Dalam pemikiran saya, rencanha pembangunan RPTRA Kalijodo itu PASTI tidak 
dikaitkan PILKADA! Mengapa harus dikaitkan dengan PILKADA??? Kemungkinan besar 
rencana pembenahan kota Jakarta, konkritnya setelah warga penghuni Kalijodo 
dipindah kerusun, lalu akan dijadikan apa, sudah jauh sebelumnya direncanakan 
bersama Jokowi masih Gubernur DKI. Sedang Ahok begitu getolnya mengejar 
pelaksanaan program pembenahan Kota juga sulit dikatakan untuk PILKADA saja, 
... itulah TEKAD pengabdian Ahok pada warga Jakarta, membantu warga miskin 
Jakarta menghuni rumah yang manusiawi di rusun! Sedang bantaran sungai harus 
dibenahi untuk menjamin kelancaran saluran sungai, ... mengatasi masalah BANJIR 
Jakarta yg sudah berkepanjangan itu. Bukankah Ahok juga sudah berulangkali 
dengan TEGAS menyatakan, dipilih kembali jadi Gubernur atau tidak, TIDAK 
MASALAH baginya! Yang lebih penting, program yang sudah ditetapkan sedapat 
mungkin bisa diselesaikan sampai masa jabatan Oktober tahun ini!

Saya hanya merasa bagaimanapun kita akan KESULITAN untuk mengetahui MAKSUD HATI 
seseorang memberi SUMBANGAN! Lha masalah cinta saja bisa berubah ditengah 
jalan, kok! Lalu karena kuatir dicerai, gak berani menikah? Kalau saya 
bersikap, dihadapi saja perkembangan selanjutnya. Tidak perlu terlalu kuatir 
atau takut maksud hati orang sesungguhnya yang PASTI sulit dipegang! Sekarang 
bisa baik, besok juga bisa berubah, kok! Buat apa terlalu pusing, ... terima 
saja kalau dirasakan itu baik dan berguna, sedang kita sendiri BELUM bisa 
kerjakan! Begitu pemikiran saya untuk merebut waktu menggapai apa yang kiranya 
bisa tercapai sekarang ini, ...! TENTU, kita TIDAK BOLEH hanya bersandar dari 
“belas-kasih” kapitalis! Kalau begitu jadi pengemis saja! Dan, ... saya masih 
yakin usaha Pemerintah Jokowi dalam membawa maju ekonomi nasional Indonesia, 
tidak bersandar sedekah dari konglomerat begini! Saya lebih melihat Jokowi 
berusaha berpaling ke bantuan pinjaman dari RRT untuk melepaskan diri dari 
jerat AS-Jepang! Dan oleh karenanya digempur, dihujat habis-habisan oleh 
begundal AS-Jepang yang sudah mulai terpojokkan, tersisihkan dengan masuknya 
investor Tiongkok, ...!

Lalu, darimana bung bisa menyatakan: “Anda lebih mementingkan 
pencantuman/pengabdian nama Sinarmas ketimbang kepentingan Rakyat, ...”? Saya 
hanya menyetujui pencantuman nama penyumbang sebagai bentuk “membeli” nama, 
pencitraan yang nampaknya dibutuhkan sementara orang, ... Barangkali mereka 
bisa merasa PUAS dan BANGGA namanya terpancang digedung-gedung itu! Lalu, apa 
salahnya Gedung-gedung Sekolah, RS, RPTRA Kalijodo itu dipajang nama 
konglomerat atau perusahaan penyumbang? Bukankah yang lebih penting, dengan 
tegaknya Gedung Sekolah, RS, taman-taman indah itu KENYATAAN menguntungkan 
warga, memecahkan kepentingan RAKYAT yg selama ini tidak bisa didapatkan dan 
dinikimati! Bukankah dengan demikian penderitaan rakyat banyak bisa dikurangi, 
... sekalipun sedikit saja! Majulah selangkah demi selangkah sebagaimana 
kemampuan yang bisa dicapai sekarang ini, susun dan binalah barisan kekuatan 
rakyat lebih kekar dan tangguh lagi, ... sampai sesaat nanti berkemampuan untuk 
melompat!

Tapi bung Ajeg, sekalipun sumbangan RPTRA kalijodo itu diterima dengan baik, 
kasus Sinarmas yang tertunggak selama ini, soal BLBI, maupun pinjaman sekian 
Triliun dari RRT yang dianggap digunakan untuk bangun RPTRA Kalijodo ini, TETAP 
saja BOLEH ditindak lanjuti, usut dan tuntaskan saja! PENJARAKAN saja kalau 
sudah terbukti SALAH! Jangan biarkan negara dan RAKYAT dirugikan, ...! TIDAK 
karena Sinarmas sudah sumbang 10M untuk taman Kalijodo, semua persoalan jadi 
bebas,... TIDAK!

Salam,
ChanCT


From: ajeg ajegil...@yahoo.com [GELORA45] 
Sent: Wednesday, March 1, 2017 3:07 AM




Supaya diskusi bergerak maju sebaiknya Anda simak dulu teman bicara sebelum 
menangkis dengan jurus yang sama. Sebab soal 'prasangka' ini sudah saya katakan 
begini:



"Buat Anda yang penting terima saja sekalipun 

sumbangan itu diberikan di tengah musim pilkada dan "nama Sinarmas 

boleh dicantumkan di bawah nama RPTRA Kalijodo saja". 



Kita belum lagi tahu apakah ada pamrih di balik pemberian itu, tetapi 

buat Anda bahkan pencantuman nama perusahaan penyumbang 

lebih penting ketimbang apa alasannya memberi sumbangan dan 

diresmikan saat pilkada."


Jadi, ada konteks pemilu/pilkada dalam peresmian RPTRA Kalijodo sumbangan 
Sinarmas ini di mana Megawati hadir. Padahal kita semua tahu, partainya (PDIP) 
ikut ribut soal pinjaman salah sasaran yang melibatkan Sinarmas. Dan jelas, 
Anda lebih mementingkan pencantuman / pengabadian nama Sinarmas ketimbang 
kepentingan Rakyat untuk tahu apakah pemilik Sinarmas, Eka TW, sudah ikut tax 
amnesty, misalnya. Atau, RPTRA senilai Rp 10M ini betul disumbang memakai uang 
Sinarmas sendiri dan bukan dari Rp 1 triliunan pinjaman Sinarmas yang salah 
sasaran itu. Bisakah Anda menjawab ini, atau cuma mau membela Sinarmas dengan 
berprasangka perusahaan itu tidak termasuk peminjam salah sasaran?


Contoh yang terjadi di HK itu samasekali bukan sumbangan, tapi branding. 
Pencitraan, "membeli", polisi & keluarga untuk terus mendukung kegiatan para 
pengusaha "penyumbang".


Seperti itukah yang Anda mau dalam pemilu di Indonesia / pilkada di DKI?
Pencitraan khas kapitalis.


--- SADAR@... wrote:

  Siapapun saat memberi SUMBANGAN bisa dan boleh saja mempunyai alasan 
tersendiri bahkan ada maksud-tujuan tersembunyi! Tentu boleh saja kita 
berprasangka terhadap orang-orang tertentu yang memberi sumbangan itu, ... tapi 
saya tetap berpendapat, TIDAK perlu berat prasangka, ... boleh saja diterima 
dahulu sumbangan yang diberikan TANPA SYARAT itu, sedang kalau kemudian muncul 
permintaan dan permintaan mereka yang TIDAK LAYAK diberi, yaa, tolak saja! 


  Jangan karena kapitalis-kapitalis itu serakah dan kejam, ... lalu dianggap 
semua KAPITALIS begitu. Dalam kenyataan kapitalis-kapitalis itu sebagaimana 
manusia normal pada umumnya, ada juga yang berjiwa sosial dan bisa memberikan 
SUMBANGAN tanpa pamrih! Bersedia menyumbangkan sebagian KEUNTUNGAN yang didapat 
untuk membantu rakyat miskin, untuk orang disekitar yang membutuhkan!


  Saya kasih contoh baru yang terjadi di HK, 7 polisi HK yang saat melaksanakan 
TUGAS keamanan, mengatasi pendemo-pendemo kaum Demokrat HK akhir tahun 2015, 
disiram air kencing dari atas. Saking jengkel dan marahnya, dan kebetulan 
tertangkap orang yang menyiram itu, mereka bawa ketempat gelap lalu memukuli, 
menendang orang itu. Sungguh sial, rupanya ada orang yang tahu dan merekam 
kejadian itu, sekalipun tidak nampak wajahnya, jelas adalah 7 orang polisi yg 
bertugas! Sejak akhir tahun lalu sidang pengadilan berlangsung, ternyata 
dijatuhi vonis 2 tahun penjara! Putusan pengadilan dianggap terlalu berat 
sebelah dan sangat TIDAK ADIL. Sekalipun 7 polisi itu telah berbuat kesalahan, 
tapi itu akibat KEMARAHAN atas penghinaan yang tidak bisa ditoleransi oleh 
pihak pendemo. Polisi menangkap puluhan pendemo yang melakukan kerusakan, 
pemukulan bahkan melempari batu pada polisi sampai luka berat, tapi tidak 
satupun dijatuhi hukuman penjara, kecuali kena kerja sosial puluhan jam saja 
sebagai peringatan. Tapi terhadap 7 polisi yang divonis 2 tahun penjara, 
bverarti habis-lah haridepan mereka, bahkan salah seorang inspektur polisi yang 
beberapa tahun lagi pensiun kehilangan pensiunnya!


  Tergerak oleh ketidak adilan yang terjadi ini, kenyataan tidak sedikit 
pengusaha di HK, besar-kecil memberi SUMBANGAN dengan membentuk “Yayasan”, 
salah seorang kapitalis masukkan dana 7 juta HKDolar dalam yayasan itu, dalam 
waktu 2 hari saja sudah hampir 20 juta dolar, untuk membantu kehidupan keluar 7 
polisi yg harus mendekap dalam penjara! Gak ada yang berprasangka 
kapitalis-kapitalis itu apa tujuannya kasih sumbangan, ... yaa di TERIMA SAJA


  Itu konglomerat macam Lee Ka Sheng juga sumbang beberapa Gedung Sekolah, 
gedung RS dengan mencantumkan namanya di Gedung itu, bahkan ada kapitalis asal 
Indonesia Tian Jia Bing membangun Panti-jompo juga mencantumkan namanya. Yaa, 
biarkan saja mereka “membeli” nama, dan warga HK diuntungkan dengan sumbangan 
yang diberikan. Kenapa harus dicurigai dengan begitu banyak prasangka. Yang 
baik-baik kita terima, sedang kalau ada tindakan yang jelek, apalagi melanggar 
HUKUM ya adukan saja biar dijerat dan dijatuhi hukuman, ..


  Mengenai kontribusi tambahan 15% itu, tentu PERLU dibuatkan 
ketentuan-ketentuan yang lebih baik, agar bisa berjalan lebih baik dan lebih 
effektif untuk kepentingan rakyat banyak. Jangan sampai terjadi dikorupsi, atau 
pengembang tidak keluarkan 15% itu dengan baik. Mungkin juga yang lebih baik 
nilai kontribusi 15% masuk APBD dahulu, ... setelah duit masuk baru ijin 
bangunan dikeluarkan pada pengembang


  Salam,
  ChanCT 


  From: ajeg


  Itulah sebabnya saya katakan pemikiran Anda bukan sederhana, 
  melainkan terkotak-kotak. Tepatnya, terpaku dalam kotak 

  kepentingan konglomerat. Anda hanya melihat, "sumbangan itu baik 

  untuk anak-anak Jakarta saja!" lalu menyarankan "TERIMALAH 

  sumbangan/derma yang dikucurkan". Padahal, pantas-pantasnya 

  ya kita perlu tahu juga ding, kenapa orang memberi sesuatu 

  kepada kita, apa alasannya (karena kita berulangtahunkah, karena 

  kita miskinkah, atau karena lagi ada pilkadah?). Sedangkan sepanjang 

  yang saya baca, tampaknya tidak terpikir oleh Anda untuk tahu 

  alasan si pengusaha. Buat Anda yang penting terima saja sekalipun 

  sumbangan itu diberikan di tengah musim pilkada dan "nama Sinarmas 

  boleh dicantumkan di bawah nama RPTRA Kalijodo saja". 



  Kita belum lagi tahu apakah ada pamrih di balik pemberian itu, tetapi 

  buat Anda bahkan pencantuman nama perusahaan penyumbang 

  lebih penting ketimbang apa alasannya memberi sumbangan dan 

  diresmikan saat pilkada. Apa semua ini belum menunjukkan pembelaan
  Anda pada kepentingan pengusaha? Seandainya Anda membebaskan diri 

  dari kotak kepentingan pengusaha (dan penguasa), barangkali bisa juga 

  melihat persoalan pilkada / pemilu dari sisi kepentingan Rakyat.



  __




Kirim email ke