Saya setuju  --- semua perayaan "agama" atau non agama - diselimuti factor 
business.
Kita ambil contoh Natal - kalian jaman sekarang menganggap  santa adalah jolie 
old man dari Nordpole - ini kan cipta-an Coca Cola utk jual product mereka. 
Sama dgn Paskah - penjualan candy coklat  meningkat atau sekarang kalian 
merayakan Valentine. Perayaan Cap Go Meh atau Lunar New year - saya kira 
business meningkat dgn minimal 100% 
Ini hanya perayaan diIndonesia - Di India malah ditambah dgn Holi Paqua - Thn 
baru lunar mereka yg juga kurang lebih sekarang dirayakan.  Penduduk Hindu hari 
ini menyiram setiap orang yg lewat dgn aer warna merah/ungu dan baju putih jadi 
baju merah. Demikian juga diIran yg beragama Islam shiya mereka merayakan thn 
baru mereka menurut perhitungan lunar dari calender Persia. ---- kesimpulannya 
New Year menurut perhitungan Gregorian atau Lunar Asia  atau Lunar India semua 
ada inti perdagangannya dicampur dgn inti kebudayaan ribuan thn. Lunar 
China perhitungannya 100% sama dgn Tet-lunar dari Vietnam dan diKorea atau 
diMongolia  Songkran di Thai juga kurang lebih sama perayaannya kaya paqua - 
disiram dgn aer hanya aernya harap saja aer bersih. Songkran juga dirayakan 
diKampuchea, Srilangka, Miramar Mereka memakai lunar calender Theravada [juga 
dipakai oleh aliran budhist diJawa.]
Didalam perhitungan business USA biasanya kalau ada hari raya natal  mereka 
pembukuannya disebut black - ump sehari setelah thanksgiving diberikan nama 
black friday - contranya kalau negative disebut red atau merah.
 
Andreas

--- On Fri, 2/6/09, danarhadi2000 <danarhadi2...@yahoo.com> wrote:

From: danarhadi2000 <danarhadi2...@yahoo.com>
Subject: [budaya_tionghua] Re:Etnis Tionghoa Kristiani Mengikuti Misa Imlek
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Friday, February 6, 2009, 6:11 AM






--- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Tantono Subagyo <tant...@... > 
wrote:
>
> Sdr Erizon yang baik,
> Mohon difahami bahwa euforia yang nampaknya berlebihan dalam 
merayakan Imlek
> ini sangat kental unsur bisnisnya, lihat saja ramenya di mal-mal de 
el es.
> Jadi karena orang mal mau cari untung maka dengan boosting Imlek 
mereka
> dapat mengeduk uang dari orang Tionghua. Jadi bukan orang 
Tionghuanya yang
> berlebihan. Salam, Tan Lookay

*** Yahhh pak Tantono, memang di-mana mana juga demikian. 

Disini, seluruh Uni Eropa, natal juga merupakan perayaan bazaar yang 
besar, omzet toko toko chocolatier, computer, baju, perhiasan pohon 
natal, parfumeri, de el el sangat melonjak... disetiap toko terdengar 
lagu jingle bells... 

Di Jakarta kalo Idulfitri sami mawon, hotel hotel mempromokan menu 
buka puasa ber-discount, kalo Idul Adha.. tinggal telpon nomor agent 
tertentu... kambing atawa sapi sudah terpotong rapi siap saji ehhh 
siap sedekah..

Bukan euforia berlebihan pak, kom er si alll

Salam

Danardono














Kirim email ke