Puuuurrrrr gue juga nggak kebagian makalah euy, makanya nyatet terburu buru. Sampe salah-salah gitu, huehuehuehue. Kalau mau mah kita bikin pertemuan kecil membahas rumah peranakan untuk kegiatan member milis Budaya Tionghoa berikutnya yuk. Daripada berantemin soal totok-peranakan, cina-tionghoa, dan perang agama yang ngga ada juntrungannya (wehee nyindir yang lagi hobi perang di milis budhis) mendingan fokus ke kegiatan dan pembicaraan masalah budaya. Belajar soal rumah tionghoa, soal sejarah dan jenis kebaya encim supaya kalau lihat motif kebaya encim, kita tahu indahnya dimana getoh, soal upacara minum teh, soal makanan2 peranakan, khan lebih asyik, dan sesuai sama judul milis. Koh David, sayang banget pembicaraan kemarin kaga di dukung foto foto atau slide show gituh, jadi yang koh David bicarakan hanya bisa dibayangkan. Gimana kalau adain sekali lagi, buat kalangan kita aja, tapi kali ini ada foto fotonya getoh. Itu foto bisa kita kumpulin dari sesama member milis, terus di gabung jadi satu slide show plus penjelasan penjelasannya getoh. Naaahh, kira-kira koh David mo ngejelasin apa aja dan butuh foto apa aja ya?
-----Original Message----- From: budaya_tionghua@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of David Kwa Sent: Wednesday, June 11, 2008 11:58 AM To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: [budaya_tionghua] Re: Selayang pandang, seminar Rumah Peranakan Cina di Jakarta (1) Wah, bukan saya yang ngadain, saya kan cuma diundang, bukan panitia. --- In HYPERLINK "mailto:budaya_tionghua%40yahoogroups.com"[EMAIL PROTECTED], "Purnama Sucipto Gunawan" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > WAHHH Kok G ngak tau Seminarnya, Wah rugi nih g kagak ikutan :((. > Pak David Adain lagi dong seminarnya. Pasti seru nih apalagi kalo > Diumumin kembali seminarnya :). > Uly bagi dong catatan loe. Ada makalahnya ngak kalo ada mau dong :D. > > > --- In HYPERLINK "mailto:budaya_tionghua%40yahoogroups.com"[EMAIL PROTECTED], > "David Kwa" > <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > Encoding: Unicode (UTF-8) > > > > Souw Beng Kong 蘇鳴崗―bukan Souw Bing Koen, apalagi Auwyang Peng > > Koen―(ca. 1580-1644) adalah Kapitein der Chineezen (‘Kapitan > > Cina’) pertama di Batavia (1620-1636 dan 1639-1644). Ia adalah > > seorang Tionghoa totok, berasal dari Kabupaten Tangwna åŒå®‰ç¸£, > > Karesidenan Zuanziu 泉州府, di propinsi Hokkian selatan > ç¦å»ºçœ. Mula- > > mula ia berniaga di Banten yang waktu itu sedang jaya-jayanya > > sebagai sebuah bandar besar di bawah Kesultanan Banten, dan kemudian > > diangkat menjadi pemimpin komunitas Tionghoa di sana. Setelah > > Jayakarta dibumihanguskan dan oleh Jan Pieterszoon Coen hendak > > didirikan Batavia di atasnya, tenaga kerja yang ada tidak mencukupi. > > Penduduk Jayakarta yang ada melarikan diri semua ke pedalaman. Untuk > > itu, Coen membujuk orang Tionghoa di bawah pimpinan Souw Beng Kong > > yang berada di Banten agar bersedia pindah ke Batavia. Souw Beng > > Kong memang sudah dikenal baik sebelumnya oleh Coen. Singkat cerita, > > meskipun sempat dicegah sultan Banten, Souw Beng Kong, Lim Lak serta > > beberapa orang Tionghoa lainnya bersedia pindah ke Batavia untuk > > membangun Batavia di atas puing-puing Jayakarta. Dibangunlah Batavia > > oleh orang Tionghoa yang menguasai beragam ketrampilan, seperti > > tukang kayu, tukang batu, tukang ukir, serta tukang-tukang lainnya. > > Pada 11 Oktober 1619 Souw Beng Kong diangkat sebagai Kapitan Cina > > pertama di seluruh Hindia Belanda. Ia wafat pada 1644, dimakamkan di > > tanahnya sendiri yang terletak di sebuah kebun kelapa di Mangga Dua. > > Setelah terlupakan selama bertahun-tahun, pada 1920 makamnya > > ditemukan kembali dipugar oleh Majoor der Chineezen (‘Mayor Cina’) > > kelima dan terakhir di Batavia Khouw Kim An è¨±é‡ å®‰ (1910-1918, > > diangkat kembali 1927-1942) dan diberi catatan tentang riwayatnya > > dalam bahasa Tionghoa dan Belanda. Terakhir makamnya yang telah > > ditempati pemukim liar dipugar kembali setelah oleh sekelompok warga > > masyarakat yang sadar akan pentingnya keberadaan makam tokoh penting > > sejarah awal Batavia, yang juga merupakan makam tertua yang masih > > ada di Jakarta ini. > > > > Kelenteng Kim Tek Ie/Jinde Yuan é‡ å¾·é™¢ dan Kelenteng Ancol (Ansut > > Toapehkong Bio/Anxu Dabogong Miao 安æ¤å¤§ä¼¯å…¬å»Ÿ) merupakan dua > buah > > kelenteng tertua di Batavia, keduanya dibangun kurang-lebih 1650. > > > > Toa Se Bio―Toa Sai Bio/Da Shi Miao 大使廟 (Kelenteng Duta Besar), > > adalah nama tidak resmi Kelenteng Hong San Bio/Feng Shan Miao é³³ 山廟 > > (nama Orde Babe, Wihara Dharma Jaya Toasebio) di Kemenangan Tiga no. > > 48, sebab Cheng Goan Cin Kun 清元真å›, Dewata tuan rumah di > > kelenteng ini juga dikenal sebagai Toa Sai Kong/Dashi Gong 大使 å…¬ > > (‘Paduka Duta Besar’). Akibat adanya kelenteng ini kawasan > > sekitarnya dikenal sebagai kaswasan Toa Se Bio―perubahan bunyi dari > > Toa Sai Bio. Gereja Santa Maria de Fatima yang didirikan tahun 1950- > > an pun dikenal sebagai Gereja Toa Se Bio. > > > > Masjid Kebon Jeruk memang dibangun oleh orang Tionghoa Muslim―waktu > > itu istilah Peranakan mengacu kepada Tionghoa Muslim. Orang Tionghoa > > memang banyak yang menjadi Muslim, menurut Pater Heuken, disebabkan > > oleh dua hal: pertama, untuk menghindari pengejaran terhadap orang > > Tionghoa setelah terjadinya Tragedi Pembantaian Angke > ç´…æºªå¤§å± æ®ºæ…˜æ¡ˆ > > tahun 1740; kedua, agar tidak usah membayar pajak kepala (hoofdgeld > > der Chineezen), sebab orang Tionghoa yang sudah menjadi Muslim > > dibebaskan dari kewajiban itu. Di belakang masjid ada sebuah makam > > Nyonya Tjoa/Cai 顯妣覱uot;?門之墦quot; dalam gaya Muslim- Tionghoa, berangka > > tahun 1792. Makam ini makam istri pendiri masjid tersebut, Tamien > > Dosol Seeng (Tuan Tjoa/Cai 覱uot;??). > > > > Selain Masjid Kebon Jeruk di Hayam Wuruk, di Gajah Mada yang > > terletak di seberangnya ada Masjid Krukut yang juga diangun orang > > Tionghoa Muslim, begitupun Masid Tambora di Tanah Sareal. Namun, > > berbeda dengan Masjid Kebon Jeruk yang masih memperlihatkan ciri > > Tionghoa dengan sistem bracket (dougong) khas Tionghoanya, Masjid > > Krukut telah berubah sama sekali. Bahkan, menurut keterangan Pater > > Heuken juga, mimbar indah berukiran Tionghoa yang tadinya ada di > > masjid ini pun kini telah hilang entah ke mana. > > > > > > --- In HYPERLINK "mailto:budaya_tionghua%40yahoogroups.com"[EMAIL > > PROTECTED], "Ulysee" <[EMAIL PROTECTED]> > > wrote: > > > > > > Kemarin, beruntung banget gue dapet kesempatan untuk hadir di > > seminar > > > yang bertajuk rumah peranakan Cina... > > > eh peranakan cina apa peranakan tionghoa ya gue > > lupa...hehehe.-..keknya > > > peranakan cina deh. > > > > > > Dalam seminar yang di adakan di gedung museum Bank Indonesia itu > > > pembicaranya ada 3, > > > Yang pertama Adolf Heuken, yang sebetulnya pastor, tapi juga tahu > > banyak > > > soal gedung2 antik dan sejarah Jakarta. > > > Pembicara kedua, David Kwa, yang enggak mau dibilang ahli budaya > > > tionghoa, maunya disebut sebagai pengamat budaya tionghoa. > > > Yang terakhir... yang sebetulnya bintang seminar ini deh keknya, > > adalah > > > Ronald. G. Knapp, yang sebetulnya geolog, tapi kemudian jatuh > > cinta pada > > > chinese heritage, sampe ngotot keliling tiongkok untuk cari rumah > > rumah > > > antik, dan jembatan antik, di-foto2-in lalu dijadikan buku. > > > > > > Tujuan seminar : ( ini yang paling penting ) Adalah untuk > > menularkan > > > kecintaan kepada warisan-warisan budaya di masing-masing tempat. > > > ( kalau cinta berarti mau keluar effort untuk berjuang > > melestarikannya > > > donk ) > > > > > > > > > Dibuka oleh ADOLF HEUKEN pembicara pertama yang kebagian membahas > > > tentang sejarah gedung2 Tionghoa di Jakarta. > > > Melihat kulit putih dan rambut pirang, tadinya gue pikir ini > > turunan > > > kumpeni nih, tapi setelah beberapa kali denger jokes sinis soal > > VOC ; > > > gue berasumsi..ini orang Jerman kali nih....hihihihihihi-. Mana > > namanya > > > Adolf lageh, jadi inget Hitler. > > > Salut banget sama bahasa Indonesianya yang lancar, dan > > pengetahuannya > > > soal Batavia. > > > > > > Beliau ada sempat menyebutkan beberapa hal sejarah yang belum > > pernah gue > > > dengar. Misalnya pada tahun 1614 pernah ada penggusuran rumah > > tionghoa. > > > Jadi pada saat itu Belanda minta Pangeran Jayakarta untuk menggusur > > > rumah-rumah tionghoa yang dekat dengan gudang, soalnya kalau banyak > > > rumah tinggal di sana, kuatir rawan terjadi kebakaran yang akan > > merembet > > > sampai ke gudang, getoh. > > > Ada lagi disebut bahwa kalau mau cari rumah tionghoa yang orisinil, > > > jangan cari di daerah KOTA. Sebab pada Oktober 1740 waktu itu > > Hindia > > > Belanda dengar gossip Tjina2 mau berontak, maka semua rumah > > tionghoa di > > > daerah kota di bakar. Maka rumah tionghoa di daerah Kota itu > > dibangunnya > > > sesudah tahun 1740 itu lah. > > > Berikutnya ada disebut soal Kelenteng Ancol yang umurnya kurang > > lebih > > > sama dengan kelenteng Cin De Yuan ( bener gak nih nulisnya), ada > > disebut > > > juga Gereja Toa Se Bio yang pembangunannya pakai pakem rumah > > tionghoa, > > > > > > Ada lagi yang menarik tentang Orang Tionghoa yang Muslim, masuk > > dari > > > Banten. Tentang Mesjid Kebon Jeruk, yang katanya dibangun oleh > > orang > > > tionghoa (CMIIW) dan di belakangnya ada makam istri orang tionghoa > > yang > > > pakai bongpay ala tionghoa ini. Dan tentang Mimbar Mesjid Krukut, > > yang > > > dibuat oleh orang Tionghoa, dengan beberapa ornamen gaya Tionghoa, > > tapi > > > itu mimbar sekarang nggak tahu ada di mana, orang2 mesjid sendiri > > > ditanya jawabnya nggak tahu. kalau ada yang tahu itu mimbar mesjid > > > krukut ada dimana, boleh donk kasih info. Ada lagi disebut tentang > > > mesjid Tambora. Dulu disana ada ubin dengan ornamen binatang dan > > orang, > > > tapi sekarang udah di bongkar sama orang yang serem serem, > > > hihihihihi..-.... istilah "orang serem" itu langsung nyangkut di > > kepala > > > gue. > > > > > > Kita tidak punya lagi sisa sisa kelenteng dan rumah tionghoa yang > > > dibangun sebelum tahun 1740. Dari jaman itu yang tersisa hanya > > tinggal > > > gambar gambar dan lukisan2 batavia masa lampau. > > > (kalau mau lihat gambarnya barangkali ada tuh di buku jakarta > > heritage > > > dalam lukisan cat air, terbitan periplus juga, gambarnya cakep > > cakep, > > > kalau tega beli buku yang harganya setengah juta...eng ing eng) > > > > > > Dari pembicara pertama ini ditutup dengan kalimat inti kurang lebih > > > isinya: Di daerah toko 3 dan mesjid Tambora masih ada rumah rumah > > > tionghoa yang layak di lestarikan, tetapi semuanya sekarang dalam > > > keadaan ruwet. begitupun kuburan Auwyang Peng Koen yang punya nilai > > > sejarah juga belum ada yang perhatikan, maka kepada orang tionghoa > > > umumnya, dan orang tionghoa yang kaya khususnya, peliharalah > > warisan > > > leluhurmu dan nenek moyangmu ini.... > > > > > > Nah tu! Ditantang tu, bisa nggak kita Tionghoa tionghoa menghargai > > dan > > > memelihara warisan budaya nenek moyang yang di depan mata, tu! > > > > > > > > > ps: Intermezzo, Romo Heuken kasih tebakan, VOC itu singkatan apa > > > hayoooooooo.-..... !!! hehehehe....-.. > > > > > > > > > > > > > > > > > > No virus found in this outgoing message. > > > Checked by AVG. > > > Version: 7.5.524 / Virus Database: 270.0.0/1490 - Release Date: > > 6/8/2008 > > > 5:32 PM > > > > > > No virus found in this incoming message. Checked by AVG. Version: 7.5.524 / Virus Database: 270.2.0/1495 - Release Date: 6/10/2008 5:11 PM No virus found in this outgoing message. Checked by AVG. Version: 7.5.524 / Virus Database: 270.2.0/1495 - Release Date: 6/10/2008 5:11 PM