--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "RM Danardono HADINOTO" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>...Maozedong yang di-gemeterin, Konghucu nyang di brangus... Prom: Tidak demikian kejadiannya. Setelah kejadian tahun 1965 tsb, justru Konghucu mendapat kemajuan. Hal ini juga disebutkan dalam salah satu buku Leo Suryadinata (sempat juga dibahas sedikit dalam thread di milis ini). Bahkan perkembangan Konghucu tersebut diikuti dengan perkembangan organisasi Konghucu sebagai suatu organisasi yang terpisah (Matakin). Berbagai kongres nasional yang diadakan selalu dihadiri oleh pejabat pemerintah saat itu. Hal ini tentu saja tidak mengherankan, mengingat kepentingan politik pada masa itu. Untuk membendung pengaruh RRC (atau ideologi komunis) dalam perpolitikan di Indonesia, pemerintah tentu memilih untuk meng- encourage perkembangan agama-agama/kepercayaan di Indonesia. (Note: pada masa itu, komunis sering disamakan dengan atheis) Baru di tahun 1979, karena permasalah pengakuan agama resmi (secara administratif dan hukum pencatatan sipil) oleh pemerintah, perkembangan Konghucu (terutama sebagai suatu organisasi dan agama resmi) mulai melambat.