Wah, bukan saya yang ngadain, saya kan cuma diundang, bukan panitia.

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Purnama Sucipto Gunawan" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> WAHHH Kok G ngak tau Seminarnya, Wah rugi nih g kagak ikutan :((.
> Pak David Adain lagi dong seminarnya. Pasti seru nih apalagi kalo
> Diumumin kembali seminarnya :).
> Uly bagi dong catatan loe. Ada makalahnya ngak kalo ada mau 
dong :D.
> 
> 
> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "David Kwa"
> <david_kwa2003@> wrote:
> >
> > Encoding: Unicode (UTF-8)
> > 
> > Souw Beng Kong 蘇鳴崗―bukan Souw Bing Koen, apalagi Auwyang 
Peng 
> > Koen―(ca. 1580-1644) adalah Kapitein der Chineezen (‘Kapitan 
> > Cina’) pertama di Batavia (1620-1636 dan 1639-1644). Ia adalah 
> > seorang Tionghoa totok, berasal dari Kabupaten Tangwna 同安縣, 
> > Karesidenan Zuanziu 泉州府, di propinsi Hokkian selatan
> 福建省. Mula-
> > mula ia berniaga di Banten yang waktu itu sedang jaya-jayanya 
> > sebagai sebuah bandar besar di bawah Kesultanan Banten, dan 
kemudian 
> > diangkat menjadi pemimpin komunitas Tionghoa di sana. Setelah 
> > Jayakarta dibumihanguskan dan oleh Jan Pieterszoon Coen hendak 
> > didirikan Batavia di atasnya, tenaga kerja yang ada tidak 
mencukupi. 
> > Penduduk Jayakarta yang ada melarikan diri semua ke pedalaman. 
Untuk 
> > itu, Coen membujuk orang Tionghoa di bawah pimpinan Souw Beng 
Kong 
> > yang berada di Banten agar bersedia pindah ke Batavia. Souw Beng 
> > Kong memang sudah dikenal baik sebelumnya oleh Coen. Singkat 
cerita, 
> > meskipun sempat dicegah sultan Banten, Souw Beng Kong, Lim Lak 
serta 
> > beberapa orang Tionghoa lainnya bersedia pindah ke Batavia untuk 
> > membangun Batavia di atas puing-puing Jayakarta. Dibangunlah 
Batavia 
> > oleh orang Tionghoa yang menguasai beragam ketrampilan, seperti 
> > tukang kayu, tukang batu, tukang ukir, serta tukang-tukang 
lainnya. 
> > Pada 11 Oktober 1619 Souw Beng Kong diangkat sebagai Kapitan 
Cina 
> > pertama di seluruh Hindia Belanda. Ia wafat pada 1644, 
dimakamkan di 
> > tanahnya sendiri yang terletak di sebuah kebun kelapa di Mangga 
Dua. 
> > Setelah terlupakan selama bertahun-tahun, pada 1920 makamnya 
> > ditemukan kembali dipugar oleh Majoor der Chineezen (‘Mayor 
Cina’) 
> > kelima dan terakhir di Batavia Khouw Kim An 許釠安 (1910-1918, 
> > diangkat kembali 1927-1942) dan diberi catatan tentang 
riwayatnya 
> > dalam bahasa Tionghoa dan Belanda. Terakhir makamnya yang telah 
> > ditempati pemukim liar dipugar kembali setelah oleh sekelompok 
warga 
> > masyarakat yang sadar akan pentingnya keberadaan makam tokoh 
penting 
> > sejarah awal Batavia, yang juga merupakan makam tertua yang 
masih 
> > ada di Jakarta ini.
> > 
> > Kelenteng Kim Tek Ie/Jinde Yuan 釠德院 dan Kelenteng Ancol 
(Ansut 
> > Toapehkong Bio/Anxu Dabogong Miao 安恤大伯公廟) merupakan dua
> buah 
> > kelenteng tertua di Batavia, keduanya dibangun kurang-lebih 1650.
> > 
> > Toa Se Bio―Toa Sai Bio/Da Shi Miao 大使廟 (Kelenteng Duta 
Besar), 
> > adalah nama tidak resmi Kelenteng Hong San Bio/Feng Shan Miao é³³
山廟 
> > (nama Orde Babe, Wihara Dharma Jaya Toasebio) di Kemenangan Tiga 
no. 
> > 48, sebab Cheng Goan Cin Kun 清元真君, Dewata tuan rumah di 
> > kelenteng ini juga dikenal sebagai Toa Sai Kong/Dashi Gong 大使
公 
> > (‘Paduka Duta Besar’). Akibat adanya kelenteng ini kawasan 
> > sekitarnya dikenal sebagai kaswasan Toa Se Bio―perubahan bunyi 
dari 
> > Toa Sai Bio. Gereja Santa Maria de Fatima yang didirikan tahun 
1950-
> > an pun dikenal sebagai Gereja Toa Se Bio. 
> > 
> > Masjid Kebon Jeruk memang dibangun oleh orang Tionghoa 
Muslim―waktu 
> > itu istilah Peranakan mengacu kepada Tionghoa Muslim. Orang 
Tionghoa 
> > memang banyak yang menjadi Muslim, menurut Pater Heuken, 
disebabkan 
> > oleh dua hal: pertama, untuk menghindari pengejaran terhadap 
orang 
> > Tionghoa setelah terjadinya Tragedi Pembantaian Angke
> 紅溪大屠殺慘案 
> > tahun 1740; kedua, agar tidak usah membayar pajak kepala 
(hoofdgeld 
> > der Chineezen), sebab orang Tionghoa yang sudah menjadi Muslim 
> > dibebaskan dari kewajiban itu. Di belakang masjid ada sebuah 
makam 
> > Nyonya Tjoa/Cai 顯妣覱uot;?門之墦quot; dalam gaya Muslim-
Tionghoa, berangka 
> > tahun 1792. Makam ini makam istri pendiri masjid tersebut, 
Tamien 
> > Dosol Seeng (Tuan Tjoa/Cai 覱uot;??).
> > 
> > Selain Masjid Kebon Jeruk di Hayam Wuruk, di Gajah Mada yang 
> > terletak di seberangnya ada Masjid Krukut yang juga diangun 
orang 
> > Tionghoa Muslim, begitupun Masid Tambora di Tanah Sareal. Namun, 
> > berbeda dengan Masjid Kebon Jeruk yang masih memperlihatkan ciri 
> > Tionghoa dengan sistem bracket (dougong) khas Tionghoanya, 
Masjid 
> > Krukut telah berubah sama sekali. Bahkan, menurut keterangan 
Pater 
> > Heuken juga, mimbar indah berukiran Tionghoa yang tadinya ada di 
> > masjid ini pun kini telah hilang entah ke mana.
> > 
> > 
> > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Ulysee" <ulysee_me2@> 
> > wrote:
> > >
> > > Kemarin, beruntung banget gue dapet kesempatan untuk hadir di 
> > seminar
> > > yang bertajuk rumah peranakan Cina...
> > > eh peranakan cina apa peranakan tionghoa ya gue 
> > lupa...hehehe...keknya
> > > peranakan cina deh. 
> > >  
> > > Dalam seminar yang di adakan di gedung museum Bank Indonesia 
itu
> > > pembicaranya ada 3, 
> > > Yang pertama Adolf Heuken, yang sebetulnya pastor, tapi juga 
tahu 
> > banyak
> > > soal gedung2 antik dan sejarah Jakarta.
> > > Pembicara kedua, David Kwa, yang enggak mau dibilang ahli 
budaya
> > > tionghoa, maunya disebut sebagai pengamat budaya tionghoa.
> > > Yang terakhir... yang sebetulnya bintang seminar ini deh 
keknya, 
> > adalah
> > > Ronald. G. Knapp, yang sebetulnya geolog, tapi kemudian jatuh 
> > cinta pada
> > > chinese heritage, sampe ngotot keliling tiongkok untuk cari 
rumah 
> > rumah
> > > antik, dan jembatan antik, di-foto2-in lalu dijadikan buku. 
> > >  
> > > Tujuan seminar : ( ini yang paling penting ) Adalah untuk 
> > menularkan
> > > kecintaan kepada warisan-warisan budaya di masing-masing 
tempat.
> > > ( kalau cinta berarti mau keluar effort untuk berjuang 
> > melestarikannya
> > > donk )
> > >  
> > >  
> > > Dibuka oleh ADOLF HEUKEN pembicara pertama yang kebagian 
membahas
> > > tentang sejarah gedung2 Tionghoa di Jakarta. 
> > > Melihat kulit putih dan rambut pirang, tadinya gue pikir ini 
> > turunan
> > > kumpeni nih, tapi setelah beberapa kali denger jokes sinis 
soal 
> > VOC ;
> > > gue berasumsi..ini orang Jerman kali nih....hihihihihihi. Mana 
> > namanya
> > > Adolf lageh, jadi inget Hitler. 
> > > Salut banget sama bahasa Indonesianya yang lancar, dan 
> > pengetahuannya
> > > soal Batavia. 
> > >  
> > > Beliau ada sempat menyebutkan beberapa hal sejarah yang belum 
> > pernah gue
> > > dengar. Misalnya pada tahun 1614 pernah ada penggusuran rumah 
> > tionghoa.
> > > Jadi pada saat itu Belanda minta Pangeran Jayakarta untuk 
menggusur
> > > rumah-rumah tionghoa yang dekat dengan gudang, soalnya kalau 
banyak
> > > rumah tinggal di sana, kuatir rawan terjadi kebakaran yang 
akan 
> > merembet
> > > sampai ke gudang, getoh. 
> > > Ada lagi disebut bahwa kalau mau cari rumah tionghoa yang 
orisinil,
> > > jangan cari di daerah KOTA. Sebab pada Oktober 1740 waktu itu 
> > Hindia
> > > Belanda dengar gossip Tjina2 mau berontak, maka semua rumah 
> > tionghoa di
> > > daerah kota di bakar. Maka rumah tionghoa di daerah Kota itu 
> > dibangunnya
> > > sesudah  tahun 1740 itu lah. 
> > > Berikutnya ada disebut soal Kelenteng Ancol yang umurnya 
kurang 
> > lebih
> > > sama dengan kelenteng Cin De Yuan ( bener gak nih nulisnya), 
ada 
> > disebut
> > > juga Gereja Toa Se Bio yang pembangunannya pakai pakem rumah 
> > tionghoa, 
> > >  
> > > Ada lagi yang menarik tentang Orang Tionghoa yang Muslim, 
masuk 
> > dari
> > > Banten. Tentang Mesjid Kebon Jeruk, yang katanya dibangun oleh 
> > orang
> > > tionghoa (CMIIW) dan di belakangnya ada makam istri orang 
tionghoa 
> > yang
> > > pakai bongpay ala tionghoa ini. Dan tentang Mimbar Mesjid 
Krukut, 
> > yang
> > > dibuat oleh orang Tionghoa, dengan beberapa ornamen gaya 
Tionghoa, 
> > tapi
> > > itu mimbar sekarang nggak tahu ada di mana, orang2 mesjid 
sendiri
> > > ditanya jawabnya nggak tahu. kalau ada yang tahu itu mimbar 
mesjid
> > > krukut ada dimana, boleh donk kasih info. Ada lagi disebut 
tentang
> > > mesjid Tambora. Dulu disana ada ubin dengan ornamen binatang 
dan 
> > orang,
> > > tapi sekarang udah di bongkar sama orang yang serem serem,
> > > hihihihihi...... istilah  "orang serem" itu langsung nyangkut 
di 
> > kepala
> > > gue.
> > >  
> > > Kita tidak punya lagi sisa sisa kelenteng dan rumah tionghoa 
yang
> > > dibangun sebelum tahun 1740. Dari jaman itu yang tersisa hanya 
> > tinggal
> > > gambar gambar dan lukisan2 batavia masa lampau. 
> > > (kalau mau lihat gambarnya barangkali ada tuh di buku jakarta 
> > heritage
> > > dalam lukisan cat air, terbitan periplus juga, gambarnya cakep 
> > cakep,
> > > kalau tega beli buku yang harganya setengah juta...eng ing 
eng) 
> > >  
> > > Dari pembicara pertama ini ditutup dengan kalimat inti kurang 
lebih
> > > isinya: Di daerah toko 3 dan mesjid Tambora masih ada rumah 
rumah
> > > tionghoa yang layak di lestarikan, tetapi semuanya sekarang 
dalam
> > > keadaan ruwet. begitupun kuburan Auwyang Peng Koen yang punya 
nilai
> > > sejarah juga belum ada yang perhatikan, maka kepada orang 
tionghoa
> > > umumnya, dan orang tionghoa yang kaya khususnya, peliharalah 
> > warisan
> > > leluhurmu dan nenek moyangmu ini.... 
> > >  
> > > Nah tu! Ditantang tu, bisa nggak kita Tionghoa tionghoa 
menghargai 
> > dan
> > > memelihara warisan budaya nenek moyang yang di depan mata, tu!
> > >  
> > >  
> > > ps: Intermezzo, Romo Heuken kasih tebakan, VOC itu singkatan 
apa
> > > hayoooooooo...... !!! hehehehe......
> > >  
> > >  
> > >  
> > >  
> > > 
> > > No virus found in this outgoing message.
> > > Checked by AVG. 
> > > Version: 7.5.524 / Virus Database: 270.0.0/1490 - Release 
Date: 
> > 6/8/2008
> > > 5:32 PM
> > >
> >
>


Reply via email to