Xuan Tong Xiong, Saya emosi karena teringat artikel di Kompas yang pernah dimuat di millis ini juga (bisa dicari di arsip millis tentunya), pada intinya adalah imbauan untuk "membumikan tradisi perayaan Sincia " di Indonesia. di situ, dng dalih mencari nilai2 spiritual yang hakiki, kita dianjurkan untuk membuang segala macam pernik2 budaya dalam tradisi perayaan yang dianggap"tidak Indonesia" contoh yang dianjurkan untuk dibuang adalah simbol2 musim semi, karena Indonesia tak mengenal musim ini. jika logika ini dipakai, kita juga seharusnya membuang pohon cemara sebagai pohon natal, nenggantinya dng pohon kelapa, lalu mengganti onta dengan badak jawa, saat lebaran kurma diganti saja dengan duku .
Jangan terjebak pada pandangan yang mau mensterilkan perayaan2 dari pernik2 budaya asing. Jujur saja, warna merah sebagai simbol keberuntungan dan bahagia memang khas budaya Tionghoa, merah dalam budaya Indonesia berarti berani, jarang dipakai untuk pesta. Ini tidak lantas menabukan pemakaian warna merah dalam sincia bukan? Seperti saat natal orang menghadirkan kombinasi merah hijau (tradisi barat), saat lebaran menghadirkan warna hijau ( tradisi arab). Setiap tradisi perayaan yang asalnya dari luar pasti mengandung unsur budaya asalnya, inilah yang membuat pesta budaya kaya warna, dan penuh daya pikat Salam, ZFy ----- Original Message ----- From: perfect_harmony2000 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Wednesday, September 05, 2007 12:51 AM Subject: [budaya_tionghua] Re: imlek Zhou xiong, jangan emosi dahulu. Mungkin kita perlu ingat bahwa perayaan imlek selain merayakan pergantian tahun juga merupakan hari dimana semua berkumpul dan melaksanakan kegiatan bersama dengan seluruh anggota keluarga. Bisa dikatakan bahwa pada saat perayaan imlek, 3 dasar budaya Tionghoa dilaksanakan sekaligus. Mengenai warna, saya jadi ingat ada sekelompok orang dari agama tertentu yang mengartikan warna merah dengan tradisi bangsa lain. Bagi saya itu adalah suatu pemelintiran fakta. Warna merah dalam arti Imlek adalah kebahagiaan. Jika mitos Nian dikaitkan, warna merah berkaitan dengan menolak bala. Mengenai artikel di Kompas, mungkin Zhou xiong bisa memberitahu saya artikelnya itu. Hormat saya, Xuan Tong --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Skalaras" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Pertanyaan yang begitu tendensius, se-akan2 perayaan Tahun baru Imlek disamakan dng perayan agama, pakai makna spiritual dan pesan2 luhur segala! pertanyaan ini mengingatkan artikel berapa bulan lalu di Kompas, yang ingin menghilangkan warna budaya Tionghoa dari perayaan Tahun baru Imlek. > > Maklum, karena yang bertanya ini tidak paham nama yamg benar dari perayaan ini : Tahun baru Imlek atau Festifal musim semi . dia hanya menyebut tradisi imlek, imlek artinya penanggalan bulan, apa sistem penanggalan mau dicari makna speritual? Oho.... > > Dari namanya saja sudah terbaca, ini adalah murni pesta pergantian tahun, dan bagi masyarakat agraris, menyambut datangnya musim semi. apakah aasan2 ini belum cukup? > > Salam, > ZFy > > > ----- Original Message ----- > From: positive_im > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com > Sent: Tuesday, September 04, 2007 8:42 PM > Subject: [budaya_tionghua] imlek > > > 1. menurut anda, apakah makna spiritual dari imlek? > 2. menurut anda, pesan apa yang disampaikan dari imlek yang > sesungguhnya? > 3. menurut anda, apakah arti warna merah dalam tradisi imlek? > > > > > > [Non-text portions of this message have been removed] > [Non-text portions of this message have been removed]