Dalam pasal tersebut, dijelaskan bahwa besar iuran yang harus dibayarkan
sebesar Rp 42.000 per bulan untuk kelas III, sebesar Rp 110.000 per bulan
untuk kelas II, dan sebesar Rp 160.000 per bulan untuk kelas I.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com <http://kompas.com/>  dengan judul
"Sah, Iuran BPJS Kesehatan Naik 100 Persen Mulai 1 Januari 2020",
https://www.kompas.com/tren/read/2019/10/30/085838165/sah-iuran-bpjs-kesehat
an-naik-100-persen-mulai-1-januari-2020?page=all.



Dimana didunia ini ada premi asuransi kesehatan semurah ini?

Bandingkan dengan harga rokok dan pulsa!

Yg miskin gratis koq ada 25% penduduk miskin yg gratis!

Mau apalagi?

Coba apa gak bisa mikir ini adalah universal healthcare yg lbh hebat drpd yg
digembar gemborkan oleh USA baik sanders maupun warren??!!

 

Nesare

 

From: GELORA45@yahoogroups.com <GELORA45@yahoogroups.com> 
Sent: Thursday, November 7, 2019 11:49 PM
To: GELORA45@yahoogroups.com
Subject: Re: [GELORA45] 'Desa Siluman' Bukti Basis Data Milik Pemerintah

 

  

Dibanyak negar, pelayan kesehatan yg komprihensif (utk segala penyakit
seperti organ transplantasi, terapi utk kanker) tidak bisa dilakukan tanpa
adanya asuransi kesehatan tambahan atau uang dari kantong sendiri. Juga BPJS
cuma bisa membayar/melayani penyakit2 umum saja. Negara2 Skandivnavia bisa
memberi pelayan kesehatan yg baik tetapi rakyatnya harus membayar pajak
pendapatan yg tinggi sampai lebih dari 50%. Iuran BPJS berapa sih?, koq
sampai ada yg ngomel atau rakyat ngomel2. Kalau ada yg ngomel ttg kenaikan
iuran BPJS, ada jalan lain utk mengurangi defisit dari BPJS, kurangi pelayan
mediknya atau naikan pajak rakyat seperti di negara Skandinavia, Belanda
dll.

---In GELORA45@yahoogroups.com <mailto:GELORA45@yahoogroups.com> ,
<SADAR@... <mailto:SADAR@...> > wrote :

Bukankah Sri Mulyani yg mengungkap adanya "DESA SILUMAN" yg menilap
dana-desa, ...! Kenapa dibalik jadi Sri Mulyani yg memeras Rakyat??? Apa
bertul Sri Mulyani yg menentukan kenaikan iuran BPJS???

 

On 11/7/2019 10:25 PM, ajeg ajegilelu@... <mailto:ajegilelu@...>  [GELORA45]
wrote:

  

Sri Mulyani itu kan yang memeras Rakyat dengan menaikkan iuran kesehatan
sebesar 100% ya, demi kesejahteraan direksi BPJS?

 

https://groups.yahoo.com/neo/groups/GELORA45/conversations/messages/251789 





--- SADAR@... wrote: 

  


ANALISIS


'Desa Siluman' Bukti Basis Data Milik Pemerintah Cacat


Dinda Audriene, CNN Indonesia | Kamis, 07/11/2019 07:23 WIB

Bagikan :    

 
<https://awsimages.detik.net.id/visual/2019/05/16/b958e3a2-fed0-4604-a3ea-4b
3fe7500d13_169.jpeg?w=650>  Ilustrasi desa. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono).

Jakarta, CNN Indonesia -- Kabar mengenai keberadaan '
<https://www.cnnindonesia.com/tag/desa-siluman> desa siluman' tengah menjadi
sorotan. Menteri Keuangan  <https://www.cnnindonesia.com/tag/sri-mulyani>
Sri Mulyani baru-baru ini mengungkapkan terdapat sejumlah
<https://www.cnnindonesia.com/tag/dana-desa> desa yang tak berpenghuni.

Ia mengklaim desa itu sengaja diciptakan untuk menyelewengkan dana desa yang
sudah beberapa tahun ini disalurkan oleh pemerintah. Kabar itu baru ia
dengar dari Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) belum lama ini.

Sekretaris Jenderal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi (Kemendes PDTT) Anwar Sanusi menuturkan pihaknya akan segera
melakukan koordinasi dengan Kementerian Keuangan dan Kemendagri terkait
penemuan fakta desa 'siluman' itu.

Sebab, bisa jadi sebenarnya desa itu bukannya tak berpenghuni sama sekali,
melainkan jumlah penduduknya yang amat sedikit.



Lihat juga:


 
<https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20191106153129-532-446075/jokowi-perin
tahkan-pembuat-desa-siluman-ditangkap/> Jokowi Perintahkan Pembuat Desa
'Siluman' Ditangkap

"Karena kan memang secara administratif ada ketentuan jumlah penduduk untuk
sebuah desa. Nah, bisa saja jumlah penduduknya tidak memenuhi. Jadi, perlu
dilihat tidak ada sama sekali atau seperti apa," ungkap Anwar kepada
<https://cnnindonesia.com/> CNNIndonesia.com, Rabu (11/6).

Sejauh ini, ia belum bisa berspekulasi mengenai keberadaan sejumlah desa
yang tak berpenghuni tersebut. Anwar mengaku tidak bisa asal menyebut berapa
jumlah desa yang kemungkinan jumlah penduduknya sepi atau tak berpenghuni.

"Harus cek dulu lintas kementerian dulu untuk data desa," terang dia.

Total desa saat ini sebanyak 74.954 wilayah. Masing-masing desa mendapatkan
dana yang bervariasi dari pemerintah setiap tahunnya.



Lihat juga:


 
<https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20191104192207-532-445570/sri-mulyani-
ungkap-tempat-siluman-untuk-tilap-dana-desa/> Sri Mulyani Ungkap Tempat
'Siluman' untuk Tilap Dana Desa

"Formula perhitungannya dilihat dari kondisi desa, misalnya kemiskinan. Jadi
ada desa minimal Rp800 juta, tapi juga ada yang dapat Rp2 miliar, kalau
memang lebih miskin," kata Anwar.

Terkait pengawasannya, ia mengatakan tidak dilakukan oleh Kemendes PDTT
semata. Kemendagri dan Kemenkeu juga ikut memantau penggunaan dana desa yang
dikucurkan.

Ditambah, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Kejaksaan Agung (Kejagung), hingga
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) juga ikut mengawasi aliran dana desa.
Anwar menyebut akan melakukan evaluasi dengan berbagai lembaga itu terkait
kejadian ini.

Ekonom Universitas Indonesia (UI) Fithra Faisal mengaku tak terkejut dengan
penemuan desa fiktif. Masalahnya, basis data yang dimiliki pemerintah juga
masih terbatas, khususnya di daerah.


 
<https://awsimages.detik.net.id/community/media/visual/2019/05/15/835c1651-8
1d1-41a7-b981-7a15ee4fd185_169.jpeg?w=620> Ilustrasi desa. (CNN
Indonesia/Adhi Wicaksono).

Dengan demikian, ketidakcocokkan data antara pemerintah daerah dan
pemerintah pusat rentan terjadi. Pengawasan yang dilakukan pemerintah pusat
pun dinilai tidak ketat.

"Ini permasalahan tata kelola. Ini pekerjaan rumah pemerintah bagaimana
pengawasan diperketat, basis data dibuat lebih serius," tutur Fithra.

Di sisi lain, dana desa yang jumlahnya tak sedikit juga dinilai begitu
menggiurkan bagi sejumlah pihak. Jangankan desa fiktif, dana desa juga tak
menutup kemungkinan dimainkan oleh pejabat desa setempat.

"Ini kan dana triliunan, puluhan triliunan sangat menggiurkan. Dana desa
diatur aparatur desa yang secara kapasitas timpang antara pemerintah daerah
dan pusat, maka bisa saja penyelewengan terjadi," imbuhnya.



Lihat juga:


 
<https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20191024045705-532-442368/ekonom-soal-
menteri-baru-dana-desa-masih-jadi-tantangan/> Ekonom Soal Menteri Baru: Dana
Desa Masih Jadi Tantangan

Andai saja basis data yang dimiliki pemerintah sudah 'apik', pastinya tak
ada kucuran dana ke desa fiktif. Sebab, verifikasi yang dilakukan juga bisa
dilakukan dengan benar.

"Kalau sistemnya benar, harusnya ada verifikasi. Jadi, mungkin ada masalah
di basis data," ujar Fithra.

Diketahui, pemerintah menyediakan dana besar untuk dikucurkan ke desa. Tahun
ini saja, pemerintah mengalokasikan dana desa sebesar Rp70 triliun untuk
74.954 desa.

Mengutip Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020, dana
desa tahun depan naik Rp2 triliun. Walhasil, pemerintah akan menggelontorkan
Rp72 triliun untuk desa pada 2020.



Lihat juga:


 
<https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20191106150657-532-446069/adb-laporkan
-22-juta-orang-kelaparan-di-era-jokowi/> ADB Laporkan 22 Juta Orang
Kelaparan di Era Jokowi

Jika digabung dengan transfer ke daerah, totalnya pada tahun ini sebesar
Rp814,4 triliun dan 2020 mendatang Rp858,8 triliun. Ini artinya, pemerintah
mengerek 5,45 persen pos belanja tersebut.

Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Ahmad
Heri Firdaus berpendapat mengalirnya dana desa ke tempat fiktif lantaran
kurangnya pengawas di masing-masing desa. Ia mensinyalir pemerintah
kekurangan sumber daya manusia (SDM) agar program dana desa berjalan
efektif.

"Pendamping relatif sedikit, beberapa desa bisa saja hanya dipegang oleh
satu pengawas," kata Ahmad.

Belum lagi jika terjadi hal-hal berbau politis di lapangan. Makanya, Ahmad
menganggap pemerintah perlu menambah pendamping di masing-masing daerah.



Lihat juga:


 
<https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20191106120353-532-446014/tak-heran-pe
ngangguran-nambah-industri-padat-karya-payah/> Tak Heran Pengangguran
Nambah, Industri Padat Karya Payah

Kendati begitu, penambahan pengawas bukan satu-satunya jalan. Pemerintah
juga harus membenahi sistem pembagian dana desa.

"Sistem integrasi dari daerah ke pusat harus benar, sistem ini bisa
kembangkan jaringan lalu dibuat platform. Jadi semua data ada di situ," ucap
Ahmad.

Selama sistem tidak diperbaiki, maka celah untuk menyelewengkan dana desa
akan selalu ada. Sekali pun jika pemerintah nantinya berhasil menindak
pelaku dari pembuat desa 'siluman' ini, kalau tata kelola tak dibenahi, dana
desa berpotensi terus bermasalah.

"Masih ada celah, masih bisa diakalin. Harus bangun sistem yang benar,"
pungkasnya.

(bir)

 



Kirim email ke