Lho.., mana yang benar? VOC atau kerajaan Gorontalo yang membangun 
Benteng Otanaha,
Pak Aga atau rekan-rekan anggota millis yang sekarang di Belanda, apakah 
ada informasi
arsip lama / sejarah  mengenai Benteng Otanaha di Belanda?

Heru


lutfi Kobisi wrote:
> saya sih aneh saja, orang pada ngomong kerajaan di gorontalo
> tapi gak ada peninggalan yang bersejarah.
> adapun bangunan  tua seperti benteng otanaha
> setahu saya buatan belanda
>
> Wass.
>
> Lutfi
>
>
>
> ----- Original Message ----
> From: HERU <[EMAIL PROTECTED]>
> To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
> Sent: Thursday, June 19, 2008 5:37:29 AM
> Subject: Re: [GM2020] Pelurusan Sejarah Mengenai Kerajaan Gorontalo....
>
> Hmm.. Seharusnya kita semua segera membangun wacana dan mendorong atau
> mendukung  pemerintah
> segera melakukan program konservasi sejarah dan budaya. misalkan dengan
> cara mendirikan dan
> mengelola sebuah  Musium negeri di Gorontalo...??????
>
> Gimana menurut pak Taufik? Saya belum pernah lihat ada musium di
> Gorontalo... atau sudah ada?
> Jika sudah ada, bisakah rekan-rekan menunjukan dimana?
> Terimakasih.
>
> Heru
>
>
> Taufik Polapa wrote:
> >
> > Dear All GM2020.
> >
> > Berikut adalah Surat dari Pemerhati Sejarah Gorontalo yang berada di
> > Kota Makassar, dimana Pak MUhtar Uno ini merupakan Pensiunan dari BUMN
> > PT.Semen Tonasa Makassar, akan tetapi beliau sangat Peduli dan Fokus
> > memperhatikan Perkembangan sejarah Gorontalo, Kebetulan Beliau
> > memiliki Banyak Literatur tentang Sejarah Gorontalo pada masa Lampau.
> >
> > Jika rekan2 Wartawan tertarik Silahkan di Muat Isi Surat di bawah ini
> > agar sampai kepada yang di Tuju.
> >
> > Semoga bermanfaat dan Menambah Khasanah tentang Sejarah Kerajaan
> > Gorontalo.
> >
> > Wassalam
> >
> >
> > Taufik Polapa
> >
> > Kepada Yth.
> > Hj. Farha Daulima
> > Penyusun Buku Terbentuknya Kerajaan Limboto Gorontalo
> > di Jl. Rajawali 300 Limboto, Provinsi Gorontalo
> >
> > Dengan Hormat,
> >
> > Lebih dahulu saya mengucapkan terima kasih banyak atas terbitnya Buku
> > Terbentuknya Kerajaan Limboto-Gorontalo; bahan pembelajaran muatan
> > lokal, tentu untuk sekolah-sekolah di Provinsi Gorontalo yang
> > diterbitkan oleh LSM Mbu’i Bungale Forum Suara Perempuan, Jl. Rajawali
> > No. 300 Limboto, Provinsi Gorontalo.
> >
> > Setelah membaca buku tersebut diatas pada halaman 80-81 Item 22
> > tertulis sebagai berikut:
> > Raja Bumulo diganti oleh Raja Bia sebagai Raja dibawah. Untuk mendapat
> > kekuasaan sepenuhnya Raja bia pergi ke Ternate dan menjalin
> > persahabatan serta kerja sama dengan Belanda yaitu dengan Gubernur dan
> > Direktur Padtbrudgge, bahkan ia memintakan seorang pemuka agama
> > Kristen untuk menyebarkan agama ini di Kerajaan Hulontalo, Raja Bia
> > sendiri dibabtis di Ternate, pemeluk agama Kristen. Perlakuan Raja Bia
> > ini mendapat tantangan dari rakyat dan Raja Lepe sebagai Raja diatas
> > (diutara, penulis). Ketika Raja Bia kembali ke Kerajaan Hulontalo
> > bersama pegawai-pegawai Belanda, beliau diusir oleh Rakyat Hulontalo.
> > Hal ini diadukannya kepada Gubernur Padtbrudgge, sehingga diadakan
> > penyerangan kembali ke Kerajaan Gorontalo. Raja Bia lari ke Tutuo Tapi
> > tertangkap diperjalanan oleh pasukan Kerajaan Hulontalo. Beliau
> > dibuang ke Tanjung Pengharapan.
> >
> > Yth. Hj. Farha Daulima dari penerbit LSm Mbu’i Bungale di limboto,
> > Provinsi Gorontalo. Nampaknya ada kesalahan penulisan serta persepsi
> > tentang Raja Bia seperti tulisan anda diatas yaitu:
> >
> >    * Raja Bia memerintah Kerajaan Gorontalo sejak tahun 1677 sampai
> >      tahun 1690 dan beliau mengganti Ratu Tiduhula (1647-1677),
> >      sedangkan Raja Bumulo I memerintah dari tahun 1632-1647. Jadi
> >      keliru menurut Hj. Farha Daulima bahwa Raja Bia mengganti Raja
> >      Bumulo
> >    * Menurut Buku Perjuangan Rakyat di Daerah Gorontalo menentang
> >      Kolonialisme dan mempertahankan negara proklamasi oleh Yayasan
> >      23 Januari 1942, Penerbit PT. Gobel Dharma Nusantara, bahwa
> >      perjuangan Raja Bia yang memerintah Kerajaan Gorontalo tahun
> >      1677 sampai tahun 1690 adalah sebagai berikut: Bahwa Raja Bia
> >      masih sempat bersama Raja Eyato (1673-1679), memerintah Kerajaan
> >      Gorontalo. Agar Raja Bia tidak akan mengikuti sikap Raja Eyato
> >      maka pada tahun 1678, dipanggil oleh kompeni di Ternate. Dalam
> >      pertemuan dengan Gubernur R. Padtbrudgge diajukan empat hal yang
> >      harus diterima oleh Raja Bia:
> >
> >    * Raja Bia harus mengikuti kekuasaan Kompeni di Gorontalo.
> >    * Rakyat bersama Kompeni akan mengusir Spanyol yang masih bercokol
> >      di Sangir Talaud.
> >    * Rakyat harus tunduk kepada agama yang ditawarkan oleh kompeni.
> >
> >    * Raja Bia harus mengikuti dan menganut agama bangsa penjajah.
> >      Sebagai siasat perjuangan, Raja Bia menerima apa yang diajukan
> >      oleh Gubernur Belanda itu. Namun setelah kembali ke Gorontalo,
> >      Bia berusaha memperkuat kerajaannya dengan suatu kubu pertahanan
> >      pada jalan yang dilalui oleh kompeni menuju Dumoge. Kubu
> >      tersebut dikenal dengan nama Kubu Padang (Padengo) dipinggir
> >      Sungai Bone, desa Podengo, Kec. Kabila sekarang yang berjarak +
> >      10 km dari pusat Kerajaan.  Tindakan Raja Bia ini berarti
> >      melawan amanat Gubernur Belanda, maka pada tahun 1681 Gubernur
> >      datang sendiri beserta puluhan serdadu kompeni lengkap dengan
> >      persenjataannya. Mereka berlabuh di muara sungai Bone.Gubernur
> >      mengirim utusan kedarat menuju Kubu Pertahanan Padengo. Mereka
> >      bertemu dengan pasukan rakyat yang dipimpin oleh Kapitan Laut
> >      (Apitalau) yang menamakan dirinya sebagai Raja Laut yang sedang
> >      mengawasi kubu pertahanan itu. Para utusan tersebut menyampaikan
> >      amanat Gubernur bahwa Gubernur mengirim hormat untuk kedua Raja
> >      Limboto dan Gorontalo, agar kedua Raja tersebut berkunjung ke
> >      kubu untuk bertemu dengan Gubernur, kubu tersebut harus
> >      dikosongkan untuk dijadikan tempat perundingan, selama
> >      perundingan berjalan penduduk tidak diperkenankan berada diantar
> >      kubu Padengo dan Dumoga, bila Pemerintah Kerajaan Gorontalo
> >      bersedia damai dengan kompeni maka tidak akan timbul perang,
> >      bila tidak ada kesediaan untuk berdamai, maka kompeni beserta
> >      seluruh sekutunya akan menghancurkan kubu pertahanan dengan
> >      kekuatan senjata. Namun Kapitan Laut bersama pasukannya tidak
> >      menerima semua tawaran yang disampaikan oleh para utusan
> >      tersebut. Dan utusan Gubernur Belanda kembali ke kapal menemui
> >      Gubernur tanpa membawa hasil yang diharapkan. Kedua kalinya
> >      Gubernur mengirim utusan kedarat, langsung menghadap Raja Bia
> >      dengan amanat agar Raja Bia mengirim utusan ke kapal. Hal itu
> >      dituruti Raja Bia dan dikirimlah beberapa orang pembesar istana
> >      menghadap Gubernur di kapal. Gubernur menyampaikan amanat
> >      dihadapan para utusan istana, bahwa sebelum Gubernur turun
> >      kedarat, Raja Bia sudah harus diatas kapal. Karena Raja Bia yang
> >      ditunggu tak kunjung datang, maka turunlah Gubernur dengan
> >      menaiki sekoci dan didampingi empat puluh serdadu bersenjata
> >      menuju ke kubu Padengo. Namun tiba disana Padtbrudgge belum
> >      mendarat, diperintahkan serdadunya mendarat dan bertemu dengan
> >      para penghuni Kubu Padengo.
> >
> >
> >    * Panglima Kapitan Laut yang dikenal dengan nama Kaicili Muda acuh
> >      tak acuh terhadap serdadu kompeni itu dan diperintahkan oleh
> >      Kapitan Laut 50 orang pasukan yang sudah siap didalam kubu
> >      segera menyerang serdadu Kompeni yang telah berada didepan kubu
> >      pertahanan itu. Terjadilah perang yang disebut Perang Kubu
> >      Padang (Padengo). Apitalau beserta anggotanya dapat memukul
> >      mundur pasukan kompeni. Melihat peristiwa itu Padtbrudgge yang
> >      masih berada di sekoci memerintahkan agar enam buah kapal Tomini
> >      segera mendarat dan memberi bantuan, namun semua awak kapal itu
> >      takut dan ragu-ragu tidak berani untuk maju. Padtbrudgge sendiri
> >      mengakui bahwa pihak pasukan Kubu Padengo cukup kuat, beberapa
> >      orang serdadu Belanda tewas, lainnya mengalami luka-luka dan
> >      yang lainnya melarikan diri. Namun Kapitan Krijs De Ronde
> >      bertahan dengan 28 serdadu bertempur satu lawan satu.  Serdadu
> >      kompeni tiga kali menyerang kubu Padang (Padengo) barulah
> >      berhasil menguasainya. Pertahanan kubu Padang menjadi kuat
> >      karena perlawanan disamping Pimpinan Perang Panglima Apitalau
> >      juga turut memimpin Raja Biya, Jagugu Gorontalo dan Limboto
> >      Ilato dan Isnaeni. Pihak serdadu kompeni 4 orang tewas yang
> >      berpangkat Kapten dan Mayor dan yang lainnya luka-luka berat.
> >      Dipihak Pasukan Kubu Padang 12 orang terhitung pembesar Kerajaan
> >      Limboto dan Gorontalo gugur dimedan perang, yang lainnya
> >      luka-luka dan sisanya lolos antara lain Raja Bia sendiri, Ilato,
> >      Ishaeni, dan Apitalau sebagai Panglima Perang. Tuntutan
> >      Padtbrudgge dan kawan-kawannya bahwa Raja Bia harus menyerah
> >      namun tidak mendapat sambutan apa-apa dari Raja Bia.Raja Bia
> >      terus menentang kompeni sampai akhirnya tahun 1690 beserta
> >      kawan-kawannya ditangkap oleh kompeni Belanda di Tutulo.Raja Bia
> >      dibuang ke Ceylon dan Isnaeni ke Tanjung Pengharapan Afrika,
> >      sedangkan Kaptan Laut dan Ilato tidak diketahui nasibnya.
> >    * Kemungkinan (menurut penulis) Kapitan Laut dan Ilato menjadi
> >      Polahi dan masuk ke hutan beserta anak buahnya, karena ada
> >      seseorang bekas Polahi yang sudah dimasyarakatkan yang pernah
> >      memberikan sebuah keris dan stempel timbul terbuat dari tembaga
> >      yang bertahun 1678, yaitu stempel VOC dan keris kemungkinan
> >      dibawa lari oleh anak buah Kapitan Laut dan Ilato turun temurun
> >      sebagai Polahi sampai diserahkan tersebut diatas. Dalam perang
> >      tersebut, Kerajaan Gorontalo dituntut menyerahkan 150 orang
> >      budak, 150 belah kayu dan belabak tebal. Selanjutnya tiap
> >      kerajaan hanya boleh meiliki seorang Raja saja dan tidak boleh
> >      lagi menggunakan titel Kapitan Laut atau Raja Laut.
> >
> >    * Raja Bia menurut Buku / silsilah yang ditulis dalam huruf Arab
> >      Pegan bahwa beliau bergelar Dhayaa’ludiin (yang membela
> >      agamanya). Bahwa Raja Bia bergelar yang membela agamanya jadi
> >      bertentangan dengan persepsi Hj. Farha Daulima bahwa beliau
> >      masuk Kristen. Hal itu adalah kemauan kompeni (Padtbrudgge),
> >      bahwa seluruh Kerajaan Gorontalo harus mengikuti agama Kompeni.
> >      Tapi kenyataannya tidak ada seorangpun orang Gorontalo yang
> >      beragama Kristen sampai sekarang, itu karena perlawanan Raja Bia
> >      yang tidak mau menuruti agama Kompeni dan beliau melawan kompeni
> >      sampai dibuang ke Ceylon seperti Raja Eyato. Makanya saya harap
> >      anda memperbaiki tulisan anda tentang Raja Bia seperti hal 80-81
> >      buku anda tersebut di atas.
> >    * Dalam item 19 hal 79 dalam buku anda tertulis bahwa Raja Eyato
> >      tidak mempunyai anak. Tetapi dalam buku silsilah bertuliskan
> >      huruf Arab Pegon bahwa Eyato kawin dengan:
> >
> >    * a.Raja Eyato + Puteri Hodeya beranak : Putri Dinggota dan Khl.
> >      Hilipito.
> >    * b.Raja Eyato + Puteri Timango beranak : Khl. Bulonggodu dan
> >      Putri Iyni.
> >    * c.Raja Eyato + Puteri Holihulawa beranak : Tolomato dan Amagi.
> >
> >            Bahwa Raja Eyato juga ditangkap Belanda dan diasingkan ke
> > Ceylon tahun 1679.
> >
> >    * Sebaiknya Raja Eyato dan Raja Bia yang keduanya dibuang ke
> >      Ceylon karena menentang Belanda serta mempertahankan agamanya,
> >      supaya diberikan penghargaan dari pemerintah seperti para
> >      penentang kompeni di bagian lain negara Indonesia.
> >    * Demikianlah untuk menjadi bahan koreksi sejarah Gorontalo,
> >      semoga penulisan sejarah Gorontalo makin sempurna dan memberikan
> >      pemahaman yang benar bagi semua warga Gorontalo.
> >
> >
> > Wassalamu Alaikum Wr. Wb.
> > Makassar, 16 Juni 2008
> >
> > Dari
> >
> >
> >
> > (Mochtar U, Bsc)
> > Pemerhati sejarah Gorontalo
> > Telp : (0411) 492770
> >
> >
> > 
>
>
> ------------------------------------
>
> Majulah Gorontalo kita!Yahoo! Groups Links
>
>
>     (Yahoo! ID required)
>
>     mailto:[EMAIL PROTECTED] 
> <mailto:[EMAIL PROTECTED]>
>
>
>
>  


------------------------------------

Majulah Gorontalo kita!Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/gorontalomaju2020/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/gorontalomaju2020/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke