Sepakat mas bodo_k, 
justru satu potensial itu harus dicermati meski secara probabilitas
historis kemungkinannya kecil.
Kalau bermain dg statistik memang kedengarannya enteng: setiap hari
sekian orang tewas di jalan raya. Kecelakaan reaktor cuma 7 kali
terjadi selama puluhan tahun.  

Sama saja: tsunami di Indonesia cuma membunuh lebih sedikit orang
dibanding jalan raya. Jadi tidak udah takut sama tsunami?

Angka absolut memang kecil. Tapi maknanya tidak sesederhana itu.
Twisting ini bisa diberlakukan sebaliknya. Contoh, bandingkan: 
rasio (kecelakaan mobil: jumlah mobil seluruh dunia) vs rasio
(kecelakaan reaktor: jml reaktor seluruh dunia).
Rasio (korban per kecelakaan reaktor) vs rasio (korban per kecelakaan
mobil)?

Saya yakin rasio reaktor semua akan lebih tinggi. 
Apalagi kalau saya ambil di satu negara yg sistem lalulintasnya baik,
semisal Jepang thn 1999. Rasio kecelakaan reaktor 1:17 (atau 0.059).
Rasio kecelakaan mobil 0,008.
Rasio kematian perkecelakaan: nuklir (2), mobil (0,012). 
(note: angkanya tidak sangat akurat tapi mendekati).

Saya tinggal di Jepang dan 30% listrik disini berasal dari reaktor
nuklir. Tetapi memang Jepang tidak punya banyak pilihan sumber energi.
Lagipula, dg melihat dan merasakan bagaimana prosedural dan
disiplinnya orang Jepang, saya tidak terlalu kuatir. Juga penegakan
hukumnya dan budaya malu (sampai bunuh diri kalau menganggap dirinya
gagal). Kalau terjadi kecelakaan yah, pasrah deh.. probabilitas selalu
ada, tapi intinya saya yakin bahwa human error menjadi sangat rendah.
Kemarin gempa, dan satu reaktor di shutdown. Instalasi penyuplai
listriknya sempat terbakar dan ada kebocoran air yang terkontaminasi
radioaktif dari 3 reaktornya (dibawah ambang batas keamanan).

Nah, dg ramainya berita betapa "lame" pemerintah menghandle dan usaha
meminimalisir kecelakaan2 di Indonesia (kapal tenggelam dan puluhan
mati, nakhoda cuma dicabut izin berlayar beberapa bulan, Adam Air apa
kabarnya? dst), wajar sekali kalau ide PLTN di Indonesia ini terdengar
menakutkan bagi rakyat. Karena satu accident akibatnya sangat fatal
walau (katanya) probabilitas terjadinya accident itu kecil.

Saya tidak anti PLTN tapi kok kayaknya kalau sekarang terlalu risky,
sementara kita punya pilihan sumber energi lain.

Satu lagi: benarkah PLTN lebih ekonomis?
Saya pernah baca analisis cost/benefit PLTN vs. PLTBatubara. Untuk
ukuran plant, output, dan umur plant yang sama, PLTN lebih costly
sedikit. Komponen yang bikin mahal: biaya decomissioning. Mungkin yang
ahli lebih tau soal ini.


salam,

fau


--- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, "bodo_kerlchen"
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Waah .. rasa nya agak keliru bila membandingkannya ke angka kematian
> di lalu lintas, apalagi penyajiannya seperti itu .. sekalian aja
> ambil angka kematian "diatas tempat tidur dalam keadaan
> terbaring" .. itu jauh diatas 80% dari angka seluruh kematian lho!!
> Trus .. apa mulai besok kita rame-rame hindari tempat tidur .. atau


> > Soal kecelakaan dan potensial mengalami celaka coba perhatikan :
> > korban kecelakaan lalulintas di Indonesia ini tahun 2003 saja
> 30.464
> > orang per tahun atau 83,4 orang per hari !!!
> >
> > Jadi jalan raya "lebih menakutkan" ketimbang PLTN, apalagi kita
> salah
> > satu pemakai jalan ....
> > Hati2 dijalan ya ?
> >
> > rdp
> > rovicky.wordpress.com
>


Kirim email ke