Mbak Yuli, yang dikesankan oleh bu Siti Fadillah adalah yang pro atau dekat
dengan Namru adalah tidak nasionalis. Saya kira Amerikofobia ini tidak beda
dengan komunisto fobia, islamofobia. Setiap fobia adalah gejala gangguan
jiwa. Waspada boleh tetapi tidak gebyah uyah. Kalau memang benar anti
kapitalis, buktikan bahwa kita sanggup mengatur mereka. Sekarang ini kita
bukan didikte oleh negara/pemerintah tetapi oleh pemilik modal, baik AS,
China, Jepong, Korea, dan bahkan Singapura.
Banyak UU kita yang ketika disusun diintervensi oleh perusahaan-perusahaan
besar. Jadi yang konyol adalah pemimpin-pemimpin kita sendiri, baik yang di
parlemen maupun di birokrasi. Jangan salahkan negara lain. Buruk muka cermin
dibelah, namanya.
KM 
 
-------Original Message-------
 
From: Yuliati Soebeno
Date: 10/26/2009 8:48:07 AM
To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
Subject: RE: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Menteri Kesehatan Mengejutkan
 
  Maaf Pak Kartono,
 
Bukan berarti jika "anti  AS" itu lalu menjadi Nasionalis. Yang kita selalu 
kontradik" adalah semua kebijakan pemerintah Indonesia dan juga kebijakan
PEMERINTAHAN MANAPUN yang tidak memberikan nilai "PLUS" bagi kepentingan
MASYARAKAT LUAS, be it, masyarakat Indonesia sendiri ataupun kepentingan
masyarakat negara lain yang sering tidak digubris oleh AS. Misalnya
Palestina, Myanmar dan masih ada beberapa negara di Africa yang juga tetap
miskin dan tertindas, setelah kekayaan alamnya disedot habis-habisan.
 
Misalnya kontrak-kontrak pertambangan dinegara kita ini, membuat pihak
Indonesia menjadi "The Looser", dan lingkungan kita selalu tercemar.
Masyarakat sekitar dimana pertambangan dilakukan, tidak mendapatkan hak-hak
yang sebenarnya menjadi hak mereka. Bukan malahan dijadikan hak-hak bagi ara
pengusaha yang sudah kaya raya dengan kehidupan yang mewah. Dan selalu
menempel kepada para politisi, agar selalu medapatkan kontrak-kontrak yang
mereka inginkan, bagi perusahaan mereka. Bukankah ini yang sering terjadi
dinegara kita ini?
 
Saya tidak anti adanya modal asing di Indonesia, asalkan selalu menjaga
keseimbangan lingkungan dan mementingkan hak-hak masyarakat disekitar
pertambangan tersebut. Bukan malahan membuat para penyambung lidah rakyat
yang duduk dikursi empuk, malahan selalu mendapatkan bursa-bursa BISNIS
didaerah, dan mengabaikan kesengsaraan dan penderitaan rakyat.
 
Begitu saja, Pak Kartono, biar tidak salah kaprah pengertian "anti AS" bagi
anggota milis FPK ini bukan malahan diartikan NASIONALIST FREAK. Yang kami
selalu gembar-gemborkan adalah kebijakan-kebiajakan yang diambil, dinegara
berkembang dari negara-negara yang ADI KUASA, karena sering selalu
mementingkan keuntungan mereka sendiri. 
Yang kita khawatirkan adalah KEBIJAKAN melakukan KERJA SAMA tersebut lebih
TERSELUBUNG SIFATNYA. Maka dari itu Pemerintahan Mendatang harus lebih
TRANSPARAN kepada masyarakat luas, jadi KAMI MERASA JUGA MEMPUNYAI NEGARA
INI, dan bisa ikut melestarikan kekayaan serta kebudayaan-na. Jika kami BUTA
dengan KEBIJAKAN-KEBIJAKAN pemerintah yang dilakukan dengan negara-negara
asing, kami merasa TIDAK di-ikutkan dalam menjaga negara sendiri.
 
Salam,
Yuli

Kirim email ke