Bung Danarhadi dan TTM semuah,

Hai, apakabar? Sudah makan?

Sorry, baru respon lagi.

Saya ndak tahu di mana Bung Danarhadi tinggal. Tapi kalau tak salah, shallot 
bisa
menggantikan bawang merah. Walau tentu saja agak beda. Bawang merah mung-
kin lebih gembul dibandingkan dengan shallot yang lebih ceking. Rasa dan aroma
keduanya hampir sama saja, walau mungkin tidak persis banget.

Memasak sendiri, memang bisa 'mengurangi' asupan MSG melalui makanan. Saya
cuma bilang 'mengurangi', sebab kalau anda masih memakai mie-nya dari yang
ada di toko, itu MSG masih terdapat di dalam mie-nya. Baik mie basah, kering a-
tau jenis mie lain. Hampir tidak ada makanan yang benar-benar bebas dari MSG.

Kalau anda menemukan makanan dalam kemasan hasil produksi pabrik, dan di
kemasan mencantumkan bahwa mereka tidak memakai MSG, jangan dulu ber-
senang hati bahwa anda sudah mengurangi asupan MSG. Sebab bisa saja mere-
ka tidak memakai MSG, tapi menggantinya dengan I+G. (Disodium) Inosinate +
(Disodium) Guanylate, kombinasi dari keluarga MSG juga. Yang kadarnya kalau
tak salah justru lebih kuat lagi dari MSG yang sudah kita kenal dan menimbul-
kan 'after meals effect' berupa CRS - Chinese Restaurant Syndrome, bagi bebe-
rapa orang yang peka dan sensitip terhadap penguat rasa ini. 

Sila lihat link ini: 
http://www.truthinlabeling.org/nomsg.html
http://en.wikipedia.org/wiki/Disodium_inosinate

Sebagai penyedap rasa, mungkin anda bisa tambahkan sedikit terasi atau shrimp
paste ke dalam mie goreng anda. Buat orang Indonesia (dan semenanjung?) bela-
can atau terasi ini memang adalah penyedap rasa nan sejati buat kita. Tapi tentu
saja anda mungkin mendapatkan terasi yang sudah ditambahi MSG pula, jeh!

Kebalikan dari anda, anak-anak kawan saya yang pada belajar di Tiongkok, suka 
sangu bumbu mie instant dalam kemasan. Mie-nya ditinggal di Indonesia, supaya
tidak berat bawaannya. Lalu di Tiongkok mereka beli mie instant untuk diambil
mie-nya saja, bumbunya diganti dengan yang mereka bawa dari Jakarta. Sebab
'rasa' bumbu mie instant di Tiongkok tentu tidak bisa lolos 'fit & proper test' 
da-
ri lidah mereka.

Makanan, memang begitu kuat pengaruhnya kepada manusia ya. Sampai orang
rela berrepot-repot demi memenuhi selera lidah dan mulut. Padahal mah kalau
sudah masuk ke dalam perut, sudah tidak lagi ber-rasa semua makanan itu.

Kalau anda suka makan dan sudah berhasil mengembangkan resep pribdai, bi-
sa saja anda mulai koleksi dan catat resepnya. Siapa tahu muncul resep modifi-
kasi baru yang menambah perbendaharaan resep masakan Indonesia?  Saya ra-
sa, banyak resep makanan sekarang yang asalnya juga hasil modifikasi oleh pa-
ra koki di rumah.

Begitulah saja kira-kira.

Salam makan enak & sehat selalu,
Ophoeng
BSD City, Tangerang




--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "danarhadi2000" <[EMAIL PROTECTED]> 
wrote:

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Ophoeng" <ophoeng@> wrote:

Bung Dipodipo dan TTM semuah,
 
Hai, apakabar? Sudah makan (buka)?
 
Waktu satu pabrik mie instant mau mengembangkan rasa mie
instantnya (waktu itu namanya mie instant adalah mie berkuah),
dalam diskusi, kebetulan saya terlibat, saya usulkan membuat
mie goreng ala jawa yang cuma berkecap dan berbumbu saja.
Rupanya usul itu ditanggapi serius dan dicoba, ternyata 'rasa'
mie goreng dalam bentuk mie instant sekarang populer sekali.

----deleted-------
 
*** karena saya sangat suka makan, dan tak mau selalu ke resto, maka 
saya kembangkan resp pribadi ha ha. Ini juga untuk menghindari makan 
Monosodium Glutamate.
 
Kalau saya mau buat mie goreng, maka saya goreng dulu ayam atau 
samcan dengan minyak yang no kolesterol. Saya masukkan bawang merah 
(disni bawang Bombay), bawang putih. Lalu saya rebus mie, yang enak 
mie basah. Lalu saya masukkan kedalam gorengan ayam atau daging tadi, 
saya aduk. Baru saya campur kecap asin, atau minayk ikan (anchovy 
sauce), dan finally sayur, kailan atau sawi hijau. kailan disini 
mahal atuhh. taburi bawang goreng kering. Bumbu mie instant itu tak 
saya pakai. Gak pakai garam, hanya merica.
 
Salam
 
Danardono




Kirim email ke