Kibor, Thks nt so teruskan itu Surat kepada yang di Tuju, apa nt antar langsung itu surat ? ok bro,,,, dapat salam dari Dharma.... kapan bs ketemuan ?
thkss waa.. salam Taufik --- On Fri, 6/20/08, kibor2000id <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: kibor2000id <[EMAIL PROTECTED]> Subject: [GM2020] Re: Pelurusan Sejarah Mengenai Kerajaan Gorontalo.... To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Date: Friday, June 20, 2008, 6:22 AM Email ini sudah diteruskan kepada penulisnya (Hj. Farha Daulima) thx. KiBoR --- In gorontalomaju2020@ yahoogroups. com, Taufik Polapa <[EMAIL PROTECTED] > wrote: > > Dear All GM2020. > > Berikut adalah Surat dari Pemerhati Sejarah Gorontalo yang berada di Kota Makassar, dimana Pak MUhtar Uno ini merupakan Pensiunan dari BUMN PT.Semen Tonasa Makassar, akan tetapi beliau sangat Peduli dan Fokus memperhatikan Perkembangan sejarah Gorontalo, Kebetulan Beliau memiliki Banyak Literatur tentang Sejarah Gorontalo pada masa Lampau. > > Jika rekan2 Wartawan tertarik Silahkan di Muat Isi Surat di bawah ini agar sampai kepada yang di Tuju. > > Semoga bermanfaat dan Menambah Khasanah tentang Sejarah Kerajaan Gorontalo. > > Wassalam > > > Taufik Polapa > > Kepada Yth. > Hj. Farha Daulima > Penyusun Buku Terbentuknya Kerajaan Limboto Gorontalo > di Jl. Rajawali 300 Limboto, Provinsi Gorontalo > > Dengan Hormat, > > Lebih dahulu saya mengucapkan terima kasih banyak atas terbitnya Buku Terbentuknya Kerajaan Limboto-Gorontalo; bahan pembelajaran muatan lokal, tentu untuk sekolah-sekolah di Provinsi Gorontalo yang diterbitkan oleh LSM Mbu¢i Bungale Forum Suara Perempuan, Jl. Rajawali No. 300 Limboto, Provinsi Gorontalo. > > Setelah membaca buku tersebut diatas pada halaman 80-81 Item 22 tertulis sebagai berikut: > Raja Bumulo diganti oleh Raja Bia sebagai Raja dibawah. Untuk mendapat kekuasaan sepenuhnya Raja bia pergi ke Ternate dan menjalin persahabatan serta kerja sama dengan Belanda yaitu dengan Gubernur dan Direktur Padtbrudgge, bahkan ia memintakan seorang pemuka agama Kristen untuk menyebarkan agama ini di Kerajaan Hulontalo, Raja Bia sendiri dibabtis di Ternate, pemeluk agama Kristen. Perlakuan Raja Bia ini mendapat tantangan dari rakyat dan Raja Lepe sebagai Raja diatas (diutara, penulis). Ketika Raja Bia kembali ke Kerajaan Hulontalo bersama pegawai-pegawai Belanda, beliau diusir oleh Rakyat Hulontalo. Hal ini diadukannya kepada Gubernur Padtbrudgge, sehingga diadakan penyerangan kembali ke Kerajaan Gorontalo. Raja Bia lari ke Tutuo Tapi tertangkap diperjalanan oleh pasukan Kerajaan Hulontalo. Beliau dibuang ke Tanjung Pengharapan. > > Yth. Hj. Farha Daulima dari penerbit LSm Mbu¢i Bungale di limboto, Provinsi Gorontalo. Nampaknya ada kesalahan penulisan serta persepsi tentang Raja Bia seperti tulisan anda diatas yaitu: > > Raja Bia memerintah Kerajaan Gorontalo sejak tahun 1677 sampai tahun 1690 dan beliau mengganti Ratu Tiduhula (1647-1677), sedangkan Raja Bumulo I memerintah dari tahun 1632-1647. Jadi keliru menurut Hj. Farha Daulima bahwa Raja Bia mengganti Raja Bumulo Menurut Buku Perjuangan Rakyat di Daerah Gorontalo menentang Kolonialisme dan mempertahankan negara proklamasi oleh Yayasan 23 Januari 1942, Penerbit PT. Gobel Dharma Nusantara, bahwa perjuangan Raja Bia yang memerintah Kerajaan Gorontalo tahun 1677 sampai tahun 1690 adalah sebagai berikut: Bahwa Raja Bia masih sempat bersama Raja Eyato (1673-1679), memerintah Kerajaan Gorontalo. Agar Raja Bia tidak akan mengikuti sikap Raja Eyato maka pada tahun 1678, dipanggil oleh kompeni di Ternate. Dalam pertemuan dengan Gubernur R. Padtbrudgge diajukan empat hal yang harus diterima oleh Raja Bia:Raja Bia harus mengikuti kekuasaan Kompeni di Gorontalo.Rakyat bersama Kompeni akan mengusir Spanyol yang masih bercokol > di Sangir Talaud.Rakyat harus tunduk kepada agama yang ditawarkan oleh kompeni.Raja Bia harus mengikuti dan menganut agama bangsa penjajah. Sebagai siasat perjuangan, Raja Bia menerima apa yang diajukan oleh Gubernur Belanda itu. Namun setelah kembali ke Gorontalo, Bia berusaha memperkuat kerajaannya dengan suatu kubu pertahanan pada jalan yang dilalui oleh kompeni menuju Dumoge. Kubu tersebut dikenal dengan nama Kubu Padang (Padengo) dipinggir Sungai Bone, desa Podengo, Kec. Kabila sekarang yang berjarak + 10 km dari pusat Kerajaan. Tindakan Raja Bia ini berarti melawan amanat Gubernur Belanda, maka pada tahun 1681 Gubernur datang sendiri beserta puluhan serdadu kompeni lengkap dengan persenjataannya. Mereka berlabuh di muara sungai Bone.Gubernur mengirim utusan kedarat menuju Kubu Pertahanan Padengo. Mereka bertemu dengan pasukan rakyat yang dipimpin oleh Kapitan Laut (Apitalau) yang menamakan dirinya sebagai Raja Laut yang sedang mengawasi > kubu pertahanan itu. Para utusan tersebut menyampaikan amanat Gubernur bahwa Gubernur mengirim hormat untuk kedua Raja Limboto dan Gorontalo, agar kedua Raja tersebut berkunjung ke kubu untuk bertemu dengan Gubernur, kubu tersebut harus dikosongkan untuk dijadikan tempat perundingan, selama perundingan berjalan penduduk tidak diperkenankan berada diantar kubu Padengo dan Dumoga, bila Pemerintah Kerajaan Gorontalo bersedia damai dengan kompeni maka tidak akan timbul perang, bila tidak ada kesediaan untuk berdamai, maka kompeni beserta seluruh sekutunya akan menghancurkan kubu pertahanan dengan kekuatan senjata. Namun Kapitan Laut bersama pasukannya tidak menerima semua tawaran yang disampaikan oleh para utusan tersebut. Dan utusan Gubernur Belanda kembali ke kapal menemui Gubernur tanpa membawa hasil yang diharapkan. Kedua kalinya Gubernur mengirim utusan kedarat, langsung menghadap Raja Bia dengan amanat agar Raja Bia mengirim utusan ke kapal. Hal itu > dituruti Raja Bia dan dikirimlah beberapa orang pembesar istana menghadap Gubernur di kapal. Gubernur menyampaikan amanat dihadapan para utusan istana, bahwa sebelum Gubernur turun kedarat, Raja Bia sudah harus diatas kapal. Karena Raja Bia yang ditunggu tak kunjung datang, maka turunlah Gubernur dengan menaiki sekoci dan didampingi empat puluh serdadu bersenjata menuju ke kubu Padengo. Namun tiba disana Padtbrudgge belum mendarat, diperintahkan serdadunya mendarat dan bertemu dengan para penghuni Kubu Padengo. > Panglima Kapitan Laut yang dikenal dengan nama Kaicili Muda acuh tak acuh terhadap serdadu kompeni itu dan diperintahkan oleh Kapitan Laut 50 orang pasukan yang sudah siap didalam kubu segera menyerang serdadu Kompeni yang telah berada didepan kubu pertahanan itu. Terjadilah perang yang disebut Perang Kubu Padang (Padengo). Apitalau beserta anggotanya dapat memukul mundur pasukan kompeni. Melihat peristiwa itu Padtbrudgge yang masih berada di sekoci memerintahkan agar enam buah kapal Tomini segera mendarat dan memberi bantuan, namun semua awak kapal itu takut dan ragu-ragu tidak berani untuk maju. Padtbrudgge sendiri mengakui bahwa pihak pasukan Kubu Padengo cukup kuat, beberapa orang serdadu Belanda tewas, lainnya mengalami luka-luka dan yang lainnya melarikan diri. Namun Kapitan Krijs De Ronde bertahan dengan 28 serdadu bertempur satu lawan satu. Serdadu kompeni tiga kali menyerang kubu Padang (Padengo) barulah berhasil menguasainya. Pertahanan > kubu Padang menjadi kuat karena perlawanan disamping Pimpinan Perang Panglima Apitalau juga turut memimpin Raja Biya, Jagugu Gorontalo dan Limboto Ilato dan Isnaeni. Pihak serdadu kompeni 4 orang tewas yang berpangkat Kapten dan Mayor dan yang lainnya luka-luka berat. Dipihak Pasukan Kubu Padang 12 orang terhitung pembesar Kerajaan Limboto dan Gorontalo gugur dimedan perang, yang lainnya luka-luka dan sisanya lolos antara lain Raja Bia sendiri, Ilato, Ishaeni, dan Apitalau sebagai Panglima Perang. Tuntutan Padtbrudgge dan kawan-kawannya bahwa Raja Bia harus menyerah namun tidak mendapat sambutan apa-apa dari Raja Bia.Raja Bia terus menentang kompeni sampai akhirnya tahun 1690 beserta kawan-kawannya ditangkap oleh kompeni Belanda di Tutulo.Raja Bia dibuang ke Ceylon dan Isnaeni ke Tanjung Pengharapan Afrika, sedangkan Kaptan Laut dan Ilato tidak diketahui nasibnya.Kemungkina n (menurut penulis) Kapitan Laut dan Ilato menjadi Polahi dan masuk ke hutan > beserta anak buahnya, karena ada seseorang bekas Polahi yang sudah dimasyarakatkan yang pernah memberikan sebuah keris dan stempel timbul terbuat dari tembaga yang bertahun 1678, yaitu stempel VOC dan keris kemungkinan dibawa lari oleh anak buah Kapitan Laut dan Ilato turun temurun sebagai Polahi sampai diserahkan tersebut diatas. Dalam perang tersebut, Kerajaan Gorontalo dituntut menyerahkan 150 orang budak, 150 belah kayu dan belabak tebal. Selanjutnya tiap kerajaan hanya boleh meiliki seorang Raja saja dan tidak boleh lagi menggunakan titel Kapitan Laut atau Raja Laut.Raja Bia menurut Buku / silsilah yang ditulis dalam huruf Arab Pegan bahwa beliau bergelar Dhayaa¢ludiin (yang membela agamanya). Bahwa Raja Bia bergelar yang membela agamanya jadi bertentangan dengan persepsi Hj. Farha Daulima bahwa beliau masuk Kristen. Hal itu adalah kemauan kompeni (Padtbrudgge) , bahwa seluruh Kerajaan Gorontalo harus mengikuti agama Kompeni. Tapi > kenyataannya tidak ada seorangpun orang Gorontalo yang beragama Kristen sampai sekarang, itu karena perlawanan Raja Bia yang tidak mau menuruti agama Kompeni dan beliau melawan kompeni sampai dibuang ke Ceylon seperti Raja Eyato. Makanya saya harap anda memperbaiki tulisan anda tentang Raja Bia seperti hal 80-81 buku anda tersebut di atas. > Dalam item 19 hal 79 dalam buku anda tertulis bahwa Raja Eyato tidak mempunyai anak. Tetapi dalam buku silsilah bertuliskan huruf Arab Pegon bahwa Eyato kawin dengan:a.Raja Eyato + Puteri Hodeya beranak : Putri Dinggota dan Khl. Hilipito.b.Raja Eyato + Puteri Timango beranak : Khl. Bulonggodu dan Putri Iyni.c.Raja Eyato + Puteri Holihulawa beranak : Tolomato dan Amagi. Bahwa Raja Eyato juga ditangkap Belanda dan diasingkan ke Ceylon tahun 1679. > Sebaiknya Raja Eyato dan Raja Bia yang keduanya dibuang ke Ceylon karena menentang Belanda serta mempertahankan agamanya, supaya diberikan penghargaan dari pemerintah seperti para penentang kompeni di bagian lain negara Indonesia.Demikianl ah untuk menjadi bahan koreksi sejarah Gorontalo, semoga penulisan sejarah Gorontalo makin sempurna dan memberikan pemahaman yang benar bagi semua warga Gorontalo. > Wassalamu Alaikum Wr. Wb. > Makassar, 16 Juni 2008 > > Dari > > > > (Mochtar U, Bsc) > Pemerhati sejarah Gorontalo > Telp : (0411) 492770 >