Engkong Xuan Tong 

Tidak pernah saya membantah atau menyangkal pemaparan anda mengenai LPKB , 
Sindhunata dan sebagainya karena saya menilai anda menulis secara berimbang dan 
bijaksana...
Seperti halnya yang dikatakan saudara Ciao Lie bahwa ada tesis , ada antitesis 
...ada negative dan ada positif , semuanya semestinya terangkum dalam 
kesimpulan yang bermanfaat....
Tanpa berhasil menyodorkan keduanya , sebuah tulisan sudah mengalami kegagalan 
total , seperti tulisan ken2. 
Tulisan yang tidak berimbang , maka akan melahirkan perdebatan tiada guna , 
tidak ada titik temu , tidak ada harapan untuk kesepakatan. Karena yang satu 
sibuk menyerang , yang lain sibuk membela ...ada yang begitu pandai menyodorkan 
sisi negative saja (atau positifnya saja)  dan lebih menjurus kepada agitasi 
terhadap pihak tertentu. 

1. Politik mendompleng agama. vice versa , agama mendompleng politik. Agama 
yang menjadi doping bagi prajurit yang akan berperang , padahal agama 
mengajarkan perdamaian.
Dalam film Joyeux Noel , tergambarkan bahwa pendeta menggunakan agama untuk 
mengobarkan semangat perang dalam WW I , padahal musuhnya pun beragama sama .
Prajurit Jepang , siapa yang memberkati mereka sebelum mereka pergi berperang?
Paus Urban menggunakan otoritasnya sebagai pemimpin agama tertinggi untuk 
mempersatukan raja-raja Eropa sebagai satu kekuatan dalam Perang Salib. Perang 
Salib menurut saya lebih menyerupai perang antar dua kekuatan regional saat itu 
, Eropa vs Timur Tengah daripada peperangan antara katolik versus Islam.
Dan era kolonialisme juga menyertakan , gold , glory dan gospel , sebagai 
"tritunggal" (tanda kutip) yang menghantam dunia baru pada saat itu. 

Agama pun dijadikan batu loncatan bagi seseorang untuk berkarir politik. 
Mungkin ini salah satu latar belakang dibalik sikap Sindhunata. 
Tiongkok pernah terjadi fenomena taiping yang kental dengan kombinasi agama dan 
politik , mengguncang pemerintah saat itu. 
Jepang juga dalam sejarahnya , Oda Nobunaga pernah menumpas satu kelompok besar 
rahib buddhist yang sangat militan. Dan sebaliknya , suksesornya , Tokugawa dan 
Hideyoshi menumpas samurai katolik ....


2. Pemaparan anda mengenai sekte theravada , juga menjelaskan banyak hal , 
bahwa ini bukan monopoli oknum umat agama tertentu saja ...

3. Dan patut dipisahkan batas tegas antara KRISTEN dan KATOLIK. Kitab sucinya 
tapi prinsipnya berbeda jauh. Saudara Ken2 mencampurbaurkan kristen dan katolik 
menjadi satu kesatuan ...



  ----- Original Message ----- 
  From: perfect_harmony2000 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Saturday, February 16, 2008 5:00 AM
  Subject: [budaya_tionghua] Re: Jelas kita mengecam koruptor Tionghoa...!!!


  Sdr.Robby dan sdr.Kenken,

  sebelumnya saya minta maaf jika ada perkataan saya yang salah.

  Sepanjang yang saya tangkap, mungkin maksud sdr.Kenken adalah meminta
  kejujuran dari rekan-rekan Kristiani dan pada khususnya dari umat
  Katolik bahwa ada yang salah dalam cara memandang budaya Tionghoa
  apalagi jika disertai pemberangusan budaya.

  Sedangkan sdr.Robby, mungkin lebih menekankan pada permasalahan oknum.

  Sebenarnya jika kita mau teliti, ternyata terkadang politik
  mendompleng agama. Ingat saja kejadian Polandia dengan Lech Walesa.
  Juga kejadian yang menimpa Eugenio Pacelli atau yang dikenal sebagai
  Paus Pius XII.
  Dan saya rasa sdr.Robby mengerti apa yang dimaksud infalibitas Paus.

  Saya pribadi juga tidak suka akan Sindhunata dan beberapa rekannya,
  tapi saya lebih setuju jika kita gali apa latar belakangnya sehingga
  timbul keputusan seperti itu.
  Apakah latar belakangnya bersifat politis ?

  Sdr.Kenken juga harap mengerti bahwa upaya penghapusan budaya Tionghoa
  juga dilakukan oleh beberapa gelintir pemuka agama Buddha sekte Theravada.
  Tapi apakah mereka yang keras seperti Sanjiva Putta adalah karena
  ajaran Buddha Gautama atau karena adanya oknum yang salah mengerti
  akan ajaran Buddha Gautama ?
  Atau ada politik dibalik itu ?
  Dan sebagai pengingat memory untuk anda, sebelum ORBA, Theravada tidak
  pernah bersikap keras terhadap budaya Tionghoa bahkan akomodatif
  terhadap budaya Tionghoa. Kenapa setelah ORBA bisa terjadi seperti itu
  ? Siapa yang berada dibalik itu ?

  Jika kita mau benar-benar mempelajari sejarah Kristiani purba dan
  perkembangannya, semoga kita bisa melihat dengan lebih jelas dan paham
  bahwa akidah yang didengung-dengungkan oleh beberapa orang, sebenarnya
  juga memiliki kepentingan budaya.

  Dari sini marilah kita belajar berbicara secara jujur dan netral.
  Jangan karena merasa satu golongan, agama, ras dan suku, membuat kita
  menjadi lupa apa yang disebut kejujuran.

  Kardinal de Lai dari ordo Dominican pernah mengatakan bahwa banyak
  kejadian ( cat: maksudnya yang buruk dan mencoreng gereja ) harus
  diendapkan.
  Sikap itu ditentang habis oleh Ludwig Pastor. Dan saya yakin masih
  banyak lagi orang-orang seperti Ludwig.

  Hormat saya,

  Xuan Tong

  --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Dada" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  >
  > Anda tidak menangkap point saya.....
  > 1. Yang saya maksud , bagaimana kalau di surat kabar disebutkan
  sebagai wn 
  > keturunan melakukan tindak kriminal, korupsi dan tindakan lain yang 
  > memalukan. Apa WN keturunannya harus tercantum ?
  > Betul bahwa tambahan label "wn keturunan" memang mengungkap fakta ,
  tapi 
  > tidak secara etika dan moral.......Bukankah pemberitaan tersebut bisa 
  > memancing sentimen etnis.......
  > 2. Ada banyak tionghoa kristen dan katolik yang berprestasi mendunia
  dan 
  > mengharumkan nama bangsa . Pernahkah anda menyebut atlet, tokoh2 ,
  pelajar2 
  > keturunan tionghoa + agama kristen atau katoliknya. Atau perlukah 
  > mencantumkan label agamanya disini? Atau sistem tebang pilih ? Yang
  saya 
  > lihat , pembahasan orang seperti Sindhunata saja yang selalu dikaitkan 
  > dengan agamanya. Dan tidak untuk kasus seperti atlet2 dan pelajar yang 
  > berprestasi itu.
  > 3. Perilaku seperti inilah yang saya permasalahkan. Sama seperti
  prilaku 
  > bbrp media massa , giliran ada cina busuk , lantas dicantumkan
  identitas 
  > etnisnya dalam pemberitaan , giliran tionghoa berprestasi disebut
  sebagai 
  > warga negara indonesia yang baik....tanpa embel2 etnisnya....
  > 4. Turun lagi ke derajat yg lebih rendah. Ada juga perilaku tionghoa yg 
  > persis kek media massa , giliran ada cina busuk , lantas dicantumkan 
  > identitas agamanya dalam tulisan , tapi giliran tionghoa berprestasi 
  > ,disebut sebagai tionghoa DOANK ........
  > 
  > Robby Wirdja
  > 
  > 
  > 
  > ----- Original Message ----- 
  > From: extrim_bluesky
  > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
  > Sent: Friday, February 15, 2008 1:32 PM
  > Subject: [budaya_tionghua] Jelas kita mengecam koruptor Tionghoa...!!!
  > 
  > 
  > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Dada" <wrw.hzh@> wrote:
  > >
  > > 4 , gabungan frasa "personal" + "agama" (Sindhunata + Katolik) ,
  > merupaka
  > > agenda terselubung dalam melimpahkan beban sejarah masa lampau
  > pada
  > > tionghoa-tionghoa katolikk , dan hendak dibenturkan pada tionghoa
  > KHC. Kita
  > > tentu tidak menerima , kalau segelintir konglomerat busuk +
  > ditambah label
  > > tionghoa dibelakangnya , bahkan disebut sebagai tokoh
  > tionghoa .......atau
  > > pelaku kriminal diberitakan dalam surat kabar ditambah label
  > tionghoa
  > > ............
  > >
  > > Robby Wirdja
  > >
  > >
  > 
  > Kenken:
  > Nak Robby, contoh kasus spt Kwik Kian Gie (budhis)
  > yg selalu mengecam para koruptor yg kebetulan
  > beretnis Tionghoa jelas merupakan contoh pembeda
  > antara 'tudingan' bahwa Tionghoa itu korup.
  > dan ini pula yg membedakan antara perilaku
  > Tionghoa vs Katolik.
  > 
  > 
  > Pernakah ada satu orang katolik yg mengecam
  > perilaku saudara seiman mereka spt Kristoforus
  > Sindhunata cs atas peran mereka terhadap
  > pemberangusan identitas dan budaya Tionghoa?
  > 
  > Ada berapa banyak orang katolik yg berperilaku
  > spt Suma Mihardja dalam mempertanyakan perilaku
  > korup dan pengedar sabu-sabu yg kebetulan beretnis
  > Tionghoa?
  > 
  > Tionghoa tidak pernah melindungi kriminil atas
  > dasar kesamaan latar-belakang etnisnya. Tetapi
  > pernah tidak ada Katolik yg menolak
  > keputusan Vatican ketika mengangkat para penjahat
  > dan penghianat Tiongkok sbg Santo (orang suci)?
  > 
  > Frans Seda pernah memaksa-maksa tionghoa untuk
  > berasimilasi yg berarti "pemberangusan" menurut
  > I.Wibowo. Adakah generasi muda Katolik meminta
  > maaf dan membetulkan kekeliruan dari sesama
  > Katolik itu? NEVER HEARD BEFORE....
  > 
  > So, jelas ada bedanya antara perilaku Tionghoa
  > dan perilaku Katolik
  >



   

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke