Yang lebih menarik adalah prinsip prinsip dasar yang di sampaikan oleh KKG
ini untuk ketidak setujuaannya terhadap perpanjangan kontrak tsb. KKG
melihat persoalaan ini tdk semata B to B , sedangkan bagi anggota Dekom yang
lain melihatnya pada sisi B nya semata.
Bagaimana sebetulnya melihat persoalaan di dalam pengelolaan SDA ini
khususnya Migas , apakah hanya dilihat sebagaimana komoditi biasa (
persolaan Bisnis semata ) atau juga hrs diperhatikan hal hal spt yg
disampaikan oleh KKG tsb.
Yang jelas dari perkembangan saat ini , opsinya KKG ini akan tenggelam
kelihatannya.,


ISM


Subject: Re: [iagi-net-l] Blok Cepu, ExxonMobile & strategi besar Pertamina


> Menarik sekali uraian Kwik ini. Bagaimana geologi perlu menanggapi?. Apa
> betul cadangan hanya 600 juta atau sampai 2 milyar barrel. Hal-hal ini
> sangat mutlak perlu diantisipasi oleh IAGI dan HAGI sebagai asosiasi
> profesi.
> M. Untung
> ----- Original Message -----
> From: "Rovicky Dwi Putrohari" <[EMAIL PROTECTED]>
> To: <iagi-net@iagi.or.id>
> Sent: Monday, May 23, 2005 9:57 PM
> Subject: [iagi-net-l] Blok Cepu, ExxonMobile & strategi besar Pertamina
>
>
> > Halaman Depan
> > Senin, 23/05/2005
> >
> > Blok Cepu, ExxonMobile & strategi besar Pertamina
> >
> > Keputusan tentang apa yang harus dilakukan terhadap sumur minyak di
> > Blok Cepu yang sekarang digarap ExxonMobile (EM) antara sukar dan
> > mudah. Orang Jawa mengatakan gampang-gampang angel. Gampang kalau
> > bangsa ini berpijak pada landasan falsafah dan prinsip. Angel kalau
> > bangsa ini menjerumuskan diri pada teknokrasi semata.
> >
> > Asal mulanya Hutomo Mandala Putra (Tommy Soeharto), pemegang izin
> > eksploitasi minyak di sumur "kecil" di Cepu, menjual lisensinya kepada
> > EM. Lisensi itu sebenarnya baru berakhir pada 2010.
> >
> > EM lalu mengeluarkan uang sebesar US$370 juta untuk mengeksplorasi
> > sumur tersebut. Dari hasil eksplorasi itu, EM menemukan cadangan
> > minyak sekitar 600 juta barel.
> >
> > Karena cadangan itu besar, EM mengajukan usul agar kontraknya de-ngan
> > Indonesia diperpanjang sampai 2030. Usul ini tentu disertai dengan
> > deal bisnis yang rinci.
> >
> > Ketika itu, status hukum Pertamina masih berupa Perum. Menurut
> > undang-undang yang berlaku, yang berhak mengambil keputusan adalah
> > Dewan Komisaris Pemerintah untuk Pertamina (DKPP) yang terdiri dari
> > lima orang menteri.
> >
> > Tiga dari lima anggota DKPP setuju, sedangkan dua lainnya tidak setuju
> > memperpanjang kontrak dengan EM. Karena tidak dicapai keputusan yang
> > bulat, berdasarkan undang-undang, keputusan harus diambil oleh
> > Presiden. Maka "bola panas" pindah ke tangan Presiden Megawati
> > Soekarnoputri.
> >
> > EM tidak tinggal diam. Perusahaan AS itu mengerahkan semua kekuatan,
> > termasuk pemerintahnya untuk melobi keras kepada pemerintah Indonesia.
> > Namun bagi penulis, upaya EM sudah merupakan "tekanan" agar Indonesia
> > mau memperpanjang kontrak tersebut.
> >
> > Di tengah lobi dan perundingan berjalan, tersiar kabar, entah kabar
> > burung atau tidak, bahwa cadangan minyak yang sebenarnya di Blok Cepu
> > adalah 1,2 miliar barel, bukan 600 juta barel.
> >
> > Belakangan beredar lagi kabar bahwa cadangan minyak di blok itu bahkan
> > bisa mencapai 2 miliar barel.
> >
> > Seperti dikatakan sebelumnya, ada dua anggota DKPP yang tidak setuju.
> > Yang satu atas dasar alasan yuridis bahwa bentuk kerja sama adalah
> > Technical Assistance Contract (TAC), sehingga tidak bisa lantas diubah
> > menjadi kontrak bagi hasil.
> >
> > Anggota lain, yang tidak setuju, adalah penulis dengan alasan yang
> > sama sekali berbeda.
> >
> > Alasan sangat prinsipil
> >
> > Alasan penulis saat itu sangat prinsipil, yaitu bahwa sumur di Blok
> > Cepu memiliki cadangan minyak yang besar dengan letak yang strategis,
> > sehingga eksploitasi selanjutnya relatif mudah.
> >
> > Maka penulis mati-matian mempertahankan agar blok itu sepenuhnya
> > dieksploitasi oleh Pertamina.
> >
> > Berbagai alasan dikemukakan untuk meyakinkan penulis agar ikut
> > menyetujui perpanjangan kontrak dengan EM. Upaya tersebut datang dari
> > berbagai pihak, baik Pertamina dan Lemigas maupun EM dan Duta Besar AS
> > untuk Indonesia Ralph Boyce.
> >
> > Semua alasan penulis tolak. Ini karena titik tolak penulis sangat
> > prinsipil bahwa Pertamina harus menggunakan sumur Cepu sebagai titik
> > tolak untuk belajar mengeksploitasi minyak sendiri sepenuhnya.
> >
> > Kata "belajar" ditekankan karena penulis dihujani berbgai perhitungan
> > rugi laba, penuh dengan angka-angka yang njlimet. Namun penulis sama
> > sekali tidak mau melihat angka-angka tersebut.
> >
> > Berapa pun untung ruginya, penulis terima. Ini karena bagi penulis
> > sudah sangat memalukan setelah 60 tahun merdeka, 92% dari minyak
> > nasional dieksploitasi oleh kontraktor asing.
> >
> > Dikemukakan bahwa Pertamina tidak mungkin membiayai eksploitasi
> > sendiri. Penulis yakinkan bahwa kalau ada cadangan minyak 600 juta
> > barel saja, bank di seluruh dunia akan antre memberikan kredit yang
> > khusus dipakai untuk mengeksploitasi sumur tersebut. Apalagi kalau
> > cadangannya ternyata lebih besar lagi.
> >
> > Penulis lalu diyakinkan lagi dengan alasan bahwa kalau Pertamina yang
> > mengeksploitasi sendiri, akan merugi karena belum berpengalaman dan
> > korup.
> >
> > Upaya ini pun penulis tolak dengan alasan bahwa penulis sama sekali
> > tidak berpikir tentang untung rugi.
> >
> > Sumur Cepu harus dijadikan modal untuk belajar mengeksploitasi
> > sendiri. Landasan argumentasi adalah paparan direksi baru, dipimpinan
> > Baihaki Hakim, kepada penulis selaku Menko Ekuin dalam kabinet
> > Presiden Abdurrahman Wahid. Pendirian yang penulis pertahankan sampai
> > sekarang merupakan pengarahan dari Presiden Wahid.
> >
> > Ketika itu Baihaki Hakim mengemukakan bahwa visi dan misinya adalah
> > menjadikan Pertamina sebuah world class company yang harus mampu
> > mengembangkan diri menjadi perusahaan multinasional seperti halnya BP,
> > Shell, EM, dan sebagainya. Tekad Baihaki itu bukan untuk gagah-gagahan
> > tetapi karena alasan survival.
> >
> > Pertamina sudah telanjur menjadi organisasi besar, sedangkan cadangan
> > minyak terus menyusut, selain minyak adalah sumber daya alam yang
> > tidak dapat diperbarui (non renewable resource). Maka kalau cadangan
> > sudah menyusut menjadi demikian kecil, Pertamina sudah harus menjadi
> > perusahaan multinasional yang besar sehingga sumber minyak mentahnya
> > diperoleh dari mana saja.
> >
> > Kalau tidak, mau diapakan organisasi Pertamina dengan cadangan minyak
> > yang sudah habis atau sudah demikian kecil itu? Itulah sebabnya
> > Presiden Wahid memerintahkan penulis mengambil risiko agar Pertamina
> > menanamkan modalnya untuk eksplorasi di mana saja.
> >
> > Penulis berpesan wanti-wanti agar perhitungannya sangat matang
> > sehingga risiko yang diambil betul-betul adalah well calculated risk.
> >
> > Penulis percaya betul bahwa Baihaki dapat melakukannya mengingat
> > pengalamannya sebagai Dirut yang begitu lama di Caltex, kontraktor
> > terbesar di Indonesia.
> >
> > Kecuali itu, diam-diam penulis minta nasehat dari Julius Tahija, yang
> > dengan susah payah melayani penulis meski kesehatannya sebenarnya
> > sudah tidak memungkinkan lagi.
> >
> > Bukan Inlander
> >
> > Penulis kemudian didatangi oleh Executive Vice President EM yang
> > khusus terbang dari Houston, AS. Dia mencoba meyakinkan penulis.
> >
> > Penulis hanya menjawab: "Please, bolehkah saya belajar menjadi
> > perusahaan seperti Anda di tanah air saya sendiri, menggunakan sumber
> > daya alam saya sendiri? Apakah ExxonMobile, ketika mulai dari nol,
> > tidak mengambil risiko besar yang sekarang Anda gambarkan kepada saya
> > sebagai sesuatu yang menakutkan? Saya bukan Inlander seperti
> > rekan-rekan saya yang Anda temui sebelumnya."
> >
> > Penulis mengatakan kalimat terakhir itu karena dia mengatakan
> > sebenarnya sudah sangat lama dia ingin bertemu saya. Tetapi hampir
> > semua menteri yang ditemuinya menganjurkan agar jangan sekali-kali
> > menemui penulis.
> >
> > Ketika itu penulis memang sangat emosional, marah, sehingga bersikap
> > semakin keras. Siapa yang tidak marah ketika mengetahui bahwa dia
> > ternyata dikhianati oleh sesama abdi negara untuk kepentingan asing?
> >
> > Maka ketika itu penulis ceriterakan panjang lebar tentang sikap Bung
> > Karno yang sengaja sangat-sangat membatasi eksploitasi sumber daya
> > alam oleh asing yang memang secara mutlak diperlukan. Yang lainnya,
> > "kita simpan di bawah tanah sampai para insinyur kita mampu
> > menggarapnya sendiri." Demikian yang dikatakan Bung Karno kepada
> > putrinya, Megawati Soekarnoputri, yang masih berusia sekitar 16 tahun.
> >
> > Kepada penulis juga dikatakan bahwa mereka tidak bisa mengerti
> > bagaimana mungkin penulis begitu tidak rasional, sementara
> > berpendidikan di Barat. Dengan sabar penulis jelaskan bahwa justru
> > karena sekian lama berada di Eropa, justru demikian banyak kawan yang
> > menjadi pemimpin di Eropa, maka penulis dapat bercerita panjang lebar
> > mengenai banyak orang Eropa, seperti manusia unggul lainnya, tidak
> > hanya hidup dari rasio.
> >
> > Terlampau panjang kalau diuraikan di sini. Cukup penulis kemukakan
> > bahwa tidak sembarangan berkembangnya apa yang dinamakan Emotional
> > Intelligence, bukan hanya IQ. Bung Karno yang sangat menyerap budaya
> > Barat juga mengatakan bahwa man does not live by bread alone.
> >
> > Juga dikemukakan bahwa elit bangsa Indonesia korup, demikian juga
> > Pertamina, sehingga akan rugi besar bila sumur Cepu dieksploitasi
> > Pertamina.
> >
> > Penulis kemukakan bahwa taruhan bagi bangsa Indonesia bukan karena
> > korupsi kemudian menyerahkan segalanya kepada asing. Tetapi pilihan
> > yang dihadapi bangsa ini adalah dapat mengatasi semua kesulitan,
> > termasuk masalah korupsi atau mati.
> >
> > Pendirian Bung Karno
> >
> > Penulis lalu kemukakan sebagai referensi pendirian Bung Karno yang
> > juga ditawari Belanda menunda kemerdekaan Indonesia agar penjajah bisa
> > mengajari bagaimana mengurus negara bangsa sambil memberikan bantuan
> > uang.
> >
> > Kalau ingin mengetahui jawaban Bung Karno, mohon baca pidatonya pada 1
> > Juni 1945 yang terkenal dengan "Lahirnya Pancasila," mumpung bangsa
> > ini akan memperingati tanggal tersebut.
> >
> > Referensi lainnya adalah bagian dari pleidooi Bung Hatta di depan
> > pengadilan Den Haag, Belanda, pada 1932.
> >
> > Dalam perdebatan sidang pengadilan itu, majelis hakim antara lain
> > mempertanyakan apakah bangsa Indonesia mampu mengurus diri sendiri
> > dalam alam kemerdekaan yang dikehendaki Bung Hatta bersama para
> > mahasiswa Indonesia yang bergabung dalam Perhimpunan Indonesia di
> > Negeri Belanda?
> >
> > Bung Hatta mengatakan: "Saya lebih suka melihat seluruh kepulauan
> > Nusantara lenyap tenggelam di bawah laut daripada dijajah oleh
> > Tuan-Tuan sekalian."
> >
> > Kebetulan bagian dari pleidooi ini diucapkan pada akhir pembelaannya.
> > Majelis hakim lalu memvonnis Bung Hatta bebas murni.
> >
> > Di Nederland, Bung Hatta divonis bebas murni tetapi di Nederlands
> > Indie (Hindia Belanda), dengan alasan yang sama, tiga tahun sebelumnya
> > Bung Karno divonis dibuang dan dipenjara.
> >
> > Haruskah bangsa Indonesia sampai sekarang masih berjiwa terjajah
> > setelah 60 tahun merdeka? Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yang
> > terhormat, please, penulis memohon agar jangan sampai dituruti apa
> > yang dilakukan oleh Rizal Malarangeng selaku chief negotiator dengan
> > ExxonMobile yang didampingi oleh Lin Che Wei.
> >
> > Sekitar tanggal 20 atau 21 Mei malam penulis menyaksikan kedua pejabat
> > itu memberi keterangan di MetroTV bahwa Indonesia akan memperpanjang
> > kontrak dengan ExxonMobile sampai tahun 2030 sebagai hasil negosiasi
> > dengan Indonesia yang diwakili mereka.
> >
> > Oleh Kwik Kian Gie
> > Mantan Menneg PPN/ Kepala Bappenas
> > --
> > Education can't stop natural disasters from occurring,
> > but it can help people prepare for the possibilities ---
> >
> > ---------------------------------------------------------------------
> > To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
> > To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
> > Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> > IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
> > IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
> > Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy
> Sebayang([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
> > Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
> > Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
> > Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
> > Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau
> [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
> > Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
> > ---------------------------------------------------------------------
> >
>
>
> ---------------------------------------------------------------------
> To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
> To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
> IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
> Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy
Sebayang([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
> Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
> Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
> Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
> Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau
[EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
> Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
> ---------------------------------------------------------------------
>
>
>



---------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy Sebayang([EMAIL 
PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), 
Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke