mestinya bung sebagai moderator tanya pada orang yg ngomong "OON OON" bukankah postingnya anda puja puji? ---In GELORA45@yahoogroups.com, <SADAR@...> wrote :
Seandainya saja bung yg merasa diri "PINTER" coba saja buktikan dimana dan bagaimana "OON, OON" orang lain! Jangan cuma nuduh orang "OON" tanpa ada pembuktian dengan argumentasi kuat yang meyakinkan pembaca lain, ... Begitu sebaiknya kita melancarkan diskusi sehat, ... TIDAK saling menuduh, mengejek lawan diskusi tanpa ada argumentasi yang meyakinkan! Mudah2an bisa dimengerti dengan sebaik-baiknya, ... Dan, tidak melanjutkan saling nuduh dan mengejek orang lain! Jonathan Goeij jonathangoeij@... mailto:jonathangoeij@... [GELORA45] 於 11/10/2019 6:17 寫道: Benar2 kritik membangun "OON OON itu gak ngerti materi nya" ck ck ck membuat moderator tersentuh. On Thu, Oct 10, 2019 at 2:58 AM ChanCT SADAR@... mailto:SADAR@... [GELORA45] <GELORA45@yahoogroups.com mailto:GELORA45@yahoogroups.com> wrote: Satu kritik membangun, yang tentunya PATUT direnungkan baik-baik oleh kita semua, ... sungguh saya sebagai moderator di GELORA45 ini tidak akan berhasil dengan baik membimbing diskusi yang terjadi, jika TIDAK mendapatkan dukungan SIKAP kawan-kawan sekalian! Mudah2an kita semua bisa lebih memperhatikan jalannya diskusi, ... tidak perlu memaksakan orang lain sependapat dan menyetujui apa yang diajukan, apalagi saling mengejek dan memaki hanya karena tidak menerima pendapatnya sendiri! Salam-damai, ChanCT 'nesare' nesare1@... mailto:nesare1@... [GELORA45] 於 10/10/2019 0:11 寫道: Bener bung jeli! Bagi saya perbedaan pendapat itu normal. Yang tidak normal adalah ketika berdiskusi sampai berdebat panas sekalipun, gak ada argumennya. Setiap orang berhak punya opini. Silahkan ngomong. Tetapi ketika ada yg menyanggah ya silahkan disanggah lagi. persoalannya belakangan ini di milis ini, OON OON itu gak ngerti materi nya. Mereka2 ini menggunakan logika umum. Sedangkan substansi yg penting itu adalah knowledge nya. Gimana seseorang mau berdiskusi/berdebat ttg 1 + 1 = 2 kalau dia gak tahu bahwa 1 + 1 itu = 2? Ya setelah mengetahui bahwa 1 + 1 = 2 dulu, barulah kalau mau berdiskusi/berdebat bahwa 1 + 1 itu belum tentu 2 bisa jadi 1.99999999999 bisa berjalan. Belum tahu bahwa 1 + 1 = 2 dulu, eh dia sudah ngotot dulu bahwa 1 + 1 = 5. Kan lucu jadinya? Kalau pendapatnya 1 + 1 = 2.1 mungkin masih masuk akal dan bisa kita tanya kenapa dia berpendapat 1 + 1 itu = 2.1 tetapi OON nya itu adalah langsung teriak: 1 + 1 = 5????!!!! Nesare From: GELORA45@yahoogroups.com mailto:GELORA45@yahoogroups.com <GELORA45@yahoogroups.com> mailto:GELORA45@yahoogroups.com Sent: Wednesday, October 9, 2019 2:11 AM To: 'nesare' nesare1@... mailto:nesare1@... [GELORA45] <GELORA45@yahoogroups.com> mailto:GELORA45@yahoogroups.com Subject: Re: [GELORA45] University Spinoffs : What, Why and How ? Bung Nesare, Ya,sayang sekali milis Gelora sering dipakai hanya untuk debat kusir. Dan yang paling menjengkelkan kalau tidak menjawab materi yang dibicarakan, lalu dibelokkan ke persoalan lain, kalau tak sanggup menjawab. Yang menyolok, memberi stempel pada sesuatu kwalitatif begitu, tanpa argumentasi, tanpa didukung data kwantitatif. Kan harus ada perubahan kwantitatif dulu, yang begitu besar sehingga ada perubahan kwalitatif. Salam, KH Pada tanggal Sel, 8 Okt 2019 pukul 17.46 'nesare' nesare1@... mailto:nesare1@... [GELORA45] <GELORA45@yahoogroups.com mailto:GELORA45@yahoogroups.com> menulis: Terima kasih kembali atas ceritanya tentang Prof. Tjan Tjoe Som. Saya tidak tahu apakah Prof. Dahana mengajar di USA atau tidak. Yang saya ketahui dia minggat krn sedih dan marah melihat sikon Indonesia. Klimaksnya adalah waktu Ahok didakwa sbg penista agama. Dia langsung lari. Rumahnya belum terjual waktu lari. Itu saja yang saya ketahui. Setelah itu atau sekarang saya tidak tahu. Point saya menceritakan itu adalah: walaupun ada tetapi sudah tidak banyak dosen2 dan orang2 waras di Indonesia yang mangkel sedih marah dengan sikon Indonesia. Disini tantangannya. Ketika orang2 baek dan waras ini meninggalkan Indonesia, kan yang tertinggal adalah mereka2 yang tidak baek dan tidak waras. Seorang pengajar lulusan bandung sekolah di spanyol, dan belanda lalu ngajar di belanda akhirnya pulang Indonesia buka restoran. Financial freedom katanya sbg pemilik restoran memberikan kegembiraan buat dia. Ini adalah contoh2 yang mesti dipikirkan bahwa ada tantangan dalam kehidupan di Indonesia. Seyogyanyalah tantangan2 ini dijawab bersama dicari solusinya bersama dalam koridor berbangsa dan bernegara NKRI. Coba lihat di milis ini, semangat itu kan gak ada (walaupun tidak semua). Semangat yg kelihatan menonjol itu kan pameran mau jadi pahlawan HAM lah, demokrasi lah, pembela rakyat lah dlsbg. Sedangkan kita2 ini kan orang2 indonesia terlepas dari kewarganegaraan masing2 tetapi kecintaan atas hubungan dengan Indonesia itu kan tidak bisa dipungkiri?! Ini saja yang saya gak tahan melihat tingkah laku orang2 ini karena penginnya A, lalu menggunakan berbagai cara utk melegitimasi A itu. Mestinya kan bisa duduk2 dan kalau perlu gebrak2 meja ala aidit vs agus salim ttp pulang boncengan sepedaan barengan. Ini enggak terjadi dimilis kita ini. Ini sample kecil loh. Milis ini kecil sekali dibandingkan NKRI itu. Bayangkan mentalitas orang2 ini bak orang paling pinter sedunia dengan Bahasa yg indah2, tetapi mereka2 ini melupakan suatu masalah besar yg sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia yaitu: MASALAH KEBANGSAAN!!! Nesare From: GELORA45@yahoogroups.com mailto:GELORA45@yahoogroups.com <GELORA45@yahoogroups.com mailto:GELORA45@yahoogroups.com> Sent: Monday, October 7, 2019 6:03 PM To: 'nesare' nesare1@... mailto:nesare1@... [GELORA45] <GELORA45@yahoogroups.com mailto:GELORA45@yahoogroups.com> Subject: Re: [GELORA45] University Spinoffs : What, Why and How ? Bung Nesare, Banyak terimakasih untuk penjelasannya. Sayang kok sampai Prof. Dahana pindah mengajar ke USA . Bekas murid saya mengorganisir dulu seminar Cheng Ho bersama keraton Cirebon.. Antaranya tentang kisah Puteri Ong Tien, istri Sunan Gunung Jati. Pembicaranya Prof. Dahana dan Dr. Tan Tah Sen dari Singapore. Prof. Dahana itu dulu mahasiswanya Prof. Tjan Tjoe Som, yang dipecat dari jabatannya sebagi kepala bagian Sinologi. Saudaranya Prof. Tjan Tjoe Siem dari Javanologi tidak sampai dipecat. Tjan Tjoe Som dipecat karena dia salah satu pendiri HSI bersama Drs. Jan Ave. Waktu Tjan Tjoe Som meninggal dikubur di Pajang, di makam kerabat raja Mataram. Orang tuanya dulu adalah pendukung pangeran Diponegoro, dan mereka beragama Islam. Tjan Tjoe Siem keluar masuk istana Mangkunegoro sampai dikenalkan oleh Mangkunegoro pada seotang pendeta Kristen, yang kemudian mengurus supaya dia bisa belajar di Leiden. Tan Tah Sen, orang Singapore, dapat beasiswa dari Indonesia di zaman bung Karno. Dia ambil PhDnya di bawah Prof. Dahana dan Prof. Leirissa. tentang Cheng Ho and Islam in Southeast Asia. Ia jadi President, International Zheng He Society dan juga Direktur Cheng Ho Cultural Museum.. Ia jadi Prof. di Nanyang Uniersity. Dia multilingual, lancar berbahasa Sanskrit, Arab, Melayu, Indonesia, Jawa (Kromo dan Kromo Inggil), Batak, Belanda, Inggris dan Mandarin (modern dan klassik). Orang dari Indonesia yang belajar di luar negeri banyak yang hebat. Ada satu teman punya 2 Phd Fisika dan kedokteran, gara2 tidak bisa balik Indonesia dan tidak mau asil. Jadi bisa tinggalnya di jerman dengan cara belajar terus jadi mahasiswa sambil kerja. Suatu hari dia menyembuhkan patient wanita kena kanker. Wanita itu sangat berterimakasih dan tanya apa yang dia bisa bantu kembali. Teman saya cerita kalau dia itu bisa tinggalnya di Jerman hanya karena universitas tanggung dan perlu pakai dia. Wanita itu bilang, nanti dia bilang pada suaminya yang punya jabatan tinggi. Luar biasa, teman saya dapat ijin tinggal dan kerja seminggu kemudian. Salam, KH Pada tanggal Sen, 7 Okt 2019 pukul 23.11 'nesare' nesare1@... mailto:nesare1@... [GELORA45] <GELORA45@yahoogroups.com mailto:GELORA45@yahoogroups.com> menulis: Coba saya bandingkan pengalaman bung dengan USA. Kayaknya dijaman bung 70an Lembaga Affiliasi ITB itu ambil duit dari perusahaan yg ingin mengadakan riset dan uang itu digunakan (Message over 64 KB, truncated)