Sdr GSuryana,
Punten, akan saya jawab secara japri, untuk menjaga kesalahmengertian dan
perbandingan.  Sojah, Tan Lookay

On Tue, Oct 7, 2008 at 6:24 PM, gsuryana <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

>    Mohon maaf..
>
> Pengertian
>  "Ampunilah kami seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami "
>
> Tidak mudah di terjemahkan dalam kata kata, silahkan teliti kalimat
> tersebut.....Ampunilah kami....
> Dengan kata lain, sebelumnya kita sudah melakukan kesalahan, sedang jenis
> kesalahannya apa tidak jelas, kemudian dilanjut dengan " " Mengampuni yang
> bersalah kepada kami......."
> Lha salahnya jenis apa ?, terlalu banyak jenis kesalahan yang sulit untuk
> 'diampuni' , semisal seorang anak punya kebiasaan nyontek, apakah doa
> tersebut berlaku ?
>
> Belum lagi makna 'Kami', siapa kah yang dimaksud dengan kami disini ?.
>
> Didalam budaya dan ajaran Tionghoa konsep maaf, lebih ditekankan kepada
> individu, tidak di utama kan kepada 'kami'.
>
> sur.
> http://indolobby.blogspot.com
>
> ----- Original Message -----
> *From:* Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED]>
>
> Mohon maaf ini sepengetahuan saya saja terutama tentang Budaya Kristen yang
> kami coba kembangkan lagi terutama di Gereja saya dalam lingkup kecil.  Kami
> berpendapat bahwa akar permasalahan adalah dendam dan kami mencoba untuk
> memaafkan sesuai dengan doa utama Bapa Kami yaitu "ämpunilah kami seperti
> kami mengampuni yang bersalah kepada kami". Dalam Alkitabpun diceritakan
> bahwa pengampunan harus diberikan 70 x 7 kali. Jadi pemaafan atau
> pengampunan seharusnya dilakukan tanpa diminta dan bahkan kepada yang tidak
> layak dimaafkan sekalipun.  Kami berpendapat bahwa mengampuni/memaafkan
> adalah suatu bentuk melepaskan dendam, dan dengan hilangnya dendam tersebut
> maka kita akan dapat "move forward": (maju kedepan) dan juga melepaskan
> ganjalan dihati.
> Nah, dalam skala kecil kami coba terapkan kekehidupan keluarga dan ternyata
> gerakan kami ini banyak mencegah perceraian/pecahnya keluarga, mendamaikan
> anak dengan orangtuanya dalam konteks gereja dls.
> Saya sendiri pernah mendendam keluarga karena perlakuan yang saya anggap
> tidak adil dan ternyata dengan pengampunan itu kami sekarang menjadi erat
> kembali, bahkan seminggu sekali saya sering kongkow-kongkow dengan kakak
> ipar yang dulu sangat saya benci.  Nah tentang Tiongkok, saya nggak tahu
> karena itu saya mohon petromaks dari lain saudara.  Tentang pelaksanaan di
> dunia Barat, terutama dalam bernegara, saya sendiri beranggapan bahwa
> pelaksanaan prinsip Kristiani tidak dilaksanakan sepenuhnya atau sangat
> menyimpang, misalnya dengan "politik balas dendam Bush terhadap terroris"
> . Dalam Budaya Jawa, acara bermaafan stahun sekali itu baik, tetapi
> kadang-kadang sebagian ada yang hanya basa-basi saja, walaupun setahu saya
> dalam pesantren tertentu diupayakan bermaafan "betulan" dengan tulus.
> Salam, Tan Lookay
>
>
>
>  
>



-- 
Best regards, Tantono Subagyo

Reply via email to