Mau tanya ?. Bukannya pembahasan kalimat kata "cina ", sudah pernah dibahas, 
dan sudah pernah diselesaikan pada tahun lalu di Kantor Budaya tionghoa di 
Pangeran Jayakarta. Yang Saya tanyakan adalah sebenarnya mau bahas dari segi 
apa dari sebuah Kalimat "cina". lalu apa dikotominya " keturunan" dan 
"Pribumi". Sekarang tuh udah ngak ada istilah kayak gituan, mengapa sesuatu 
yang sudah pernah diselesaikan diubek lagi dan dicari boroknya lagi ?



--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, agoeng_...@... wrote:
>
> Jadi inget kelakuan sebagian org yg menganggap rendah para " cina glodok" 
> alias tionghoa yg dianggap totok yg dianggap kampungan n ga tau adat modern 
> karena merasa merasa dirinya banyak gaul dan sudah "membaur" apalagi 
> pergaulannya dengan pejabat n anak2 "babe" di selatan sehingga sok paling  
> nasionalis n patriotik seindonesia n bahkan tega2 "menjual" etnisnya dengan 
> cara2  seperti " salah sendiri lo cina ga mau gaul" " mampus lo kena jarah ga 
> mau gaul seh" " dasar ga nasionalis, udah wni juga masih mikirin tanah n 
> istiadat leluhur" atau " dasar pacinko kampungan banget, gaul donk biar elit" 
>  dsb macem begitu.  belon lagi cara2 jilat pantat model Asal Babe Senang yg 
> penting dapet jabatan n proyek lancar sabodo amat bahkan apabila harus ganti 
> orang tua kandung sekalipun. Ihhhh jd serem n eneg kalo inget2 masa jayanya 
> mereka. Btw kalo di jkt  biasanya seh mereka itu rata2 ex pedagang glodok yg 
> dapet proyek trus kaya mendadak n pindah ke daerah elit di selatan trus takut 
> keilangan proyek2nya kalo ga carmuk kemana2 atau org yg keluarganya berhasil 
> naek lepel "londo2an" yg anggep diri modern n udah jadi org barat. Apa ini yg 
> disebut culture shock gara2 ga siap mental naek pangkat? 
> -----Original Message-----
> From: Fy Zhou <zho...@...>
> Date: Mon, 12 Oct 2009 22:16:59 
> To: <budaya_tionghua@yahoogroups.com>
> Subject: Re: [budaya_tionghua] Suatu ketika kata "Cina" akan bermakna positif 
> ( I am sure )...:)
> 
> KwikKiangie sendiri pernah bilang: di dunia ini tak ada bangsa yang semuanya 
> orang baik atau semuanya orang jahat. di setiap bangsa pasti ada pahlawan, 
> dermawan, juga pasti ada pencuri dan penjahat. dan sebagian besar adalah 
> orang biasa yang tak terlalu baik juga tak terlalu buruk.
> 
> Jadi mengharapkan semua orang tinghoa berperilaku baik sehingga dapat 
> pengakuan dari etnis lain adalah mustahil! apakah kita harus menjadi etnis 
> yang super, yag kelakuannya bak malaikat, melebihi kebaikan etnis lainnya 
> baru bisa diterima?
> 
> Baik buruknya julukan tak bekaitan sama sekali dengan kelakuan orang yang 
> dijuluki. Kita yang memperjuangkan pemakaian istilah Tionghoapun tdk lantas 
> menjamin bahwa yang menyandang nama tionghoa pasti orang baik semua. tetap 
> saja ada Tionghoa baik ada Tionghoa busuk. Demikian juga, meskipun seseorang 
> yang dipanggil Cina berkelakuan sangat terhormat,  tetap takkan mengubah 
> makna cina menjadi baik.
> 
> Jika belum yakin, kita ambil saja contoh sebuah julukan yang semua sepakat 
> menghina: yakni julukan " bangsa tempe " bagi bangsa Indonesia! meskipun 
> nanti bangsa Indonesia sdh sedemikian majunya, tetap saja julukan " bangsa 
> tempe " tak menjadi julukan terhormat. Yang paling mungkin, orang takkan 
> berani lagi mengatai bangsa Indonesia sbg bangsa tempe. istilah ini akan 
> lenyap.
> 
> Demikian juga dengan julukan "Pesakitan dari asia Timur" yang ditujukan ke 
> bangsa Tionghoa, tidak akan menjadi bagus meski sekarang negeri Tiongkok 
> menjadi kuat. yang terjadi adalah: tak ada lagi orang barat  yang berani 
> memakai istilah itu untuk menjuluki orang Tionghoa.
> 
> 
> 
> ________________________________
> From: "a...@..." <a...@...>
> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> Sent: Mon, October 12, 2009 8:17:08 PM
> Subject: Re: [budaya_tionghua] Suatu ketika kata "Cina" akan bermakna positif 
> ( I am sure )...:)
> 
>   
> Cara pertama terlalu overacting dan malah kita akan menjadi bahan olok-olok. 
> Cara kedua hampir mustahil mustahil kebenarannya. Paling baik ya kita 
> biasakan diri kita sendiri memakai istilah Tionghoa alih-alih Cina. Kita 
> hanya bisa berbuat yg dpt kita kendalikan sendiri. Masak mulut sama pikiran 
> orang mau kita paksa berubah dgn UU? Haahahaaa...
> Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung 
> Teruuusss... !
> ________________________________
> 
> From:  Nasir Tan <hitaci2...@yahoo. com> 
> Date: Mon, 12 Oct 2009 04:37:59 -0700 (PDT)
> To: <budaya_tionghua@ yahoogroups. com>
> Subject: [budaya_tionghua] Suatu ketika kata "Cina" akan bermakna positif ( I 
> am sure )...:)
>   
> Nah sekarang apa yang harus kita lakukan agar masayarakat Indonesia 
> non-Chinese menyebut/menyapa kita dengan sapaan yang kita inginkan?
> Menurut saya ada 2 hal minimal yang harus kita lakukan :
> 1. Kita memberi usulan ke pemerintah lewat legislatif tentang usulan 
> penyebutan yang kita kehendaki. Katakan, kita mengusulkaan melalui sidang 
> kabinet terbatas agar masyarakat harus menyapa kita-kita yang  keturunan dan 
> masih totok Chinese dengan sebutan Tionghoa, bukan "Cina". Dan untuk itu 
> harus adakan juga semacam Seminar mengenai budaya Tionghoa yang dapat 
> diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari oleh masyarakat pribumi. Saya 
> pernah mengusulkan pada seseorang sesepuh Tionghoa agar budaya Tionghoa sudah 
> saatnya harus dikedapankan dalam kehidupan, misalnya mengajarkan budaya 
> Tionghoa sejak dini di sekolah-sekolah. Ini penting sebab dapat menanamkan 
> pemahaman yang benar mengenai budaya kita. Ibarat pedang, kalau pedang tidak 
> pernah keluar dari sarungnya bagaimana orang percaya kalau pedang itu punya 
> kelebihan..? ? Kita buka saja dan kita diskusikan dan saya yakin pasti ada 
> solusinya.
>  
> 2. Membiarkan mereka menyebut kita-kita ini Cina, tetapi lambat laun makna 
> Chinese akan berubah menjadi positif manakala kontribusi kita kepada bangsa 
> dapat ditonjolkan, dalam artian selama kita tida merugi ( material maupun non 
> material ). Saya ada lihat sedikit di negara Asean lainnya, seperti Philipina 
> yang keterunan Chinese disana tidak merasa lebih tinggi derajatnya dibanding 
> etnis lokalnya, sehingga kesetaraan menjadi bagus. Demikian juga di Thailand 
> dan negara-negara Indo Cina lainnya.
> Keturunan Chinese disana tidak membanggakan diri atau merasa lebih terhormat 
> dibanding pribumi disana. Lha kalu kita di Indonesia ( ..??? ) Seringkali 
> pula kita-kita yang keturunan menyenangi apa yang tidak disenangi oleh 
> pribumi. Ini salah satu sumber kebencian juga, apalagi kalau kita pelit ( 
> baik  materi maupun non materi ) mereka lebih-lebih benci lagi. 
> Saya punya pengalaman waktu remaja. Ketika itu ada teman yang mau minjam 
> catatan, tetapi saya tidak mau memberikan karena dia sering bolos. Akibatnya 
> saya dicaci maki, tetapi akhirnya saya tunjukkan bahwa saya lakukan hal itu 
> bukan karena pelit, tetapi karena dia sering tidak masuk sekolah. Selain itu 
> saya juga tidak tau rumahnya kalo ada apa-apa mau cari kemana? Akhirnya 
> masalah selesai pada saat itu. Hingga sekarang kami akrab dan kalo ketemu dia 
> baik bangat. 
> Demikian menurut saya, ato ada yang ingin menambahkan?
>  
>  
> salam 
> NT
> email : nasir_...@hotmail. com
> 
> --- On Sun, 10/11/09, dedistd <dedi...@yahoo. com> wrote:
> 
> 
> >From: dedistd <dedi...@yahoo. com>
> >Subject: [budaya_tionghua] Re: Suatu ketika kata "Cina" akan bermakna 
> >positif ( I am sure )
> >To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
> >Date: Sunday, October 11, 2009, 9:58 PM
> >
> >
> >  
> >Sdr Nasir,
> >
> >hal serupa pernah disampaikan oleh Arief Budiman. Dia mengatakan bahwa kalau 
> >kata "Cina" terus menerus dipakai dengan makna positif, lama kelamaan unsur 
> >penghinaannya akan hilang dan kata cina akan menjadi netral atau positif.
> >Saya setuju dengan itu.
> >
> >Namun sekali lagi mari kita belajar dari sejarah pengubahan kata "cina" 
> >menjadi "Tionghoa" seperti yang saya paparkan dalam tulisan saya ("Mengapa 
> >Kata "Cina" Tidak Pantas Digunakan?") . Jelas bahwa penggantian kata 
> >tersebut memiliki makna sangat yang penting bagi kita Tionghoa Indonesia, 
> >karena itu salah satu bukti bahwa generasi di atas kita ikut berjuang untuk 
> >Indonesia.
> >
> >Jadi msalah kata "Cina" vs "Tionghoa" sebenarnya bukanlah di penghinaan, 
> >konotasi dsb tapi di dasar sejarahnya.
> >
> >Btw, bicara soal Arief Budiman, dia ini dulunya salah satu orang LPKB yang 
> >mendukung asimilasi. Namun setelah sekolah di Amerika dan melihat bagaimana 
> >imigran di sana tetap
> > mempertahankan identitasnya, barulah dia "bertobat".
> >
> >--- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Nasir Tan <hitaci2002@ ...> wrote:
> >
> >> Mmmmmmmmmmmm. ......... ...dah banyak ngomong nich, tapi intinya adalah 
> >> masalah sebutan Cina/Chinese atau apapun namanya gak jadi masalah yang 
> >> penting kita bisa menyesuaikan diri di negara manapun kita berada. Dan 
> >> yang lebih penting adalah bukan karena soal penyebutan, tetapi yang 
> >> terutama adalah makna dari penyebutan itu sendiri . Kalau makna penyebutan 
> >> (-), maka apapun penyebutan  itu sendiri jadi tidak berguna akan sia-sia, 
> >> sebaliknya walo dipanggil "Cina" , tetapi kita menonjolkan sifat yang baik 
> >> ( secama umum ), maka maknanya  akan jadi baik, memang butuh waktu tetapi 
> >> kata Cina akan sangat positif artinya
> > kalo kita mulai bangun dalam diri kita sendiri ( inner building). Mohon 
> > maaf kalau ada kekuranagn dan yang mo share pendapat silakan japri aja di 
> > email ini  : nasir_tan@ .
> >>  
> >> regards,
> >>  
> >>  
> >> Nasir Tan ( Tan Zi Wei)
> >>  
> >
> >
>


Kirim email ke