Mohon maaf, kalau saya nimbrung sedikit telat. Soalnya dah lama gak masuk ke 
milis BT, jadi agak sedikit BT juga jadinya. 
Soal terjemahan nama kota dan tokoh Indonesia ke dalam bahasa Tionghoa yang 
sudah ada dari dulu dan sudah diterima luas, saya kira jangan gegabah 
mengotak-atiknya dengan menjudge semua itu sudah ketinggalan zaman dll. 
Terjemahan-terjemahan itu memiliki latar belakang historisnya masing-masing 
yang sangat bermanfaat untuk menelusuri sejarah kedatangan orang Tionghoa ke 
Indonesia. 
Nama-nama kota Medan, Tegal dan Bandung misalnya yang diterjemahkan menjadi 
Mianlan (ÃÞÀ¼), Zhige (Ö±¸ð) dan Wanlong (Íò¡) memang janggal bila dilafal 
secara Mandarin. Tapi itu sangat memudahkan kita untuk mereka-reka suku 
Tionghoa manakah yang pertama kali menginjakkan kakinya di kota-kota itu.
Misalnya, kota Tegal yang diterjemahkan menjadi Zhige (Ö±¸ð),dalam lafal Minnan 
bunyi Ö±¸ð itu adalah Ti Ga. Ini sangat membantu kita untuk membuat asumsi 
bahwa suku Tionghoa yang pertama datang ke kota Tegal adalah suku Minnan dari 
propoinsi Fujian (Hokkian). 
Demikian juga kota Bandung yang diterjemahkan menjadi Wanlong (Íò¡), dalam 
dialak Minnan huruf itu dilafal Ban Lung. 
Menjadi sangat jelas khan?
Berkaitan dengan yang di atas, izinkan saya membuat sedikit koreksi, bahwa 
terjemahan nama Indonesia itu bukan ke dalam huruf Mandarin, tetapi ke dalam 
huruf Hanzi (kanji)yang bisa dilafal berbeda-beda oleh pelbagai suku Han yang 
ada. Tidak pernah ada huruf Mandarin, yang ada hanya huruf Hanzi. 
Salam, 

Erik 


Kirim email ke