak percaya liat merek mikrotik dan cisco. perangkatnya (hardware) itu gak seberapa biayanya. menurut penjelasan dari teman teman yang berkutat di Industri ini, gak bakal lebih dari 50% dari harga jual di pasaran. Jadi semua barang yang kita gunakan sekarang (modem, router dst) kalau belinya 1 juta, berarti harga perangkat paling tinggi 500rb. dari sini kita bisa melihat seperti apa yang disebut "made in Indonesia", Taiwan itu mulai dengan menerima order dari US, design dibuat di US, pencetakan board dan casing di taiwan. Tapi mereka sekarang sudah tidak di situ lagi, sudah masuk full industri. nanti sa lanjut, mau jalan lagi soalnya hehehehehehe Pada 3 Juli 2010 10:01, arman satary <armansat...@gmail.com> menulis: > > > Buat sy, siapapun yang membuat komponennya bukan soal. Yang penting produk > yang dihasilkan menghasilkan margin yang baik. Tentunya akan lebih mudah > margin itu diperoleh jika komponennya lebih banyak dipasok dari industri > dalam negeri... Tentunya ini akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi. > > Merakit pun bukan asal pasang komponen, produk jadi, jual dan selesai. Kalo > begitu, sy pake analogi penjahit baju seragam sekolah... Tapi penjahit yg sy > maksud adalah desainer seperti Armani. :) > > > > 2010/7/3 Unggul <unggu...@gmail.com> > > >> >> imho, bukannya sudah SEWAJARNYA yang namanya SMK itu punya skill tersebut? >> Kalau tidak ada, berarti kurang. Kalau ada berarti wajar. >> >> Saya khawatir masa depan generasi muda bangsa ini dijadikan juga buruh >> oleh pengusaha-pengusaha cina sebagai "perakit" saja. Apalah bedanya bangsa >> pengekspor TKI, bangsa buruh, dan bangsa yang bisanya merakit? >> >> Ranahnya blue collar terus, dan proyek dari perusahaan swasta dipenuhi >> supplynya oleh lulusan SMK dan didorong kemendiknas, Ini proyek dan bukan >> tidak mungkin ada unsur KKN di lingkungan patron klien Pengusaha - Penguasa >> (Pemerintah). Dan produk dibuat bisa dengan harga tenaga yang SANGAT murah >> dan yang menguntungkan pengusaha swasta (baca : Cina). Saya tidak SARA, tapi >> mau dirakit di Indonesia pun, tuh barang tetap produk Cina. Lihat saja hape >> cina yang banyak beredar, memberikan merknya dan merakit kan di Indonesia. >> Datang dari Cina, barangnya SAMA! >> >> maaf kalau salah kesimpulan.. >> >> 2010/7/3 arman satary <armansat...@gmail.com> >> >> >>> >>> Punya kemampuan merakit sudah cukup bagus. Industri perakitan pun >>> punya masa depan yang bagus kok. Di Taiwan dan China pun - dari yang >>> saya ketahui - blm ada perusahaan yang membuat part A-M lalu membuat >>> produk dari N -Z. Tapi banyak diantara komponen yang dipasok dari >>> perusahaan lain. Industri perakitan ini yang punya peluang lebih besar >>> dibanding industri pembuatan. >>> Singkatnya perakitan adalah industri nilai tambah, seperti kain yang >>> dibeli seharga 100rb namun didesain dan dijahit oleh desainer ternama, >>> lalu dibandrol 2jt rupiah.... :) >>> >>> 2010/7/2 haerulsohibkamu <haerulso...@gmail.com<haerulsohib%40gmail.com> >>> > >>> >>> > >>> > >>> > >>> > Huahahahahaah....cocokki kak Win, rakit terussss...hahaha >>> > >>> >>> -- >>> >>> Trims... >>> >>> ArMan >>> http://www.jelajah.web.id >>> http://www.ubuntu-makassar.org >>> http://www.facebook.com/ubuntu-makassar/ >>> >> >> >> >> -- >> Intelektualitas itu di Kepala Bukan di Kaki >> The Unggul Center >> >> http://www.unggulcenter.org/2010/05/31/wacana-pendidikan-intelektualitas-itu-di-kepala-bukan-di-kaki/ >> >> > > > -- > Trims... > > ArMan > http://www.jelajah.web.id > http://www.ubuntu-makassar.org > http://www.facebook.com/ubuntu-makassar/ > > -- Salam, ID http://irwinday.web.id/