Ntan....,

Yah cinta lah. Kalo gak cinta, mungkin saya gak hidup 'sengsara' di negeri 
sendiri. Saya akan lebih memilih hidup di negeri orang dgn beristrikan wanita 
ayu negeri tersebut. Buktinya, saya memilih produk lokal menjadi istri kan?
Saya rasa itu sudah cukup sbg contoh.
Xixixixixixixixi™ 

Piiiiiisssss,
-DM-

Sent from my BlackBerry® wireless device

-----Original Message-----
From: "n t a n" <ntan.mi...@gmail.com>
Sender: blogger_makassar@yahoogroups.com
Date: Sat, 3 Jul 2010 06:59:24 
To: Milis AngingMammiri<blogger_makassar@yahoogroups.com>
Reply-To: blogger_makassar@yahoogroups.com
Subject: Re: [blogger_makassar] Netbook Harga Rp 1 Jutaan, Ternyata Ada dan 
Buatan Indonesia !

Postingan blog! Mantabh :D

Jadi cinta maki product dalam negeri daeng?
*lirik sigy*
:))



http://baidoeri.com | Y!M: diamondkoe | twitter: @ntans | plurk: @ntan | 
koprol: @ntan | 4sq: @ntan | FB: /ntantintoon

-----Original Message-----
From: "MRD Marowa" <mar...@gmail.com>
Sender: blogger_makassar@yahoogroups.com
Date: Sat, 3 Jul 2010 06:41:02 
To: <blogger_makassar@yahoogroups.com>
Reply-To: blogger_makassar@yahoogroups.com
Subject: Re: [blogger_makassar] Netbook Harga Rp 1 Jutaan, Ternyata Ada dan 
Buatan Indonesia !

Hehehehe jadi rame yah.
Yang saya tidak suka, kita lebih membangga2kan produk asing.
Kita banyakan pede kalau menggunakan produk luar negeri, mahalnya minta ampun 
sekalipun. Dan ini bukan mutlak terkait kwalitas doang. Kita kurang mampu 
menghargai hasil karya kita sendiri. Padahal sebetulnya kita dah banyak yg 
bisa. Kita aja gak bisa mwenghargai hasil karya kita, gimana org lain.

Makanya saya sangat setuju dgn anjuran Pak JK dulu untuk menggunakan produk dlm 
negeri, misalnya sepatu. Tp kenyataannya, para pejabat aja berlomba2 ke luar 
negeri beli produk luar krn masalah gengsi. Jadi jangan heran kalo ada pejabat 
Indonesia ke Eropa misalnya, akan berburu sepatu Bally, tas channel misanya 
walau harganya di luar nalar.

Tatkala berada di ngeri sendiri, memakai produk luar itu, seakan strata 
sosialnya terangkat 2-3 tingkat, lalu dgn bangga, 'ini saya beli langsung di 
Paris". Bandingkan misalnya dgn warga Jepang yg justru bisa membusungkan dada 
bila sanggup memakai produk dlm negeri mereka yg jauh lebih mahal dr produk 
import. Gak usah jauh2, beras atau daging aja, sanfat besar gengsi buat mereka 
kalo sanggup memakai produk dlm negeri.

Saya melihat itu, karena kita memang ada mental terjajah. Jadi merasa rendah 
diri dgn produk negeri sendiri. Idan ini dimulai dr tingkat pemerintah. UU yg 
mengharuskan pekerja asing berstandar gaji jauh di atas SDM lokal, padahal 
banyak case, tenaga lokal lebih unggul dr ekspatriat tersebut.

Disisi lain yg tak kalah memiriskan, banyak perusahaan asing yg mengerut SDA 
kita menggunakan SDM kita, tp hasilnya banyakan di bawah ke negaranya.

Kita bukan tidak bisa, melainkan kebijakan dan politikal will pengelolah negeri 
ini yg kurang sigap membuat kebijakan untuk keluar dari status kuli di negeri 
sendiri, bahkan menjadi kuli di negeri org.

Ada beberapa contoh, teknologi yg patennya dimiliki oleh anak negeri di 
pergunakan di industri high technologi asing. Jadi bukan hanya Habibie, di luar 
itu banyak. Ada yg dipergunakan di Pesawat ulang-alik NASA, industri pesawat 
Terbang dll. Artinya, kita punya tenaga hali ygf mumpuni. 

Saya merasa pas2an aja. Tp krn muak dgn hal 'penghambaan' di negeri sendiri 
pada pihak asing, pernah latah memulangkan warga asing yg seharusnya jadi 
atasan saya di sebuah prusahaan asing di Jakarta. Dan karena ketidakmauan jadi 
'budak' itu, merasa siap beradu ide sama mereka, Tentu dgn kesiapan mental 
untuk didepak dr perusahaan tersebut krn latah. Tp ujung2nya, malah ditunjuk 
jadi penasehat di bagian yg sama di kantor pusat di negara pemilik modal. Jadi 
ekspatriat yg seharusnya jadi atasan saya di Jakarta, malah ujung2nya jadi 
'bawahan' saya di kantor pusat di Tokyo.

Pun saya dgn pede pernah bilang ke perusahaan mitra luar, mari kita beradu 
skill, dengan menyodorkan teman2 kantor yg nota bene biasa2 saja. Dan hasilnya 
mereka salut sama skill tersebut. Lalu mengapa kita tetap memandang rendah diri 
sendiri, tdk lain hanyalah mental terjajah yg masih tetap bersemayam dlm diri 
kebanyakan masyarakat kita, termasuk para pejabatnya.

Kembali ke masalah produk dlm negeri. Banyak faktor yg membuat mereka tdk bisa 
bersaing dgn produk asing. Dan yg lebih menonjol adalah kemauan kita untuk 
memiliki produk tersebut, bukan krn ketidak mampuan kita menghasilkan produk 
berkwalitas.

Dgn kita konsisten memakai produk lokal, dgn sendirinya akan memacu kwalitas 
produk tersebut. Tp belum apa2 sudah disepelekan, kapan bisa berkembang. 
Kwalitas rendah biasanya lebih disebabkan oleh kemampuan pengembangan yg 
kurang, khususnya dr segi finansial.

Saya terlalu ngalor-ngidul tidak terfokus, tp intinya 'mari menghargai produk 
dlm negeri'. Mau itu komponen lokalnya cuman 10%, kalau yg lain 5%, bahkan tdk 
ada sama sekali, kita anggap saja itu yg 10% sbg produk lokal, dan mari kita 
mencintainya. Dengan itu, secara otomatis akan memberikan peluang untuk 
meningkatkan kwalitas, dan prosentase komponen lokalnya. Yahoo Jepang jauh 
lebih maju dr yahoo.com, bukan dr awal melainkan awalnya berasal dr kebanggaan 
warga Jepang menggunakan produk lokal mereka.

Sedikit intermezzo, Blog engine Catatanku.com(dulu bernama prilog.com) yg hasil 
karya anak negeri, sudah ada sebelum wordpress dikenal di Indonesia. Saat itu 
yg sudah mendunia baru blogspot. Seandainya ada dukungan finansial, saya yakin 
gak bakalan kalah2 banget ama wordpress. Tp kenyataannya sekarang malah bisa 
dibilang sudah mati. Dari situ saya sempet berandai2, seandainya saya di Jepang 
misalnya, mungkin nasibnya akan lain.

*lapeeeeerrrr......*
Xixixixixixixixi™ 

Piiiiiiiissssss,
-DM-
Kamus Bhs Daerah: http://kamusitas.com
 
Sent from my BlackBerry® wireless device

-----Original Message-----
From: Irwin Day <irwin....@gmail.com>
Sender: blogger_makassar@yahoogroups.com
Date: Sat, 3 Jul 2010 10:41:45 
To: <blogger_makassar@yahoogroups.com>
Reply-To: blogger_makassar@yahoogroups.com
Subject: Re: [blogger_makassar] Netbook Harga Rp 1 Jutaan, Ternyata Ada dan 
        Buatan Indonesia !

Man,

sekali lagi sa jelaskan supaya bisa melihat:D
jadi dalam sebuah industri perangkat yang benar bagian bagiannya:

- design ( board maupun casing )
- komponen
- pencetakan board
- firmware

-design;  inilah bagian yang paling penting bahkan kalau mau ukur TKDN,
inilah bagian yang paling besar persentasinya *menurut sy tentu*
- komponen itu memang bisa dari mana mana, apalagi kalau menunjuk CPU yang
hampir semuanya dari US, kalau komponen (itu loh bagian yang kecil kecil di
board) dari Indonesia juga ada.
- board:  ini memang bisa dari mana mana juga tapi paling pas di produksi di
negara sendiri jika skala produksinya mencukupi ( kita punya kok industri
SMT yang sering terima order dari industri/merek besar)
- firmware:  ini juga bagian yang paling penting yang menentukan keunggulan
sebuah produk, kalo gak percaya liat merek mikrotik dan cisco.  perangkatnya
(hardware) itu gak seberapa biayanya.  menurut penjelasan dari teman teman
yang berkutat di Industri ini, gak bakal lebih dari 50% dari harga jual di
pasaran.  Jadi semua barang yang kita gunakan sekarang (modem, router dst)
kalau belinya 1 juta, berarti harga perangkat paling tinggi 500rb.


dari sini kita bisa melihat seperti apa yang disebut "made in Indonesia",
Taiwan itu mulai dengan menerima order dari US, design dibuat di US,
pencetakan board dan casing di taiwan.   Tapi mereka sekarang sudah tidak di
situ lagi, sudah masuk full industri.

nanti sa lanjut, mau jalan lagi soalnya hehehehehehe


Pada 3 Juli 2010 10:01, arman satary <armansat...@gmail.com> menulis:

>
>
> Buat sy, siapapun yang membuat komponennya bukan soal. Yang penting produk
> yang dihasilkan menghasilkan margin yang baik. Tentunya akan lebih mudah
> margin itu diperoleh jika komponennya lebih banyak dipasok dari industri
> dalam negeri... Tentunya ini akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi.
>
> Merakit pun bukan asal pasang komponen, produk jadi, jual dan selesai. Kalo
> begitu, sy pake analogi penjahit baju seragam sekolah... Tapi penjahit yg sy
> maksud adalah desainer seperti Armani. :)
>
>
>
> 2010/7/3 Unggul <unggu...@gmail.com>
>
>
>>
>> imho, bukannya sudah SEWAJARNYA yang namanya SMK itu punya skill tersebut?
>> Kalau tidak ada, berarti kurang. Kalau ada berarti wajar.
>>
>> Saya khawatir masa depan generasi muda bangsa ini dijadikan juga buruh
>> oleh pengusaha-pengusaha cina sebagai "perakit" saja. Apalah bedanya bangsa
>> pengekspor TKI, bangsa buruh, dan bangsa yang bisanya merakit?
>>
>> Ranahnya blue collar terus, dan proyek dari perusahaan swasta dipenuhi
>> supplynya oleh lulusan SMK dan didorong kemendiknas, Ini proyek dan bukan
>> tidak mungkin ada unsur KKN di lingkungan patron klien Pengusaha - Penguasa
>> (Pemerintah). Dan produk dibuat bisa dengan harga tenaga yang SANGAT murah
>> dan yang menguntungkan pengusaha swasta (baca : Cina). Saya tidak SARA, tapi
>> mau dirakit di Indonesia pun, tuh barang tetap produk Cina. Lihat saja hape
>> cina yang banyak beredar, memberikan merknya dan merakit kan di Indonesia.
>> Datang dari Cina, barangnya SAMA!
>>
>> maaf kalau salah kesimpulan..
>>
>> 2010/7/3 arman satary <armansat...@gmail.com>
>>
>>
>>>
>>> Punya kemampuan merakit sudah cukup bagus. Industri perakitan pun
>>> punya masa depan yang bagus kok. Di Taiwan dan China pun - dari yang
>>> saya ketahui - blm ada perusahaan yang membuat part A-M lalu membuat
>>> produk dari N -Z. Tapi banyak diantara komponen yang dipasok dari
>>> perusahaan lain. Industri perakitan ini yang punya peluang lebih besar
>>> dibanding industri pembuatan.
>>> Singkatnya perakitan adalah industri nilai tambah, seperti kain yang
>>> dibeli seharga 100rb namun didesain dan dijahit oleh desainer ternama,
>>> lalu dibandrol 2jt rupiah.... :)
>>>
>>> 2010/7/2 haerulsohibkamu <haerulso...@gmail.com<haerulsohib%40gmail.com>
>>> >
>>>
>>> >
>>> >
>>> >
>>> > Huahahahahaah....cocokki kak Win, rakit terussss...hahaha
>>> >
>>>
>>> --
>>>
>>> Trims...
>>>
>>> ArMan
>>> http://www.jelajah.web.id
>>> http://www.ubuntu-makassar.org
>>> http://www.facebook.com/ubuntu-makassar/
>>>
>>
>>
>>
>> --
>> Intelektualitas itu di Kepala Bukan di Kaki
>> The Unggul Center
>>
>> http://www.unggulcenter.org/2010/05/31/wacana-pendidikan-intelektualitas-itu-di-kepala-bukan-di-kaki/
>>
>>
>
>
> --
> Trims...
>
> ArMan
> http://www.jelajah.web.id
> http://www.ubuntu-makassar.org
> http://www.facebook.com/ubuntu-makassar/
>  
>



-- 
Salam,
ID
http://irwinday.web.id/

Kirim email ke