Ya anda telah memberikan DSR, lebih lengkapnya selain Tier 1 seperti dibawah 
juga Tier 2 naik banyak sekali "Sementara DSR Tier 2, pada kuartal II sebesar 
67,7 persen, atau naik dari Kuartal I yang sebesar 60,9 persen" dan itu jelas 
memprihatinkan sekali menunjukkan kemampuan bayar utang yang sangat rendah. 
Anda memberikan Debt to GDP ratio yg out of date itu buat apa selain menggiring 
opini masih ok masih kecil dibandingkan negara2 lain, btw Debt to GDP ratio 
akhir 2015 sudah meningkat jadi 33.1  bukan lagi 27 seperti data anda, sudah 
naik pesat sekali.
---In GELORA45@yahoogroups.com, <nesare1@...> wrote :

Sudah. Dan malahan sudah ane tulis begini: “Yang harus dilihat itu DSR/debt 
service ratio terutama DSR Tier 1 yang mengacu pada penghitungan DSR bank 
dunia. DSR Tier 1 kwartal II 2016 naik dari 34,08 menjadi 37,28. Ini gak bagus 
krn DSR naik dan ekspor turun.” Ente buta? Apa yang menyesatkan data dari Debt 
to GDP itu? Ente mau pake’ DSR utk bashing Jokowi ya??? Nih ane tanya: DSR 
sekarang memang tinggi. Tinggi itu consensus. Biasanya 0 – 20%. Tapi ada yg 
kasih standard 30%.Artinya apa?Kalau 1 negara DSR nya 5% apakah ekonominya 
bagus?Gimana kalau 10%, 20%, 30%, 34% dst? Ente ngerti ndak arti DSR itu 
sendiri. jangan kasih referensi lagi akh. Males bacanya. Kalau ente bisa jawab 
pertanyaan2 itu sudah bisa dimulai diskusinya. Kalau pertanyaan2 mendasar ini 
saja ente gak bisa jawab ya ane sebut lagi ente itu “cupat” dan “goblok”. Ayo 
mari kita rame2 lihat jawabannya jonathan yang ahli ekonomi. Nesare  From: 
GELORA45@yahoogroups.com [mailto:GELORA45@yahoogroups.com] 
Sent: Tuesday, October 18, 2016 11:34 AM
To: Yahoogroups <gelora45@yahoogroups.com>
Subject: RE: [GELORA45] Utang Luar Negeri Pemerintah akan Terus Naik, Ini 
Penyebabnya  Anda hanya melihat Debt to GDP, tetapi apakah anda sudah lihat 
DSR?Opini anda menyesatkan, seakan ok saja terus tambah utang karena Debt to 
GDP masih rendah (ini juga yg dikatakan Jokowi tempo hari dan ini menyesatkan) 
tetapi tidak melihat kemampuan bayar utang atawa DSR. ---In 
GELORA45@yahoogroups.com, <nesare1@...> wrote :

Sunny:Selagi kuasa Ayo utang untuk bayar utang  Gali lubang tutup lubang 
Bebankan generasi mendatang Sepanjang usia penanggung utangNesare: bung ada ide 
gimana bayar utang yang sudah terjadi? Juga gimana cara utk membangun ekonomi? 
Jonathan: Artinya "ber-foya2" pakai utang ditengah ekonomi lesu?Nesare: maksud 
ente ini apa? Pemerintah ambil hutang terus dikorupsi atau dipakai utk pesta? 
Apa maksud ente “foya2” ini?Ente sudah baca belum datanya? Statistiknya gimana? 
Baca dulu sebelum sesumbar! Mbo iyem pinjem duit sejuta untuk beli grobak baru 
krn grobak lama sudah rusak, ente bilang foya2 ya??!!!. Mestinya gimana ya 
ngelola hutang ini? gak usah bayar ya, gak usah ambil hutang ya atau apa? Ente 
ini kan jagonya ngeritik dan bashing. Ini pendapat ane: hutang pemerintah 
memang naik. Ini karena samurai bond dan euro bond utk pendanaan APBN. Hutang 
swasta turun itu malah jelek. Bukan bagus. Artinya tidak ada pergerakan ekonomi 
atau ekonomi melesuh, pelaku takut dll. Ini sama pengertiannya dengan inflasi. 
Orang takut inflasi naik tetapi banyak yg gak ngerti bahwa ada inflasi itu 
artinya pergerakan ekonomi naik. Deflasi itu yg gak bagus krn ekonomi mandek. 
Kalau terlalu ekstrim keduanya jelek. Jadi naik turunnya inflasi dan deflasi 
itu ukuran bagus tidak bagus. Inflasi dan deflasi selalu terjadi dalam ekonomi. 
Bagaimana mengelola nya, itu yg lebih penting. Utang luar negeri ULN jangka 
pendek melambat kwartal II 2016 dibandingkan pada kuartal sebelumnya. Yang naik 
pemerintah. BI dan swasta turun. Ini kondusif dan menunjukkan kestabilan.Yang 
harus dilihat itu DSR/debt service ratio terutama DSR Tier 1 yang mengacu pada 
penghitungan DSR bank dunia.DSR Tier 1 kwartal II 2016 naik dari 34,08 menjadi 
37,28. Ini gak bagus krn DSR naik dan ekspor turun. Pemerintah harus mengelola 
hutang ini. bukan hanya ngurus hutang pemerintah saja. juga harus mikirin 
swasta. Seharusnya control hutang swasta lewat perusahaan yang export oriented. 
Eksport ini penting. Kawasan ekonomi yg berorientasi ekspor digalakkan. Pra 
sarana ditingkatkan. Jangan mati terus listriknya. Birokrasi dibenahi. Terutama 
korupsi diberantas.Dengan perlambatan ekonomi dunia seperti sekarang dan 
terutama eksport ke RRT turun parah, pemerintah harus mikirin gimana produk 
eksport lebih bisa dijual diluar negeri. Artinya industrialisasi diperlukan. 
Value added dipikirkan. Jangan eksport komoditas saja. lada jangan dieksport 
dalam bentuk raw. Masukin kebotol dan dijual dengan harga lebih mahal. Ini 
penambahan value added. Bantu eksportir. Buka jalur distribusi. Kedubes dan 
konsulat terutama bagian ekonomi dikasih kerjaan cari pelakunya siapa utk 
setiap produk disemua negara. Bikin list kasih ke asosiasi dagang lempar ke 
swasta. Ini bisa dipakai sbg sales lead. Kalau data ini ada, perusahaan akan 
bisa kerja. Ini kelemahan perusahaan Indonesia. Makanya mereka selalu 
eksportnya ke singapura dan hongkong yang eksport lagi kenegara2 maju lainnya 
di USA, eropa dll.Kalau DSR naik, ujung2nya kurs rupiah akan melemah terus dan 
balance sheet perdagangan luar negeri akan anjlok. 
http://www.bi.go.id/en/iru/economic-data/external-debt/Documents/SULNI-OKTOBER-2016.pdf
 Posisi Utang Luar Negeri Menurut Kelompok PeminjamExternal Debt Position by 
Group of Borrower (Juta USD / Million of USD)Sep Oct Nov Dec Jan* Feb* Mar* 
Apr* May* Jun** Jul* Aug**1. Pemerintah dan Bank Sentral/ Government and 
Central Bank 118.624 118.642 126.119 123.548 129.736 134.207 136.621 137.747 
142.608 143.401 146.869 151.312 153.756 150.684 158.697 159.700 159.7221.1 
Pemerintah / Government 106.860 112.427 116.187 114.294 123.806 129.063 131.507 
132.646 137.396 138.347 141.788 146.163 148.299 145.504 153.264 154.384 
155.1881.2 Bank Sentral / Central Bank 11.764 6.215 9.932 9.255 5.930 5.143 
5.113 5.100 5.212 5.054 5.081 5.149 5.457 5.180 5.433 5.316 4.5342. Swasta / 
Private 83.789 106.732 126.245 142.561 163.592 167.754 166.473 166.588 167.656 
166.383 166.350 165.655 166.443 164.514 166.082 164.976 163.3282.1 Bank 14.382 
18.466 23.018 24.431 31.673 30.312 29.769 29.533 31.956 30.589 30.394 29.225 
29.743 29.169 29.804 29.585 28.6472.2 Bukan Bank / Nonbank 69.407 88.266 
103.228 118.130 131.920 137.442 136.704 137.055 135.700 135.795 135.956 136.430 
136.700 135.346 136.279 135.390 134.6812.2.1. LKBB / Nonbank Financial 
Corporations 3.575 6.103 7.713 7.947 10.149 11.613 11.429 11.833 11.077 11.247 
11.098 11.218 11.134 11.464 10.739 10.625 10.7752.2.2. Perusahaan Bukan Lembaga 
Keuangan / Nonfinancial Corp. 65.833 82.162 95.515 110.183 121.771 125.829 
125.275 125.221 124.623 124.548 124.858 125.212 125.566 123.882 125.540 124.765 
123.906TOTAL (1+2) 202.413 225.375 252.364 266.109 293.328 301.961 303.094 
304.334 310.264 309.784 313.218 316.967 320.199 315.198 324.779 324.676 323.050 
Coba lihat data ini debt to GDP setiap 
negara:http://www.tradingeconomics.com/country-list/government-debt-to-gdpIndonesia
 27. Bandingkan dengan jepang 229, belgia 106, USA 104, perancis 96, kanada 91, 
inggris 89, RRT 44. Di asean: singapura 104, Malaysia 54, Vietnam 51,Filipina 
45, Thailand 44, laos 44. Ngerti enggak baca data ini? Itu sedikit dulu,Nesare  
From: GELORA45@yahoogroups.com [mailto:GELORA45@yahoogroups.com] 
Sent: Tuesday, October 18, 2016 5:05 AM
To: jonathangoeij@... [GELORA45] <GELORA45@yahoogroups.com>; 
GELORA45@yahoogroups.com; nasional-l...@yahoogroups.com
Subject: Re: [GELORA45] Utang Luar Negeri Pemerintah akan Terus Naik, Ini 
Penyebabnya  Selagi kuasa
Ayo utang untuk bayar utang 
Gali lubang tutup lubang
Bebankan generasi mendatang
Sepanjang usia penanggung utang

Am 17 Oct 2016 18:27:24 -0700
schrieb "jonathangoeij@... [GELORA45]" <GELORA45@yahoogroups.com>:



> Artinya "ber-foya2" pakai utang ditengah ekonomi lesu?
> 
> ---
> "Mau nggak mau, karena pendanaan yang paling gampang untuk
> mengurangi defisit, dengan meningkatkan utang ke luar negeri,"
> tuturnya. Di sisi lain, ULN swasta turun karena tidak adanya
> kebutuhan industri untuk ekspansi. Hal ini disebabkan daya beli
> masyarakat yang lemah. ...
> 
>http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/keuangan/16/10/18/of7qck383-utang-luar-negeri-pemerintah-akan-terus-naik-ini-penyebabnya
> 
>http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/keuangan/16/10/18/of7qck383-utang-luar-negeri-pemerintah-akan-terus-naik-ini-penyebabnya
> 
> 
> Home http://www.republika.co.id/ > Ekonomi
> http://www.republika.co.id/kanal/ekonomi > Keuangan
> http://www.republika.co.id/kanal/ekonomi/keuangan Tuesday, 18 October
> 2016, 06:28 WIB Utang Luar Negeri Pemerintah akan Terus Naik, Ini
> Penyebabnya Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nidia Zuraya
> 
> 
> 
> 
> 
> REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) melaporkan posisi
> Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada Agustus 2016 tercatat sebesar
> 323,0 miliar dolar AS, tumbuh sebesar 6,3 persen (yoy). ULN sektor
> publik atau pemerintah tumbuh 19,2 persen (yoy), sementara ULN sektor
> swasta melambat 3,9 persen (yoy). Ekonom Indef Eko Listiyanto
> menjelaskan, dalam kondisi pelemahan ekonomi saat ini merupakan hal
> yang wajar apabila pemerintah menambah utang. "Kalau pelemahan
> ekonomi kayaknya sekarang, wajar ada utang. Sektor publik naik karena
> pemerintah butuh dana, makanya mengeluarkan global bonds lagi," ujar
> Eko pada Republika, Selasa (18/10). Apalagi saat ini penerimaan pajak
> di luar pengampunan pajak turun, sehingga terjadi shortfall yang
> besar dalam penerimaan pajak. Padahal pemerintah diharuskan menjaga
> defisit di bawah tiga persen. "Mau nggak mau, karena pendanaan yang
> paling gampang untuk mengurangi defisit, dengan meningkatkan utang ke
> luar negeri," tuturnya. Di sisi lain, ULN swasta turun karena tidak
> adanya kebutuhan industri untuk ekspansi. Hal ini disebabkan daya
> beli masyarakat yang lemah. Menurut Eko, justru pemerintah yang lebih
> ekspansif. Kalau pemerintah menarik utang lebih banyak ke pasar uang,
> swasta akan sulit untuk mengeluarkan obligasi. "Karena kalau mau
> jualan dibandingkan pemerintah pasti lebih laku pemerintah. Akhirnya
> kalau kau menjual obligasi mereka harus meningkatan suku bunga supaya
> lebih menarik,"tuturnya. Tidak adanya ekspansi ini menandai rendahnya
> kebutuhan impor. Sehingga impor tercatat turun. "Jadi memang artinya
> wajar, di ekonomi kita yang lemah saat ini, ditandai dengan adanya
> masalah di swasta kita. Sehingga pertumbuhan ekonomi kita mungkin
> tidak tercapai sesuai proyeksi pemerintah," katanya. 
> 
> 
>

Kirim email ke