Dik Christ, 
  Sangat menarik ceritanya, sayang saya jauh di Singapore, kalau tidak sudah 
datang minta  dikenalkan kepadanya. Mungkin yang aneh adalah dinasti Qing 
dikuasai oleh orang Man (Mancu) atau Boan menurut logat Hokkian,bukan Monggol. 
Yang diperintah Mongol adalah dinasti Yuan atau Guan.
Ketika saya ke Beijing, saya pernah mengunjungki Qing Xi Ling atau makam barat 
kaisar dinasti Qing yang terletak di kabupaten Yi keresidenan Baoding propinsi 
Hebei. Hari pertama pagi-pagi diantar tuan rumah meninjau waduk yang sekarang 
menjadi tempat wisata, siang pulang makan di rumah penduduk, setelah makan 
sorenya mau diajak ke Qing Xi Ling itu, tapi malang hari hujan, maka sayapun 
tidur. Ketika bangun ada tamu di sana tadinya saya kira tamu tuan rumah saja. 
Tapi saya terkejut kalau ia datang mencari saya. Katanya jangan tidur di sini 
(di rumah petani tuan rumah) udara sudah dingin dan ranjang keras, tidur saja 
di hotel, nanti dia yang urus, kalau mau saya telpon sekarang, jangan pulang 
besok, kita ke Qing Xi Ling dulu, katanya kemudian.
   Karena hari hujan dan sudah mulai gelap (maklum sudah Oktober) udara cukup 
dingin, sebetulnya saya tak niat keluar, hanya kurang enak terhadap tuan  
rumah, tapi kelihatan tuan rumah seolah memberi isyarat untuk saya turut saja. 
Akhirnya saya mengiakan, tamu  bilang, nanti saya pindahkan mobil ke depan 
rumah. Ia pun membawa payung keluar, depan rumah adalah jalan tanah, kira-kira 
100 meter dari jalan kampung yang diaspal. Setelah ia keluar, tuan rumah 
bilang, ia orang kampung sini asalnya, ia ketua pengadilan negeri kabupaten 
katanya, saya tertegun. Bagaimana ia tahu saya dan bagaimana ia tahu kedatangan 
saya? Tuan rumah bilang mungkin dari mulut penduduk kampung, dikampung seorang 
asing datang, seluruh kampung tahu, jangan khawatir katanya, orang kampung sini 
semua sne Li , masih ada hubungan keluarga semua. 
   Ketika kami keluar, di depan sudah ada mobil dinas Pengadilan 1. Haha, saya 
seorang kaypang diajak naik mobil pemerintah dan ditempatkan di hotel sebagai 
tamu pemerintah daerah. 
   Di jalan ia bilang undur dua tiga hari, kita keliling dulu, di sini banyak 
peninggalan sejarah. Kami libur nasional seminggu katanya. Tapi saya terpaksa 
menolak, karena jadwal sudah pasti pesawat tak dapat diubah. Dengan menyesal 
kelihatannya ia berkata, kalau begitu kita mampir sekarang. Kami mampir ke 
makam pertama yang kami lewati, ialah makam kaisar Jiaqing, salah satu makam 
terbesar di kompleks itu . Hari hujan, dan sudah gelap makam tak ada listrik, 
lapangan luas, karena itu jalan agak licin, ia menunggu di depan dengan isteri 
saya, karena isteri tak berani jalan di jalanan licin, kedua lututnya pernah 
dioperasi. Saya pergi dengan putri tuan rumah petani tempat saya 
menginap sehari sebelumnya. Makan sangat luas sayang aulanya yang penuh dengan 
gambar dan keterangan tentang Jiaqing, tak dapat terbaca lagi karena sudah 
mulai gelap. Akhirnya kamipun keluar. Di luar gerbang ada deretan rumah gedung, 
jelas bukan rumah petani, ia bilang inilah
 turunan mantan pegawai istana dinasti Qing yang sampai sekarang masih tinggal 
di situ mengurus makam. Dulu mereka kerja bakti, tanpa gaji, tapi setelah 
reformasi mereka diberi honor lagi, sebagai penjaga benda bersejarah. Di 
samping itu di sana ada makam ibusuri Cixi yang kenamaan yang menyebabkan 
dinasi Qing murat marit. Cixi di makamkan disana, jenazah sudah diangkut dengan 
kereta api. Jalan kereta api ke kabupaten ini adalah jalan khusus untuk 
keluarga kerajaan yang mau sembahyang ke makam kaisar. 
   Keluar dari makam Jiaqing hari sudah gelap benar, sayang katanya dia salah, 
harusnya ke makam Yongzheng dulu (Yong Ceng) kaisar tangan besi yang berhasil 
mempertahankan kegemilangan dinasti Qing yang diwariskan oleh salah satu kaisar 
yang paling berhasil dalam sejarah Tiongkok yaitu ayahnya Yong Ceng kaisar 
Kangxi.  Pak Hakim bilang, lain kali datang lagi dan atur waktu jangan terlalu 
mepet ia bilang, kami libur seminggu karena hari Nasional. Kalaupun saya ada 
halangan, katanya lagi, ada supir yang akan mengantar. 
  Hari kedua pagi-pagi pak Hakim sudah datang ke hotel, mengajak makan pagi dan 
langsung mengantar kami dengan mobil dinas ke Beijing. Jangan naik bis katanya, 
hujan, bis becek. Supir libur tak ada di tempat saya antar sendiri sampai ke 
hotel di Beijing. Jadilah pak Hakim supir dan saya sebagai tamu pemerintah 
daerah. Dunia terbalik pikir saya, saya hanya heran, kabarnya pejabat 
sombong-sombong bagaimana seorang ketua pengadilan negeri kabupaten, mau 
membawa mobil sendiri, menjemput kami di kampung, mengantar ke makam kaiisar 
dan akhirnya mengantar kembali ke hotel. Saya juga perhatikan, setiap lewat 
gerbang tol, ia bayar, masuk ke halaman makam kaisar ia juga membeli karcis 
bahkan membelikan kami karcis. Ketika sampai ke depan hotel, penjaga gerbang 
bertanya mau masuk ke kompleks hotel ada urusan apa, baru portal di angkat. 
Sebetulnya dari mobil sudah kelihatan tulisan yang besar. Pengadilan Negeri 
Kabupaten Yi no. 1.
  Sampai di hotel iapun mengantar kami masuk ke reseptionis untuk mengambil 
kunci kamar. Ketika saya ajak makan dulu, di hotel ada rumah makan, ia menolak 
dan pamitan pergi.
  Kalau semua pejabat seperti itu, saya pikir, Tiongkok akan melesat lebih 
cepat, selama ini saya dengar pejabat sombong, korup dan memandang rendah 
rakyat miskin. Pengalaman yang sangat berbeda dengan masukan yang selalu saya 
dengar, 
  Di samping itu, di Beijing, saya kedatangan tamu lain yang di luar dugaan. 
Seorang profesor dari Universitas Minoritas datang malam-malam menjenguk kami 
di hotel di antar oleh seorang mahasiswi Mancu yang saya kenal. Surprise!  Saya 
tak sempat bertanya termasuk etnis apa dia? Sedang hotel tempat menginap saya 
hanya hotel bintang 2! Mahasiswi Mancu tsb juga menggunakan sne Wang (Hokkian 
Ong) .
   Cerita Sdr. Christ di atas saya rasa lebih banyak benarnya. Mereka 
menggunakan sne Ong mungkin karena merasa masih keturunan dari kerajaan, ong 
berarti raja. 
   Kalau ada waktu, saya kira moderator perlu mengirim orang untuk mengetahui 
lebih dalam, ini adalah sejarah Tiongkok yang luput dari perhatian orang. Di 
Tiongkok, dinasti Qing tidak lagi dianggap penjajahan, karena orang Mancu 
adalah salah satu etnis resmi di Tiongkok. Demikian juga dinasti Utara, seperti 
Wei utara, karena orang etnis yang menjadi raja sekarang adalah bagian dari 
etnis bangsa Tionghoa. Mongolia agak lain, pendapat masih terpecah. Karena 
etnis Mongol sekarang mempunyai negara Mongolia, tapi sebagian termasuk etnis 
dalam wilayah Tiongkok, jadi adalah termasuk etnis bangsa Tionghoa (Zhonghua 
Minzu). 
  
Catatan:
   Dinasti Qing (1616-1911),  Kangxi, kaisar ke-4 sejak berdirinya negara Jin 
(Kim) II  dan Kaisar ke -3 setelah negara Jin diproklamirkan menjadi dinasti 
Qing (Ceng atau Cing) , Yongzheng, kaisar ke 5, Jiaqing kaisar ke 7, Guangxu 
kaisar ke 11 dan Puyi kaisar ke 12 (terakhir).
Dinasti Qing ini diperintah oleh keluarga Aixinjioro (orang barat menulisnya 
sebagai Aisingioro) .




________________________________
From: save_mynit <save_my...@yahoo.com>
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Sun, November 29, 2009 5:20:54 PM
Subject: [budaya_tionghua] OOT: Percaya ga Percaya: baru ngobrol dengan cicit 
Kaisar Guang Xu di Jakarta

  
Salam teman2,

Boleh percaya atau tidak. Saya pun separuh percaya separuh tidak. Dalam minggu 
ini baru bertemu dan berkenalan dengan seorang Mongol yg lahir di Indonesia. 
Ketika dia menceritakan asal-usulnya, dia cerita kalau neneknya adalah putri 
tertua Kaisar Guang Xu - kaisar yang memerintah tepat sebelum the last emperor 
Pu Yi.

Alkisah, saat Kakek Buyutnya memerintah di Cina, pemerintahan tersebut katanya 
dicemburui dan diambil alih lewat kelicikan XiCi saudara sepupunya. Sang Kakek 
buyut (Guang Xu) akhirnya tewas diracun. Menurut ceritanya, Kaisar Guang Xu 
mempunyai lebih dari satu istri. Dari istri pertama, dia sama sekali tidak 
menghasilkan keturunan laki2 (bayi yang dilahirkan berupa ketuban yg isinya 
air-tidak ada bayinya). Sedang dari istri ke dua ia memiliki 8 (lupa kayaknya) 
putri dan putri tersulung adalah nenek dari si cicit ini.

Karena Kaisar Guang Xu tidak punya penerus laki2 maka secara licik XiCi 
menunjuk anak laki2 dari adik kaisar Guang Xu, yakni Puyi yg masih kecil. 
Jadilah Guang Xu dilengser diteruskan oleh kaisar kecil Puyi. Cerita 
selanjutnya, Puyi pun menderita (ceritanya disiksa oleh Jepang, dituduh 
mendalangi pemberontakan, dan seterusnya). Puyi pun sempat kabur dari Cina, dan 
pada suatu saat kembali ke Cina tapi menyerahkan stempel kaisar (tanda menolak 
menjadi kaisar). Selanjutnya hidup Puyi seperti rakyat jelata, miskin dan 
sempat berjualan kembang.

Bagaimana cicit Kaisar Guang Xu bisa sampai di Indonesia? Menurut si cicit ini, 
pada masa coup di pemerintahan Guang Xu, seluruh keluarga dan anak2 Guang Xu 
dibabat habis. Itu pula yang menurut si cicit ini, neneknya selalu dendam pada 
Sun Yat Sen. Menurut kisahnya, 6 dari saudara2 sang nenek dikejar dan dibunuh. 
Akhirnya si nenek memutuskan untuk lari sampai ke Indonesia.

Di Indonesia (ini uniknya) si Nenek turun Jakarta, di tempat yang disebut 
"Pasar Pancoran" - katanya ini adalah Glodok jaman dulu. Dan di Indonesia dia 
mencari2 orang China yang cukup besar yang bisa jadi tempat perlindungan. Pada 
cerita inilah sang cicit menyebut nama seorang mantan orang terkaya Asia pada 
jaman itu: Oei Tiong Ham yang juragan gula. Katanya, Oei Tiong Ham mengirim 
orang untuk menjemput si Nenek yang masih keluarga Kaisar Guang Xu itu dengan 
mobil dan diantar hingga ke Semarang.

Selanjutnya, demi menghilangkan jejak maka sepakatlah si Nenek ini untuk ganti 
marga. Kebetulan marga yang dipakai adalah marga Hokkian: Ong. Saya lupa tanya, 
bagaimana jelasnya, kalau tidak salah si cicit ini punya ayah asli dari Mongol 
(mungkin cucu langsung Kaisar Guang Xu) dan menikah dengan seorang perempuan 
Tionghoa yang berasal dari Menado. Si cicit ini pun lahir di Sana dan sempat 
kembali ke Mongolia.

Usia si cicit ini masih muda. Beda kira2 2 tahun dengan saya. Do you believe 
it? Sekarang kalau saya mau ngobrol dengan si cicit ini, hanya tinggal jalan 
kaki sekian puluh meter dari rumah. Dan saya masih penasaran untuk ngobrol lagi 
dengan si cicit yang berwajah sangat totok dengan alis tinggi dan tekstur 
tulang wajah yang sangat mirip orang Cina daratan (kulit agak hitam dan sipit).

Percaya gak percaya....

Salam
Abdi Christ





      

Kirim email ke