menurut saya sih , walau salah secara kronologis dan historis , bisa saja cicit itu memang keturunannya tapi dah tidak efek yah klo benar2 keturunan kaisar , pu yi saja sudah jadi rakyat jelata
2009/12/2 <zho...@yahoo.com> > > > Nomor 4 ini yg paling tak masuk akal. Masak semua orang tahu kalau yg punya > nama seperti itu pasti keturunan raja? Wong marganya saja Huang, yg tak ada > hubungan langsung dng marga raja. > > Lagian, di zaman ini, sekalipun dia keturunan raja mancu, tdk ada seorang > yg akan berdiri memberi hormat, apalagi ini di indonesia! Reaksi yg paling > umum adalah: orang2 akan memperhatikan dng penuh selidik, seperti nonton > binatang langka di bonbin. > > Tujuan bualannya adalah agar orang terkagum2 sama dia. > > Sent from my BlackBerry® > powered by Sinyal Kuat INDOSAT > ------------------------------ > *From: * "save_mynit" <save_my...@yahoo.com> > *Date: *Tue, 01 Dec 2009 16:08:34 -0000 > *To: *<budaya_tionghua@yahoogroups.com> > *Subject: *[budaya_tionghua] Re: OOT: Fakta cicit Kaisar Guang Xu di > Jakarta > > > > > Terima kasih, salam saya Christ. > > Fakta2 yang saya tau dari si cicit ini, > > 1. dia fasih menuliskan nama marga-nya dalam kanji "Huang" > > 2. dia cerita pernah dijodohkan oleh neneknya dengan seorang wanita Korea, > yang penjodohannya unik: > - ada perhitungan shio, > - perhitungan nama > - perhitungan tulang (???) > > 3. dan setelah menikah dengan wanita tersebut, dia melahirkan anak > perempuan. Stelah itu si Nenek menyuruh si cicit ini untuk mencari wanita > lain, sampai dapat keturunan laki2. > > 4. Si cicit ini pernah ikut pertemuan Marga baru2 ini(saya lupa dia ikut > marga Huang atau yang lain) di Hotel Mannhattan, Jakarta. Ada sekitar 70 > keluarga yang hadir. Pada saat memasuki ruangan dan diminta menuliskan nama > (dalam tulisan Kanji), semua hadirin berdiri hanya untuk memberi hormat > kepada keturunan kaisar ini (yang waktu itu datang pakai kaos dan jins > belel) > > > > > > > Dik Christ, > > > Sangat menarik ceritanya, sayang saya jauh di Singapore, kalau tidak > > > sudah datang minta dikenalkan kepadanya. Mungkin yang aneh adalah > dinasti > > > Qing dikuasai oleh orang Man (Mancu) atau Boan menurut logat > Hokkian,bukan > > > Monggol. Yang diperintah Mongol adalah dinasti Yuan atau Guan. > > > Ketika saya ke Beijing, saya pernah mengunjungki Qing Xi Ling atau > makam > > > barat kaisar dinasti Qing yang terletak di kabupaten Yi keresidenan > Baoding > > > propinsi Hebei. Hari pertama pagi-pagi diantar tuan rumah meninjau > waduk > > > yang sekarang menjadi tempat wisata, siang pulang makan di rumah > penduduk, > > > setelah makan sorenya mau diajak ke Qing Xi Ling itu, tapi malang hari > > > hujan, maka sayapun tidur. Ketika bangun ada tamu di sana tadinya saya > kira > > > tamu tuan rumah saja. Tapi saya terkejut kalau ia datang mencari saya. > > > Katanya jangan tidur di sini (di rumah petani tuan rumah) udara sudah > dingin > > > dan ranjang keras, tidur saja di hotel, nanti dia yang urus, kalau mau > saya > > > telpon sekarang, jangan pulang besok, kita ke Qing Xi Ling dulu, > katanya > > > kemudian. > > > Karena hari hujan dan sudah mulai gelap (maklum sudah Oktober) udara > > > cukup dingin, sebetulnya saya tak niat keluar, hanya kurang enak > terhadap > > > tuan rumah, tapi kelihatan tuan rumah seolah memberi isyarat untuk saya > > > turut saja. Akhirnya saya mengiakan, tamu bilang, nanti saya pindahkan > > > mobil ke depan rumah. Ia pun membawa payung keluar, depan rumah adalah > jalan > > > tanah, kira-kira 100 meter dari jalan kampung yang diaspal. Setelah ia > > > keluar, tuan rumah bilang, ia orang kampung sini asalnya, ia ketua > > > pengadilan negeri kabupaten katanya, saya tertegun. Bagaimana ia tahu > saya > > > dan bagaimana ia tahu kedatangan saya? Tuan rumah bilang mungkin dari > mulut > > > penduduk kampung, dikampung seorang asing datang, seluruh kampung tahu, > > > jangan khawatir katanya, orang kampung sini semua sne Li , masih ada > > > hubungan keluarga semua. > > > Ketika kami keluar, di depan sudah ada mobil dinas Pengadilan 1. Haha, > > > saya seorang kaypang diajak naik mobil pemerintah dan ditempatkan di > hotel > > > sebagai tamu pemerintah daerah. > > > Di jalan ia bilang undur dua tiga hari, kita keliling dulu, di sini > > > banyak peninggalan sejarah. Kami libur nasional seminggu katanya. Tapi > saya > > > terpaksa menolak, karena jadwal sudah pasti pesawat tak dapat diubah. > Dengan > > > menyesal kelihatannya ia berkata, kalau begitu kita mampir sekarang. > Kami > > > mampir ke makam pertama yang kami lewati, ialah makam kaisar Jiaqing, > salah > > > satu makam terbesar di kompleks itu . Hari hujan, dan sudah gelap makam > tak > > > ada listrik, lapangan luas, karena itu jalan agak licin, ia menunggu di > > > depan dengan isteri saya, karena isteri tak berani jalan di jalanan > licin, > > > kedua lututnya pernah dioperasi. Saya pergi dengan putri tuan rumah > petani > > > tempat saya menginap sehari sebelumnya. Makan sangat luas sayang > aulanya > > > yang penuh dengan gambar dan keterangan tentang Jiaqing, tak dapat > terbaca > > > lagi karena sudah mulai gelap. Akhirnya kamipun keluar. Di luar gerbang > ada > > > deretan rumah gedung, jelas bukan rumah petani, ia bilang inilah > turunan > > > mantan pegawai istana dinasti Qing yang sampai sekarang masih tinggal > di > > > situ mengurus makam. Dulu mereka kerja bakti, tanpa gaji, tapi setelah > > > reformasi mereka diberi honor lagi, sebagai penjaga benda bersejarah. > Di > > > samping itu di sana ada makam ibusuri Cixi yang kenamaan yang > menyebabkan > > > dinasi Qing murat marit. Cixi di makamkan disana, jenazah sudah > diangkut > > > dengan kereta api. Jalan kereta api ke kabupaten ini adalah jalan > khusus > > > untuk keluarga kerajaan yang mau sembahyang ke makam kaisar. > > > Keluar dari makam Jiaqing hari sudah gelap benar, sayang katanya dia > > > salah, harusnya ke makam Yongzheng dulu (Yong Ceng) kaisar tangan besi > yang > > > berhasil mempertahankan kegemilangan dinasti Qing yang diwariskan oleh > salah > > > satu kaisar yang paling berhasil dalam sejarah Tiongkok yaitu ayahnya > Yong > > > Ceng kaisar Kangxi. Pak Hakim bilang, lain kali datang lagi dan atur > waktu > > > jangan terlalu mepet ia bilang, kami libur seminggu karena hari > Nasional. > > > Kalaupun saya ada halangan, katanya lagi, ada supir yang akan > mengantar. > > > Hari kedua pagi-pagi pak Hakim sudah datang ke hotel, mengajak makan > pagi > > > dan langsung mengantar kami dengan mobil dinas ke Beijing. Jangan naik > bis > > > katanya, hujan, bis becek. Supir libur tak ada di tempat saya antar > sendiri > > > sampai ke hotel di Beijing. Jadilah pak Hakim supir dan saya sebagai > tamu > > > pemerintah daerah. Dunia terbalik pikir saya, saya hanya heran, > kabarnya > > > pejabat sombong-sombong bagaimana seorang ketua pengadilan negeri > kabupaten, > > > mau membawa mobil sendiri, menjemput kami di kampung, mengantar ke > makam > > > kaiisar dan akhirnya mengantar kembali ke hotel. Saya juga perhatikan, > > > setiap lewat gerbang tol, ia bayar, masuk ke halaman makam kaisar ia > juga > > > membeli karcis bahkan membelikan kami karcis. Ketika sampai ke depan > hotel, > > > penjaga gerbang bertanya mau masuk ke kompleks hotel ada urusan apa, > baru > > > portal di angkat. Sebetulnya dari mobil sudah kelihatan tulisan yang > besar. > > > Pengadilan Negeri Kabupaten Yi no. 1. > > > Sampai di hotel iapun mengantar kami masuk ke reseptionis untuk > mengambil > > > kunci kamar. Ketika saya ajak makan dulu, di hotel ada rumah makan, ia > > > menolak dan pamitan pergi. > > > Kalau semua pejabat seperti itu, saya pikir, Tiongkok akan melesat > lebih > > > cepat, selama ini saya dengar pejabat sombong, korup dan memandang > rendah > > > rakyat miskin. Pengalaman yang sangat berbeda dengan masukan yang > selalu > > > saya dengar, > > > Di samping itu, di Beijing, saya kedatangan tamu lain yang di luar > > > dugaan. Seorang profesor dari Universitas Minoritas datang malam-malam > > > menjenguk kami di hotel di antar oleh seorang mahasiswi Mancu yang saya > > > kenal. Surprise! Saya tak sempat bertanya termasuk etnis apa dia? > Sedang > > > hotel tempat menginap saya hanya hotel bintang 2! Mahasiswi Mancu tsb > juga > > > menggunakan sne Wang (Hokkian Ong) . > > > Cerita Sdr. Christ di atas saya rasa lebih banyak benarnya. Mereka > > > menggunakan sne Ong mungkin karena merasa masih keturunan dari > kerajaan, ong > > > berarti raja. > > > Kalau ada waktu, saya kira moderator perlu mengirim orang untuk > > > mengetahui lebih dalam, ini adalah sejarah Tiongkok yang luput dari > > > perhatian orang. Di Tiongkok, dinasti Qing tidak lagi dianggap > penjajahan, > > > karena orang Mancu adalah salah satu etnis resmi di Tiongkok. Demikian > juga > > > dinasti Utara, seperti Wei utara, karena orang etnis yang menjadi raja > > > sekarang adalah bagian dari etnis bangsa Tionghoa. Mongolia agak lain, > > > pendapat masih terpecah. Karena etnis Mongol sekarang mempunyai negara > > > Mongolia, tapi sebagian termasuk etnis dalam wilayah Tiongkok, jadi > adalah > > > termasuk etnis bangsa Tionghoa (Zhonghua Minzu). > > > > > > Catatan: > > > Dinasti Qing (1616-1911), Kangxi, kaisar ke-4 sejak berdirinya negara > > > Jin (Kim) II dan Kaisar ke -3 setelah negara Jin diproklamirkan menjadi > > > dinasti Qing (Ceng atau Cing) , Yongzheng, kaisar ke 5, Jiaqing kaisar > ke 7, > > > Guangxu kaisar ke 11 dan Puyi kaisar ke 12 (terakhir). > > > Dinasti Qing ini diperintah oleh keluarga Aixinjioro (orang barat > > > menulisnya sebagai Aisingioro) . > > > > > > ------------------------------ > > >