Ha ha ha... Ide menarik juga.
Tapi, sepertinya kita mendepak seseorang, seolah-olah jika menjadi kristen, 
maka dia tidak boleh menjadi bagian dari suku leluhurnya.

Saya kira, sebenarnya sangat banyak orang kristen (entah Tionghoa ataukah 
bukan) yang baik, dan tidak setuju dengan perilaku beberapa aliran kristen atau 
pendeta tertentu berkenaan pelecehan budaya/agama lain.

Tapi, mungkin karena mereka sejak kecil terindoktrinasi bahwa apa kata pendeta 
adalah firman Tuhannya, maka untuk kasus ini menjadi seperti berstandar etika 
yang ganda.

Biarlah kasus tuntutan ini bisa menjadi pengingat bahwa pendeta tetap manusia, 
dan Tuhan tidak semudah itu dikadalkan.

Salam,

Chen Gui Xin

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Azura-Mazda <extrim_blue...@...> wrote:
>
> Ada baiknya orang Kristen dianggap suku lain saja....
>
> --- Pada Sel, 15/12/09, ikkyosensei_ym <ikkyosen...@...> menulis:
>
> Dari: ikkyosensei_ym <ikkyosen...@...>
> Judul: [budaya_tionghua] Re: Bagaimana Cara Membuat Orang Kristen Tidak 
> Kurang Ajar Lagi terhadap Budaya Tionghoa? Class action dong, jangan cuma di 
> milis !!!!
> Kepada: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> Tanggal: Selasa, 15 Desember, 2009, 12:32 AM
>
>
>
>
>
>
>
>  
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>       Dear, Erik:
>
> Sangat mengesankan pemahaman sejarah/sosiologis anda. Dengan begitu, saya 
> jadi bisa mengerti konflik-konflik batin "bawah sadar" dari rekan-rekan 
> Tionghoa yang "kebetulan" terlahir dalam lingkungan kristen.
>
> Jadi mengingatkan pada salah satu saran Ko Hartono, yang menyelesaikan 
> permasalahan "kekurang ajaran" terhadap budaya Tionghoa melalui penyadaran, 
> yang memang lebih menyelesaikan masalah memborok kronis ini.
>
> Dengan tidak kehilangan hormat atas saran di atas, marilah kita melaksanakan 
> solusi pembelajaran jangka pendek percontohan, melalui pengajuan clash action 
> kepada Teodorus Tabaraka. Agar terdapat efek pembelajaran terhadap para 
> peleceh budaya (kebetulan Tionghoa) yang lainnya.
>
>
>
> Salam,
>
>
>
> Chen Gui Xin
>
>
>
> --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, "Erik" <rsn_cc@> wrote:
>
> >
>
> >
>
> > Maaf, nimbrung lagi!
>
> >
>
> > Jadi polemik "Kurang-ajar" nya umat Kristen terhadap budaya Tionghoa
>
> > masih mau diteruskan neh??
>
> > Kalo mau diteruskan, saya usul kenapa kita tidak lihat ke sumber
>
> > masalahnya yang saya kira ada pada arogansi kultural barat yang sudah
>
> > mempunyai latar belakang sejarahnya yang amat panjang, hingga sampai
>
> > hari ini. Dan khusus di Indonesia lebih-lebih diperparah lagi oleh
>
> > kebijakan regim Orde Bau yang memang rasis dan anti Tionghoa! Dengan
>
> > berangkat dari sumber masalah tersebut, mudah-mudahan kita semua (baik
>
> > yang Kristen atau non Kristen) bisa bebas dari jebakan kubu-kubuan yang
>
> > saling konfrontatif, dan bisa berdiskusi dengan kepala dingin.
>
> >
>
> > Berdasarkan hasil bacaan saya yang sangat terbatas dan minim, pada
>
> > awalnya motivasi para misionaris barat memberangus budaya Timur selain
>
> > memang untuk menyebarkan agama Nasrani, juga karena mereka berangkat
>
> > dari persepsi yang keliru bahwa bangsa timur masih sangat terbelakang,
>
> > barbar dan primitip, oleh karena itu perlu dilakukan pembudayaan
>
> > (sivilisasi) terhadap mereka. Sebuah kasus konkret tentang hal itu yang
>
> > pernah saya lempar ke milis ini adalah pengalaman seorang Charles Jones
>
> > Song, kawan akrabnya Sun Yat-sen (pendiri bangsa Tiongkok modern).
>
> > Charles Song ini pernah mengalami bahkan sangat berterima kasih pada
>
> > lembaga misionaris Amerika yang `berbaik hati' menampung serta
>
> > mengizinkan dia menimba ilmu di lembaga pendidikan Wesleyan sewaktu ia
>
> > terdampar di Amerika. Lewat pendidikan (brain washing) di lembaga
>
> > pendidikan misionaris Wesleyan itu jiwa Charles Song seakan mendapat
>
> > semacam pencerahan di sana. Sekembali ke negeri Tiongkok, Charles Song
>
> > yang berasal dari pulau Hainan itu sudah mengemban "misi mulia
>
> > pencerahan" dan "tugas luhur pembudayaan" terhadap bangsanya sendiri.
>
> > "Bangsa Tiongkok harus dibangkitkan dari keterpurukan, dan satu-satunya
>
> > jalan adalah mengangkat mereka dari akar budaya yang sangat terbelakang,
>
> > barbar dan takhayul!!" begitu persepsi yang dibawa Charles Song dari
>
> > lembaga Wesleyan. Demikianlah Charles Song yang nama aslinya Han Jiasu
>
> > (sumber lain menyebutnya Han Yaoru) ini dicekoki habis-habisan dan
>
> > dibikin yakin seribu kali yakin oleh misionaris bule (karena bule-bule
>
> > sendiri juga yakin) bahwa biang-kerok penyebab bangsa dan negeri
>
> > Tiongkok jadi terpuruk dan terbelakang waktu itu adalah kungkungan
>
> > warisan tradisional bangsa Tionghoa sendiri yang kepercayaan dan
>
> > agamanya masih sangat primitif dan takhayul, sehingga membuat rakyatnya
>
> > tersesat, terbelakang dan bodoh. Selain itu, kenyataan bahwa di Tiongkok
>
> > saat itu belum ada sistim pendidikan "modern" yang mengajarkan ilmu
>
> > pengetahuan dan teknologi dengan mengedepankan prinsip rasionalitas
>
> > sebagaimana yang ada di negeri barat juga dipersalahkan pada warisan
>
> > budaya Tionghoa yang sekali lagi dituduh barbar, takhayul dan
>
> > terbelakang! Semua itu menggiring Charles Song dan kawan-kawan bulenya
>
> > pada suatu kesimpulan: Untuk membangkitkan bangsa Tiongkok dari
>
> > keterpurukan dan keterbelakangan, pertama-tama mereka harus dibebaskan
>
> > dulu dari perangkap praktek kepercayaan primitif dan takhyul, sambil
>
> > memperkenalkan ilmu-pengetahuan modern serta prinsip-prinsip logika dan
>
> > rasionalitas pada mereka, dan sekaligus juga AGAMA NASRANI. Dari
>
> > pelajaran sejarah kita ketahui, dalam upaya melaksanakan misi
>
> > "pencerahan" dan tugas "pembudayaan" terhadap bangsa Tiongkok, Charles
>
> > Song bergabung dengan lembaga misionaris Wesleyan yang sudah lebih dulu
>
> > bermarkas di kota Shanghai, dan dari sana dia aktif memberi kotbah agama
>
> > ke mana-mana sampai ke pelosok-pelosok kampung. Selain itu, di samping
>
> > mencetak dan menerbitkan buku-buku pelajaran ilmu pengetahuan umum,
>
> > usaha percetakan "Shangwu Yinshuguan" milik Charles Song juga banyak
>
> > menerbitkan Alkitab versi bahasa Mandarin. Orang-orang semacam Charles
>
> > Song ini bukan cuma satu dua, tetapi banyak sekali! Demikian pula di
>
> > Indonesia, apa yang dilakukan KweeTek Hoay dkk dulu adalah juga dalam
>
> > rangka meluruskan persepsi ngawur seperti itu dan membendung gempuran
>
> > budaya barat yang sangat deras memojokkan dan mendiskreditkan budaya
>
> > Tionghoa. Celakanya, walau sudah dibendung habis-habisan oleh Kwee Tek
>
> > Hoay dkk bersama Sam Kauw Hwee, persepsi ngawur terhadap budaya Tionghoa
>
> > itu masih tetap bersisa dan melekat dalam diri sebagian (justru) orang
>
> > Tionghoa Indonesia sendiri sampai hari ini. Misalnya dalam seminar atau
>
> > dialog antar cendekiawan umat beragama, dengan gaya sok ilmuwan
>
> > anak-anak Cina dari Sekolah Theologi melempar pertanyaan-pertanya an
>
> > `kritis' semisal : "Apa itu Fengshui?? Apakah itu sejalan dengan
>
> > prinsip-prinsip rasionalitas? "
>
> > "Dimana logikanya Kuamia?" "Kenapa pasangan sejoli beda umur 3 atau 6
>
> > tahun yang sudah bersumpah untuk sehidup semati harus dipisahkan
>
> > gara-gara bualan konyol seorang tukang Kuamia!"
>
> > "Apakah dalam zaman modern dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
>
> > teknologi mutakhir yang semakin pesat ini, masih patut kita bertahan
>
> > dengan praktek-praktek takhyul yang irrasional dan menyesatkan seperti
>
> > itu?" Masih banyak contoh kasus lain dimana justru anak-anak Cina yang
>
> > memojokkan budaya nenek moyang mereka sendiri. Seorang calon dokter yang
>
> > masih duduk di semester III sudah berani mengkuliahi orang tuanya
>
> > sendiri yang masih "takhyul" dan "primitif", dia bilang pada mama-nya
>
> > "kalo emang Mama sakit periksa donk ke dokter! Jangan dikerok-kerik
>
> > begitu, nggak guna tuh, udah sakit kok malah minta diseksa!!" atau
>
> > "Jangan minum obat sembarangan Ma! apalagi jamu- jamuan obat sinshe,
>
> > nggak ilmiah itu, salah-salah malah keracunan!!"
>
> > Beberapa dekade belum lama ini, Zhenjiu (akupuntur) alias tusuk-jarum
>
> > juga dihujat oleh Cina-cina cendekiawan calon dokter kita, "Bener-bener
>
> > penganiayaan! Orang sakit malah ditusuk-tusuk, apa urusannya sakit maag
>
> > sama jarum-jarum karatan gitu! Infeksi barutau dia!!" Karena tidak
>
> > sesuai dengan prinsip ilmiah barat yang "hipothetico deducto
>
> > ferificatio" , Budaya Tionghoa dan kearifan Timur dicap irrasional dan
>
> > tidak ilmiah. Dan karena bekerja pada tataran logika yang beda dengan
>
> > tataran logika barat, Budaya Tionghoa dan kearifan Timur terpaksa musti
>
> > minggir dari panggung sejarah! Begitu juga dengan agama, karena barat
>
> > yang lebih dulu memegang superioritas "ilmiah", maka agama
>
> > Timur/Tionghoa pun diberi stigma "Kepercayaan Takhayul" penyembah
>
> > berhala yang menjadi biangkerok keterpurukan dan keterbelakangan bangsa
>
> > Timur/Tionghoa. Konsekuensinya, harus minggir juga dari penghayatan iman
>
> > orang Tionghoa sendiri!
>
> >
>
> > Demikianlah, walau awalnya beritikad baik, tapi persepsi dasarnya sudah
>
> > keliru, arogansi kultural-lah yang diperagakan para misionaris barat
>
> > sewaktu mereka berkarya di ladang Timur kita ini! Sikap dan tingkah-laku
>
> > "menyebalkan" Cina-cina Kristen yang menghujat budaya nenek moyang
>
> > sendiri, sebagaimana disinyalir beberapa teman di milis ini memang ada
>
> > benarnya, dan itu merupakan warisan persepsi keliru terhadap budaya
>
> > Tionghoa yang mereka terima dari guru-guru bule mereka dulu!!
>
> >
>
> > Waktu berlalu, zaman berganti. Apakah sampai hari ini persepsi keliru
>
> > itu masih tersimpan di kalangan Nasrani?  Saya kira hampir semua lembaga
>
> > agama di zaman modern ini sudah menyadari bahwa Inkulturasi adalah
>
> > metode yang paling jitu untuk melakukan dakwah agama dalam masyarakat
>
> > yang tidak berasal dari kultur yang sama dengan agama tsb. berasal.
>
> > Tetapi herannya dan juga edannya, pada era Orde Bau di Indonesia
>
> > agama-agama yang ingin melakukan dakwah di tengah masyarakat Tionghoa
>
> > justru dengan sengaja membentur-benturkan diri dengan nilai budaya
>
> > Tionghoa, dan herannya dan edannya pula ternyata banyak mencapai
>
> > keberhasilan! ! Apakah mereka masih berangkat dari persepsi keliru bahwa
>
> > budaya Tionghoa adalah budaya yang masih terbelakang, primitif dan
>
> > takhyul, dan oleh karenanya masyarakat Tionghoa harus dibebaskan dari
>
> > kungkungan tradisional yang menyesatkan itu? Saya kira, tidak! Mereka
>
> > sangat sadar budaya Tionghoa adalah budaya unggul yang tak lekang kena
>
> > panas tak lapuk kena hujan, dapat menyaring dan menyerap unsur luar dan
>
> > kemudian dilemburkan menjadi bagian dirinya. Namun, di bawah atmospher
>
> > anti Cina yang menggebu- gebu di zaman Orde Bau, menjalankan kebijakan
>
> > inkulturasi yang mengakui eksistensi budaya Tionghoa bukanlah sebuah
>
> > pilihan yang menguntungkan. Dan juga tidak dapat diabaikan kemungkinan
>
> > adanya kelompok tertentu yang ingin menegakkan hegemoni budaya mereka
>
> > terhadap masyarakat Tionghoa, justru memanfaatkan kondisi itu untuk
>
> > memberangus budaya Tionghoa dan sekaligus mendakwahkan agama mereka.
>
> > Kelompok semacam ini ada di mana-mana, bukan cuma di kalangan Nasrani,
>
> > tapi juga di kalangan Muslim (dipelopori oleh Yunus Yahya cs) serta
>
> > kelompok Buddhis Theravada dan Nichiren misalnya (yang tidak berasal
>
> > dari lingkaran pengaruh budaya Tionghoa), hanya saja, kualitas,
>
> > sistematisasi, intensitas, rentang ruang dan waktu serta motivasi antara
>
> > kelompok-kelompok itu memang sangat jauh berbeda.
>
> >
>
> > Nah, kita kembali ke isu yang dilembar oleh rekan-rekan di milis ini.
>
> > Apakah pendeta kristen yang sampai hari ini masih mendiskreditkan budaya
>
> > Tionghoa berangkat dari persepsi yang keliru atau dia memang
>
> > berkepentingan memberangus budaya Tionghoa? Baru setelah ini terjawab,
>
> > kita bisa ambil tindakan yang tepat untuk menghadapi mereka. Bukan cuma
>
> > Nasrani, tapi juga kelompok-kelompok lain yang saya sebutkan di atas.
>
> >
>
> > Salam,
>
> >
>
> >
>
> >
>
> > Erik
>
> >
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>       Jatuh cinta itu seperti apa ya rasanya? Temukan jawabannya di Yahoo! 
> Answers! http://id.answers.yahoo.com
>


Kirim email ke