Salam kenal juga... Kalau soal masuk legislatif Orang Tionghua pada dasarnya memilih berdasarkan kapabilitas dan bukan atas dasar kesukuan. Jadi bukan hanya semata-mata mengejat aspek legalitas/formal semata, tetapi kemampuan juga harus jadi prioritas. Karena ketika seorang Tionghua menjadi caleg, yang diwakili bukan hanya Sukunya tetapi juga seluruh bangsa Indonesia. Demikian menurut saya. salam, NT
--- On Tue, 10/13/09, Aswal Scorpio Sikumbang <aswalscorpiosikumb...@yahoo.co.id> wrote: From: Aswal Scorpio Sikumbang <aswalscorpiosikumb...@yahoo.co.id> Subject: Re: [budaya_tionghua] Suatu ketika kata "Cina" akan bermakna positif ( I am sure )...:) To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Tuesday, October 13, 2009, 1:54 PM Bang Nasir Tan. Salam kenal dengan saya. Saya seorang mahasiswa UNIMED ( Universitas Negeri Medan) yang sekarang sedang menyelesaikan studi dan ingin menulis tentang Orientasi politik etnis Tionghoa Pasca Otonomi Daerah di kota Medan. Saya ingin mengetahui sejauh mana orientasi pemilih bang Nasir terhadap pil caleg dari etnis Tionghoa. apakah abang memilih caleg dari etnis Tionghoa berdasarkan etnisnya atau karena kapasitasnya sebagai calon legislatip ? Sebelumnya terimakasih atas tanggapannya bang ... (AswaL) --- Pada Sen, 12/10/09, Nasir Tan <hitaci2...@yahoo. com> menulis: Dari: Nasir Tan <hitaci2...@yahoo. com> Judul: Re: [budaya_tionghua] Suatu ketika kata "Cina" akan bermakna positif ( I am sure )...:) Kepada: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Tanggal: Senin, 12 Oktober, 2009, 4:46 PM Bisa aja kalo istilah Cina itu bermakna penghinaan kenapa tidak? Bukankah Orang Indonesia ( mayoritas Jawa ) kalo di panggil Indon oleh Melayu Malaysia juga jadi panas kuping dan memprotes? Yah........walaupun tidak serta merta berhenti tetapi paling tidak ada usaha untuk berhenti dan pernah diperjuangkan. Kita belum tahu juga apa yang terjadi seandainya bisa diperjuangkan hingga ke lembaga tinggi negara. Tetapi pasti akan ada dampaknya, baik pro atau kontra. Mudah2an badan dunia lain ikut berkomentar jadi sekalian ketahuan, siapa takut. Betul...tidak semua orang Tionghoa diharapkan dapat baik sesuai harapan mayoritas masayarakat umum, tetapi kalo kita mulai dari kalangan intelektual/ tokoh penting, bisnismen dan tokoh-tokoh masayarakat dah mulai mempelopori, maka lambat laut kebaikan akan jadi merata terdengar dimana-mana. Mari kita mulai dari diri kita masing-masih dulu, jangan tunggu setelah semua Orang Tionghao berbuat baik baru kita ikutan.....hehehe. Gak perlu ada target tertentu tetapi yang penting makin sering kita saling mengingatkan dengan teman2 akan makin baik. Lha, kalau golongan intelektualnya aja terkesan angkuh apalagi yang tidak berpendidikan. Trus kita ini memang masih sering dicekoki oleh famili dengan paham yang menutup diri terhadap masayarakat luas, alias tidak diperbolehkan terbuka dan semacamnya. Dan celakanya... .walau kita sudah berpendidikan tinggi, kita "mempercayai" didikan seperti itu. Sehingga apa yang kita yakini ( yang - ) selalu terjadi karena arah pikiran kita sudah disetting dengan arah (-) tsb. Kalau sekedar mau merasa bangga bahwa Tionghoa punya nama besar dan budayanya tingga itu, itu bole-bole saja asalkan kita juga bisa membagi kebesaran itu. Kalau tidak dapat membagi dalam arti luas, maka kita tidak ada bedanya dengan para kolonial dahulu. Oleh sebab itu jangan heran kalo kita dibenci karena dianggap penjajah..hehehe Ini tidak bisa dibiarkan berlarut-larut dan langkah yang paling bijak adalah mengupayakan agar budaya Tionghoa dapat ditanamkan/diajarka n sejak dini di masayarakat. Disini kali pertama harus kita uji keampuhan budaya/idologi kita terhadap mayasrakat luas. Ideologi Indonesia pada saat ini masih didominasi ideologi Jawa yang meski menurut Orang Jawa itu sangat bagus, kadang2 bule juga ikut2an bahwa budya Jawa bagus, tetapi menurut pendapat pribadi saya masih penya kelemahan disana-sini. ..kadang2 saya malah mikir gak ada apa-apanya.. .hehehe.. ampe segitunya ya? Sebagai bagian integral dari Bangsa Indonesia, apa salahnya kalo kita berikan masukan, toh kita sama-sama Bangsa Indonesia wajar kalo saling memperkuat. salam, Nasir T --- On Mon, 10/12/09, a...@cbn.net. id <a...@cbn.net. id> wrote: From: a...@cbn.net. id <a...@cbn.net. id> Subject: Re: [budaya_tionghua] Suatu ketika kata "Cina" akan bermakna positif ( I am sure )...:) To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Date: Monday, October 12, 2009, 9:17 AM Cara pertama terlalu overacting dan malah kita akan menjadi bahan olok-olok. Cara kedua hampir mustahil mustahil kebenarannya. Paling baik ya kita biasakan diri kita sendiri memakai istilah Tionghoa alih-alih Cina. Kita hanya bisa berbuat yg dpt kita kendalikan sendiri. Masak mulut sama pikiran orang mau kita paksa berubah dgn UU? Haahahaaa... Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss... ! From: Nasir Tan <hitaci2...@yahoo. com> Date: Mon, 12 Oct 2009 04:37:59 -0700 (PDT) To: <budaya_tionghua@ yahoogroups. com> Subject: [budaya_tionghua] Suatu ketika kata "Cina" akan bermakna positif ( I am sure )...:) Nah sekarang apa yang harus kita lakukan agar masayarakat Indonesia non-Chinese menyebut/menyapa kita dengan sapaan yang kita inginkan? Menurut saya ada 2 hal minimal yang harus kita lakukan : 1. Kita memberi usulan ke pemerintah lewat legislatif tentang usulan penyebutan yang kita kehendaki. Katakan, kita mengusulkaan melalui sidang kabinet terbatas agar masyarakat harus menyapa kita-kita yang keturunan dan masih totok Chinese dengan sebutan Tionghoa, bukan "Cina". Dan untuk itu harus adakan juga semacam Seminar mengenai budaya Tionghoa yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari oleh masyarakat pribumi. Saya pernah mengusulkan pada seseorang sesepuh Tionghoa agar budaya Tionghoa sudah saatnya harus dikedapankan dalam kehidupan, misalnya mengajarkan budaya Tionghoa sejak dini di sekolah-sekolah. Ini penting sebab dapat menanamkan pemahaman yang benar mengenai budaya kita. Ibarat pedang, kalau pedang tidak pernah keluar dari sarungnya bagaimana orang percaya kalau pedang itu punya kelebihan..? ? Kita buka saja dan kita diskusikan dan saya yakin pasti ada solusinya. 2. Membiarkan mereka menyebut kita-kita ini Cina, tetapi lambat laun makna Chinese akan berubah menjadi positif manakala kontribusi kita kepada bangsa dapat ditonjolkan, dalam artian selama kita tida merugi ( material maupun non material ). Saya ada lihat sedikit di negara Asean lainnya, seperti Philipina yang keterunan Chinese disana tidak merasa lebih tinggi derajatnya dibanding etnis lokalnya, sehingga kesetaraan menjadi bagus. Demikian juga di Thailand dan negara-negara Indo Cina lainnya. Keturunan Chinese disana tidak membanggakan diri atau merasa lebih terhormat dibanding pribumi disana. Lha kalu kita di Indonesia ( ..??? ) Seringkali pula kita-kita yang keturunan menyenangi apa yang tidak disenangi oleh pribumi. Ini salah satu sumber kebencian juga, apalagi kalau kita pelit ( baik materi maupun non materi ) mereka lebih-lebih benci lagi. Saya punya pengalaman waktu remaja. Ketika itu ada teman yang mau minjam catatan, tetapi saya tidak mau memberikan karena dia sering bolos. Akibatnya saya dicaci maki, tetapi akhirnya saya tunjukkan bahwa saya lakukan hal itu bukan karena pelit, tetapi karena dia sering tidak masuk sekolah. Selain itu saya juga tidak tau rumahnya kalo ada apa-apa mau cari kemana? Akhirnya masalah selesai pada saat itu. Hingga sekarang kami akrab dan kalo ketemu dia baik bangat. Demikian menurut saya, ato ada yang ingin menambahkan? salam NT email : nasir_...@hotmail. com --- On Sun, 10/11/09, dedistd <dedi...@yahoo. com> wrote: From: dedistd <dedi...@yahoo. com> Subject: [budaya_tionghua] Re: Suatu ketika kata "Cina" akan bermakna positif ( I am sure ) To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Date: Sunday, October 11, 2009, 9:58 PM Sdr Nasir, hal serupa pernah disampaikan oleh Arief Budiman. Dia mengatakan bahwa kalau kata "Cina" terus menerus dipakai dengan makna positif, lama kelamaan unsur penghinaannya akan hilang dan kata cina akan menjadi netral atau positif. Saya setuju dengan itu. Namun sekali lagi mari kita belajar dari sejarah pengubahan kata "cina" menjadi "Tionghoa" seperti yang saya paparkan dalam tulisan saya ("Mengapa Kata "Cina" Tidak Pantas Digunakan?") . Jelas bahwa penggantian kata tersebut memiliki makna sangat yang penting bagi kita Tionghoa Indonesia, karena itu salah satu bukti bahwa generasi di atas kita ikut berjuang untuk Indonesia. Jadi msalah kata "Cina" vs "Tionghoa" sebenarnya bukanlah di penghinaan, konotasi dsb tapi di dasar sejarahnya. Btw, bicara soal Arief Budiman, dia ini dulunya salah satu orang LPKB yang mendukung asimilasi. Namun setelah sekolah di Amerika dan melihat bagaimana imigran di sana tetap mempertahankan identitasnya, barulah dia "bertobat". --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Nasir Tan <hitaci2002@ ...> wrote: > Mmmmmmmmmmmm. ......... ...dah banyak ngomong nich, tapi intinya adalah > masalah sebutan Cina/Chinese atau apapun namanya gak jadi masalah yang > penting kita bisa menyesuaikan diri di negara manapun kita berada. Dan yang > lebih penting adalah bukan karena soal penyebutan, tetapi yang terutama > adalah makna dari penyebutan itu sendiri . Kalau makna penyebutan (-), maka > apapun penyebutan itu sendiri jadi tidak berguna akan sia-sia, sebaliknya > walo dipanggil "Cina" , tetapi kita menonjolkan sifat yang baik ( secama umum > ), maka maknanya akan jadi baik, memang butuh waktu tetapi kata Cina akan > sangat positif artinya kalo kita mulai bangun dalam diri kita sendiri ( inner > building). Mohon maaf kalau ada kekuranagn dan yang mo share pendapat silakan > japri aja di email ini : nasir_...@.. . > > regards, > > > Nasir Tan ( Tan Zi Wei) > Nikmati chatting lebih sering di blog dan situs web Gunakan Wizard Pembuat Pingbox Online