apek liang u

yang menarik di bahas adalah apa pandangan tiongkok terhadap dinasti "alien"
qing , sebagai bagian dari sejarah tiongkok , apa kekalahan peperangan atau
penghinaan terhadap qing , juga bisa dianggap penghinaan juga terhadap
tiongkok

2009/11/30 liang u <lian...@yahoo.com>

>
>
> Dik Christ,
>   Sangat menarik ceritanya, sayang saya jauh di Singapore, kalau tidak
> sudah datang minta  dikenalkan kepadanya. Mungkin yang aneh adalah dinasti
> Qing dikuasai oleh orang Man (Mancu) atau Boan menurut logat Hokkian,bukan
> Monggol. Yang diperintah Mongol adalah dinasti Yuan atau Guan.
> Ketika saya ke Beijing, saya pernah mengunjungki Qing Xi Ling atau makam
> barat kaisar dinasti Qing yang terletak di kabupaten Yi keresidenan Baoding
> propinsi Hebei. Hari pertama pagi-pagi diantar tuan rumah meninjau waduk
> yang sekarang menjadi tempat wisata, siang pulang makan di rumah penduduk,
> setelah makan sorenya mau diajak ke Qing Xi Ling itu, tapi malang hari
> hujan, maka sayapun tidur. Ketika bangun ada tamu di sana tadinya saya kira
> tamu tuan rumah saja. Tapi saya terkejut kalau ia datang mencari saya.
> Katanya jangan tidur di sini (di rumah petani tuan rumah) udara sudah dingin
> dan ranjang keras, tidur saja di hotel, nanti dia yang urus, kalau mau saya
> telpon sekarang, jangan pulang besok, kita ke Qing Xi Ling dulu, katanya
> kemudian.
>    Karena hari hujan dan sudah mulai gelap (maklum sudah Oktober) udara
> cukup dingin, sebetulnya saya tak niat keluar, hanya kurang enak terhadap
> tuan  rumah, tapi kelihatan tuan rumah seolah memberi isyarat untuk saya
> turut saja. Akhirnya saya mengiakan, tamu  bilang, nanti saya pindahkan
> mobil ke depan rumah. Ia pun membawa payung keluar, depan rumah adalah jalan
> tanah, kira-kira 100 meter dari jalan kampung yang diaspal. Setelah ia
> keluar, tuan rumah bilang, ia orang kampung sini asalnya, ia ketua
> pengadilan negeri kabupaten katanya, saya tertegun. Bagaimana ia tahu saya
> dan bagaimana ia tahu kedatangan saya? Tuan rumah bilang mungkin dari mulut
> penduduk kampung, dikampung seorang asing datang, seluruh kampung tahu,
> jangan khawatir katanya, orang kampung sini semua sne Li , masih ada
> hubungan keluarga semua.
>    Ketika kami keluar, di depan sudah ada mobil dinas Pengadilan 1. Haha,
> saya seorang kaypang diajak naik mobil pemerintah dan ditempatkan di hotel
> sebagai tamu pemerintah daerah.
>    Di jalan ia bilang undur dua tiga hari, kita keliling dulu, di sini
> banyak peninggalan sejarah. Kami libur nasional seminggu katanya. Tapi saya
> terpaksa menolak, karena jadwal sudah pasti pesawat tak dapat diubah. Dengan
> menyesal kelihatannya ia berkata, kalau begitu kita mampir sekarang. Kami
> mampir ke makam pertama yang kami lewati, ialah makam kaisar Jiaqing, salah
> satu makam terbesar di kompleks itu . Hari hujan, dan sudah gelap makam tak
> ada listrik, lapangan luas, karena itu jalan agak licin, ia menunggu di
> depan dengan isteri saya, karena isteri tak berani jalan di jalanan licin,
> kedua lututnya pernah dioperasi. Saya pergi dengan putri tuan rumah petani
> tempat saya menginap sehari sebelumnya. Makan sangat luas sayang aulanya
> yang penuh dengan gambar dan keterangan tentang Jiaqing, tak dapat terbaca
> lagi karena sudah mulai gelap. Akhirnya kamipun keluar. Di luar gerbang ada
> deretan rumah gedung, jelas bukan rumah petani, ia bilang inilah turunan
> mantan pegawai istana dinasti Qing yang sampai sekarang masih tinggal di
> situ mengurus makam. Dulu mereka kerja bakti, tanpa gaji, tapi setelah
> reformasi mereka diberi honor lagi, sebagai penjaga benda bersejarah. Di
> samping itu di sana ada makam ibusuri Cixi yang kenamaan yang menyebabkan
> dinasi Qing murat marit. Cixi di makamkan disana, jenazah sudah diangkut
> dengan kereta api. Jalan kereta api ke kabupaten ini adalah jalan khusus
> untuk keluarga kerajaan yang mau sembahyang ke makam kaisar.
>    Keluar dari makam Jiaqing hari sudah gelap benar, sayang katanya dia
> salah, harusnya ke makam Yongzheng dulu (Yong Ceng) kaisar tangan besi yang
> berhasil mempertahankan kegemilangan dinasti Qing yang diwariskan oleh salah
> satu kaisar yang paling berhasil dalam sejarah Tiongkok yaitu ayahnya Yong
> Ceng kaisar Kangxi.  Pak Hakim bilang, lain kali datang lagi dan atur waktu
> jangan terlalu mepet ia bilang, kami libur seminggu karena hari Nasional.
> Kalaupun saya ada halangan, katanya lagi, ada supir yang akan mengantar.
>   Hari kedua pagi-pagi pak Hakim sudah datang ke hotel, mengajak makan pagi
> dan langsung mengantar kami dengan mobil dinas ke Beijing. Jangan naik bis
> katanya, hujan, bis becek. Supir libur tak ada di tempat saya antar sendiri
> sampai ke hotel di Beijing. Jadilah pak Hakim supir dan saya sebagai tamu
> pemerintah daerah. Dunia terbalik pikir saya, saya hanya heran, kabarnya
> pejabat sombong-sombong bagaimana seorang ketua pengadilan negeri kabupaten,
> mau membawa mobil sendiri, menjemput kami di kampung, mengantar ke makam
> kaiisar dan akhirnya mengantar kembali ke hotel. Saya juga perhatikan,
> setiap lewat gerbang tol, ia bayar, masuk ke halaman makam kaisar ia juga
> membeli karcis bahkan membelikan kami karcis. Ketika sampai ke depan hotel,
> penjaga gerbang bertanya mau masuk ke kompleks hotel ada urusan apa, baru
> portal di angkat. Sebetulnya dari mobil sudah kelihatan tulisan yang besar.
> Pengadilan Negeri Kabupaten Yi no. 1.
>   Sampai di hotel iapun mengantar kami masuk ke reseptionis untuk mengambil
> kunci kamar. Ketika saya ajak makan dulu, di hotel ada rumah makan, ia
> menolak dan pamitan pergi.
>   Kalau semua pejabat seperti itu, saya pikir, Tiongkok akan melesat lebih
> cepat, selama ini saya dengar pejabat sombong, korup dan memandang rendah
> rakyat miskin. Pengalaman yang sangat berbeda dengan masukan yang selalu
> saya dengar,
>   Di samping itu, di Beijing, saya kedatangan tamu lain yang di luar
> dugaan. Seorang profesor dari Universitas Minoritas datang malam-malam
> menjenguk kami di hotel di antar oleh seorang mahasiswi Mancu yang saya
> kenal. Surprise!  Saya tak sempat bertanya termasuk etnis apa dia? Sedang
> hotel tempat menginap saya hanya hotel bintang 2! Mahasiswi Mancu tsb juga
> menggunakan sne Wang (Hokkian Ong) .
>    Cerita Sdr. Christ di atas saya rasa lebih banyak benarnya. Mereka
> menggunakan sne Ong mungkin karena merasa masih keturunan dari kerajaan, ong
> berarti raja.
>    Kalau ada waktu, saya kira moderator perlu mengirim orang untuk
> mengetahui lebih dalam, ini adalah sejarah Tiongkok yang luput dari
> perhatian orang. Di Tiongkok, dinasti Qing tidak lagi dianggap penjajahan,
> karena orang Mancu adalah salah satu etnis resmi di Tiongkok. Demikian juga
> dinasti Utara, seperti Wei utara, karena orang etnis yang menjadi raja
> sekarang adalah bagian dari etnis bangsa Tionghoa. Mongolia agak lain,
> pendapat masih terpecah. Karena etnis Mongol sekarang mempunyai negara
> Mongolia, tapi sebagian termasuk etnis dalam wilayah Tiongkok, jadi adalah
> termasuk etnis bangsa Tionghoa (Zhonghua Minzu).
>
> Catatan:
>    Dinasti Qing (1616-1911),  Kangxi, kaisar ke-4 sejak berdirinya negara
> Jin (Kim) II  dan Kaisar ke -3 setelah negara Jin diproklamirkan menjadi
> dinasti Qing (Ceng atau Cing) , Yongzheng, kaisar ke 5, Jiaqing kaisar ke 7,
> Guangxu kaisar ke 11 dan Puyi kaisar ke 12 (terakhir).
> Dinasti Qing ini diperintah oleh keluarga Aixinjioro (orang barat
> menulisnya sebagai Aisingioro) .
>
>  ------------------------------
> *From:* save_mynit <save_my...@yahoo.com>
> *To:* budaya_tionghua@yahoogroups.com
> *Sent:* Sun, November 29, 2009 5:20:54 PM
> *Subject:* [budaya_tionghua] OOT: Percaya ga Percaya: baru ngobrol dengan
> cicit Kaisar Guang Xu di Jakarta
>
>
>
> Salam teman2,
>
> Boleh percaya atau tidak. Saya pun separuh percaya separuh tidak. Dalam
> minggu ini baru bertemu dan berkenalan dengan seorang Mongol yg lahir di
> Indonesia. Ketika dia menceritakan asal-usulnya, dia cerita kalau neneknya
> adalah putri tertua Kaisar Guang Xu - kaisar yang memerintah tepat sebelum
> the last emperor Pu Yi.
>
> Alkisah, saat Kakek Buyutnya memerintah di Cina, pemerintahan tersebut
> katanya dicemburui dan diambil alih lewat kelicikan XiCi saudara sepupunya.
> Sang Kakek buyut (Guang Xu) akhirnya tewas diracun. Menurut ceritanya,
> Kaisar Guang Xu mempunyai lebih dari satu istri. Dari istri pertama, dia
> sama sekali tidak menghasilkan keturunan laki2 (bayi yang dilahirkan berupa
> ketuban yg isinya air-tidak ada bayinya). Sedang dari istri ke dua ia
> memiliki 8 (lupa kayaknya) putri dan putri tersulung adalah nenek dari si
> cicit ini.
>
> Karena Kaisar Guang Xu tidak punya penerus laki2 maka secara licik XiCi
> menunjuk anak laki2 dari adik kaisar Guang Xu, yakni Puyi yg masih kecil.
> Jadilah Guang Xu dilengser diteruskan oleh kaisar kecil Puyi. Cerita
> selanjutnya, Puyi pun menderita (ceritanya disiksa oleh Jepang, dituduh
> mendalangi pemberontakan, dan seterusnya). Puyi pun sempat kabur dari Cina,
> dan pada suatu saat kembali ke Cina tapi menyerahkan stempel kaisar (tanda
> menolak menjadi kaisar). Selanjutnya hidup Puyi seperti rakyat jelata,
> miskin dan sempat berjualan kembang.
>
> Bagaimana cicit Kaisar Guang Xu bisa sampai di Indonesia? Menurut si cicit
> ini, pada masa coup di pemerintahan Guang Xu, seluruh keluarga dan anak2
> Guang Xu dibabat habis. Itu pula yang menurut si cicit ini, neneknya selalu
> dendam pada Sun Yat Sen. Menurut kisahnya, 6 dari saudara2 sang nenek
> dikejar dan dibunuh. Akhirnya si nenek memutuskan untuk lari sampai ke
> Indonesia.
>
> Di Indonesia (ini uniknya) si Nenek turun Jakarta, di tempat yang disebut
> "Pasar Pancoran" - katanya ini adalah Glodok jaman dulu. Dan di Indonesia
> dia mencari2 orang China yang cukup besar yang bisa jadi tempat
> perlindungan. Pada cerita inilah sang cicit menyebut nama seorang mantan
> orang terkaya Asia pada jaman itu: Oei Tiong Ham yang juragan gula. Katanya,
> Oei Tiong Ham mengirim orang untuk menjemput si Nenek yang masih keluarga
> Kaisar Guang Xu itu dengan mobil dan diantar hingga ke Semarang.
>
> Selanjutnya, demi menghilangkan jejak maka sepakatlah si Nenek ini untuk
> ganti marga. Kebetulan marga yang dipakai adalah marga Hokkian: Ong. Saya
> lupa tanya, bagaimana jelasnya, kalau tidak salah si cicit ini punya ayah
> asli dari Mongol (mungkin cucu langsung Kaisar Guang Xu) dan menikah dengan
> seorang perempuan Tionghoa yang berasal dari Menado. Si cicit ini pun lahir
> di Sana dan sempat kembali ke Mongolia.
>
> Usia si cicit ini masih muda. Beda kira2 2 tahun dengan saya. Do you
> believe it? Sekarang kalau saya mau ngobrol dengan si cicit ini, hanya
> tinggal jalan kaki sekian puluh meter dari rumah. Dan saya masih penasaran
> untuk ngobrol lagi dengan si cicit yang berwajah sangat totok dengan alis
> tinggi dan tekstur tulang wajah yang sangat mirip orang Cina daratan (kulit
> agak hitam dan sipit).
>
> Percaya gak percaya....
>
> Salam
> Abdi Christ
>
>
>  
>

Reply via email to