Bung Djie yb,

Ooouuu, jadi dinegara maju spt. Belanda, pembagian keuntungan usaha, hanya 10% 
saja yang bisa masuk kantong kapitalis, lebih 90% ditimpa pajak keuntungan? 
Memangnya berapa % pajak tertinggi disana? Kalau begitu, bagaimana bisa 
mendorong usaha maju lebih baik,  ...? Kan dari keuntungan bersih yang 10% itu 
si kapitalis bisa menambahkan modal untuk usaha tahun berikut? Belum lagi 
perhitungan pemotongan aset penuaan mesin dan alat produksi lain yang digunakan 
untuk mengganti yang baru beberapa tahun kemudian. Pantas saja perputaran 
ekonomi di Eropah jadi kampas-kempis, ...

Tapi, ada betulnya, tidak semua orang bisa jadi pengusaha. Dari 10 pengusaha 
bisa ada 2 yang sukses juga sudah baguuus, ... Makanya, disaat 
kapitalis-kapitalis dibasmi dan digantikan pejabat-pejabat kabarnya juga tidak 
sedikit yang macet, sekalipun juga ada yang berhasil baik. Sementara juga ada 
kisah kapitalis “merah” yang menyerahkan aset pabrik pada Negara dan dirinya 
tetap diangkat jadi kepala pabrik, meneruskan usaha pabrik tekstil di Shanghai. 

Melihat kenyataan begini, menunjukkan jauh akan lebih bijaksana seandainya 
kerjasama dengan kapitalis diteruskan untuk mendorong kemajuan ekonomi nasional 
lebih baik! Ditindak saja kapitalis-kapitalis nakal yang tidak tunduk pada 
Pemerintah, kapitalis-kapitalis yang melanggar UU/hukum yang sudah 
diberlakukan. Sedang pembagian keuntungan usaha, bisa ditetapkan sesuai keadaan 
ekonomi tahun itu, ... keuntungan usaha lebih baik besaran pajak lebih tinggi 
atau sebaliknya. Jadi pengusaha tetap bisa gairah berusaha sedang 
karyawan/buruh juga bisa terus meningkatkan kesejahteraan hidupnya lebih baik.

Salam,
ChanCT

From: kh djie 
Sent: Thursday, June 15, 2017 12:52 PM
To: Gelora45 ; Chan CT 
Subject: Re: [GELORA45] ILUNI: Keadilan ekonomi butuhkan banyak wirausaha muda

Bung Chan,
Di Belanda, kalau perusahaan besar bisa untung bersih 10%, setelah bayar pajak 
sudah senang.
Di Belanda, orang didorong wirausaha dengan macam2 aturan :
1. 3 tahun bebas pajak.
2. Kalau orang sudah punya kerja, coba buka usaha, dan rugi. Kerugiannya 
dikompensasi oleh kantor pajak.
Ya, kalau dari 10, berhasil dua, ya lumayan, dan akhirnya bisa buka lapangan 
kerja.
Di sini yang berlaku hukum permintaan dan penawaran. Kalau pekerja di suatu 
bidang keahlian hanya ada sedikit, ya gaji yang ditawarkan tinggi. Lalu banyak 
lulusan sekolah ambil jurusan yang gajinya tinggi.
KH

2017-06-15 2:55 GMT+02:00 'Chan CT' sa...@netvigator.com [GELORA45] 
<GELORA45@yahoogroups.com>:

    

  BETUUUL, ...! Untuk mencapai KEADILAN ekonomi, bukan hanya dengan 
memperbanyak wirausaha, tapi bagaimana “PEMBAGIAN KEUNTUNGAN” itu ditetapkan! 

  Selama ini, pemilik modal mendapatkan bagian keuntungan lebih dari 80% dan 
itu biasanya seorang atau beberapa orang saja, sebaliknya karyawan, pekerja dan 
buruh hanya dapatkan tidak lebih dari 20% dari keuntungan yang didapat. Dan, 
... bagian hasil kerja karyawan yang sudah sangat sedikit itu masih harus 
dibagikan pada banyak orang. Bisa puluhan, ratusan bahkan puluhan ribu orang! 

  Saya perhatikan Ahok dalam kembangkan usaha di DKI Jakarta, berani menetapkan 
pembagian keuntungan 20-80. Jadi, 20% keuntungan usaha dikembalikan pada 
DKI-Jakarta sebagai pemi8lik modal, sedang warga yang jalankan usaha dapatkan 
80%, ...!

  Di Tiongkok dalam usaha mengentaskan kemiskinan didesa-desa pedalaman yang 
terbelakang itu, setiap warga tani menjadi PEMILIK-SAHAM Koperasi DESA itu 
dengan memasukkan nilai hak-guna tanah garapan yang sudah dibagikan kembali 
pada setiap petani saat Komune Rakyat dibubarkan tahun 1980, ... saya tidak 
menemukan tulisan yang memperinci bagaimana rincian pembagian keuntungan 
koperasi desa pada setiap warga tani desa, tapi yang pasti mereka bisa cepat 
terangkat kehidupannya dengan semangat kerja yang lebih giat, lebih keras dan 
kreatif meningkatkan produksi, ... dengan ketambahan bonus setiap tahun!

  Jadi, sangat jelas hak-milik perseorangan atas alat produksi tidak dirampas 
menjadi milik-negara, tapi justru dikeembangkan dalam kebersamaan KOPERASI Desa 
yang mereka bentuk. Bukan dengan membasmi klas kapitalis tapi justru merubah 
klas proletar yang tidak punya apa-apa kecuali tenaga kerja itu menjadi 
pemilik-modal sekaligus pekerja! Menjadi kapitalis2 BARU, pemilik modal yang 
juga pekerja! Lalu bagaimana dengan pembatasan hak-milik kapitalis? Saya pernah 
baca tulisan, selama ini yang berlaku dipasar-saham, SAHAM perusahaan yang 
diperjual-belikan tidak lebih dari 40% aset perusahaan. Jadi 60% tetap berada 
pada kapitalis. Kalau saja berlakukan seperti yang dijalankan beberapa BUMN 
yang terjadi di Tiongkok, hanya 20% aset Perusahaan dipertahankan sebagai milik 
Negara, sedang 80% dibagikan pada karyawan/buruh nya, maka akan terjadi 
pembagian keuntungan yang lebih ADIL! 80% keuntungan jatuh dibagikan pada 
karyawan/buruh dan hanya 20% saja yang jatuh dikantong kapitalis. Dan 
seandainya saja proses demikian ini diberlakukan diseluruh TIongkok, tentu 
dengan demikian berangsur-angsur masyarakat Tiongkok akan menghilangkan 
klas-klas yang ada, semua warganya menjadi kapitalis-kapitalis BARU, pemilik 
modal serkaligus pekerja! Semua warga bekerja sesuai tugas yang diberikan untuk 
maju bersama, makmur bersama! Tidak ada lagi siapa menghisap siapa, ... Tidak 
ada lagi siapa menindas siapa!

  Tentu, semua itu baru akan terjadi setelah kesadaran kebersamaan dalam 
masyarakat mencapai tingkat tinggi, ... sudah tidak SERAKAH, sudah bisa 
mendahulukan kepeentingan RAKYAT banyak! Hanya saja saya tidak tahu sampai 
kapan proses itu akan berlangsung dan berlaku untuk seluruh rakyat Tiongkok 
yang berjumlah 1,4 milyar itu, ...

  Salam,
  ChanCT

  From: Sunny ambon ilmeseng...@gmail.com [GELORA45] 
  Sent: Thursday, June 15, 2017 2:26 AM
  To: undisclosed-recipients:
  Subject: [GELORA45] ILUNI: Keadilan ekonomi butuhkan banyak wirausaha muda

    



  Kalau untuk melakukan bisnis memang perlu wirausaha, tetapi kalau keadilan 
ekonomi dalam pengertian untuk kepentingan rakyat bukan dari adanya banyak 
wirausha, melainkan tergantung dari politik ekonomi negara dan aplikasinya 
mengambdi kepentingan rakyat banyak.



  
http://www.antaranews.com/berita/635220/iluni-keadilan-ekonomi-butuhkan-banyak-wirausaha-muda



  ILUNI: Keadilan ekonomi butuhkan banyak wirausaha muda
  Selasa, 13 Juni 2017 22:36 WIB | 1.137 Views

  Pewarta: Andi Jauhari



  Jakarta (ANTARA News) - Ketua Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI) 
Andy Azisi Amin menyatakan bahwa penyebab keadilan ekonomi di Indonesia belum 
bisa terwujud, salah satunya karena jumlah wirausaha muda di Indonesia masih 
sangat sedikit.

  "Jadi, kita membutuhkan generasi muda yang bisa terjun dalam kegiatan 
wirausaha ini lebih banyak," katanya pada pada Pesantren Kilat (Sanlat) 
Kebangsaan 2017 di Pusat Pemberdayaan Pemuda dan Olahraga Nasional (PPPON) 
Kemenpora di Cibubur, Jakarta Timur, Selasa petang.

  Sanlat Kebangsaan yang diselenggarakan oleh PPPON Kemepora bekerja sama 
dengan Yayasan At-Tawassuth, dan Biro Utama Penyangga Jakarta LKBN Antara 
sebagai "media partner" itu juga didukung sejumlah mitra di antaranya, 
Indocement, Taman Safari Indonesia (TSI), Unitex, Alfamart, PCNU Kota Bogor, 
APRIL, Indofood.

  Dalam Sanlat bertema "Melalui Pesantren Kilat Pemuda Kota Kokohkan Pancasila 
Sebagai Pemersatu Bangsa", ia memaparkan bahwa keadilan ekonomi saat ini memang 
sangat timpang.

  Ia merujuk data BPS di mana 92 persen kekayaan nasional dikuasai satu persen 
pengusaha besar.

  Menurut dia kalau Indonesia ingin maju, maka membutuhkan keadilan ekonomi dan 
hukum sehingga NKRI menjadi adil dan makmur. 

  "Syarat untuk keadilan sosial adalah ekonomi karena ekonomi adalah kebutuhan 
mendasar," kata dosen Fakultas Ekonomi UI itu.

  Ditegaskannya bahwa semua anak bangsa harus belajar sejarah ekonomi untuk 
memperbaiki masa yang akan datang, dan bukan hanya meratapinya. 

  "Jadi kita belajar sejarah bukan untuk menyalahkan tetapi memperbaiki sejarah 
masa lalu agar lebih baik," katanya.

  Ia mengidentifikasi sekurangnya ada dua hal yang membuat keadilan ekonomi 
tidak berhasil, yakni pertama penegakan hukum lemah, dan kedua kualitas sumber 
daya manusia untuk terciptanya keadilan ekonomi . 

  Namun, ditekannya bahwa untuk mencapai itu tidak harus harus melalui jenjang 
pendidikan formal semata.

  
  • ... Sunny ambon ilmeseng...@gmail.com [GELORA45]
    • ... 'Chan CT' sa...@netvigator.com [GELORA45]
      • ... kh djie dji...@gmail.com [GELORA45]
        • ... 'Chan CT' sa...@netvigator.com [GELORA45]
          • ... kh djie dji...@gmail.com [GELORA45]
            • ... nesa...@yahoo.com [GELORA45]
    • ... nesa...@yahoo.com [GELORA45]
    • ... 'Karma, I Nengah [PT. Altus Logistic Service Indonesia]' ineng...@chevron.com [GELORA45]

Kirim email ke