Mas Awang. Bagus idenya. Sesar antitetik Mas awang tentang penuruan Jateng atas Jabar-Jatim, ya bagus, dan kelihatan ide orisinil. Gempa Indramayu kedalaman 280-290 km ini pada lempeng subduksi. Tomografi akan banyak bisa membantu. Yah, atas deviasi (error) jarak , gampangnya, gempa itu berasal dari 4x70 km (aku sih senyum-senyum saja atas kelipatan 70 itu).
Tujuh lapis Bumi model saya (batas kedalaman - km): 1. Kerak oseanik 7, 2. lithosfer 70, 3. astenosfer 210, 4. mantel luar 700, 5. mantel dalam 2800, 6. inti luar 5100, 7. inti dalam 6370. Tebal lapisan kontinental 35 km. Lithosfer rigit, lainnya liat hingga cair. Tanpa data gempa, kedalaman lapisan itu tak akan bisa di ketahui. Atau, guna gempa (apalagi besar), maka orang bisa tahu lapisan-lapisan bumi hingga inti dalam. Ketika meletusnya Gunung Gamkonora lalu, saya lihat paper lama yang perlihatkan adanya subduksi yang ikuti gelombang ARIF di pulau itu. Gelombang ini adalah kompresi-ekstensi pada jarak suatu konstanta, sekitar kelipatan itu. Gelombang ARIF pada astenosfer, lateralnya, akan sebabkan lithosfer yang terkompres-terextensikan pereodik sepanjang suatu konstanta 5-7.E+n, dimana n = angka bulat integer. Ini di perlihatkan jarak grup gunung di basemen Cenozoik Jateng-Jatim, berjarak ~ 70 km itu, sejak dari Pojok Tiga, Slamet, Dieng, Merapi, Lawu, Wilis, Arjuno, Bromo, Argopuro, dan Ijen. Juga dikatakan gunung-gunung di laut (sea-mounth). Untuk basemen yang lebih kompleks, sejak Jabar-hingga Aceh, ya semakin kompleks, belum saya buat. Kompleks artinya semakin banyak baris (banjar, jalur, trend, dari kata Arab "syaf"). Banjar gunung Jateng-tim itu, ada ekstensi pada lithosfer, sejarak pereodik 70'an km itu, yang sebabkan adanya rongga, dan makanya cairan di astenosfer bisa naik kepermukaan, yang lalu di sebut gunung itu. Mestinya ada banjar sejajar dengan banjar guung itu, ke utara dan ke selatan sejarak ~70 km itu. Makanya basin Bogor-Jateng-Solo-Banyuwangi, ya sekitar itu, Mas Awang sebutkan 60'an km (gag gitu Mas ?). Lithosfer ya sekitar 70 km. Artinya, sebenarnya lithosfer terpecah-pecah jadi kubus dengan sama sisi, 70an km itu. Panjang 70 km, lebar 70 km, tebal (tinggi) 70 km. Tidak ? Karena definisi sesar Mas Awang adalah ya untuk yang rigit saja, maka ya tak ada sesar yang tembus astenosfer (cair-liat). Tapi gelombang ARIF menyatukan yang rigit-liat-cair-gas. Temasuk bagian ekstensi (sesar), ya daerah antar planet, antar elektron, antar "arm galaksi". Pak Ilik mestinya punya tomografi Jateng-Jatim ini. Kalau ada, ya bagus, telaah akan semakin gampang. Pak Untung, akan lebih gampang melihat jauhnya gempa Indramayu ini, bila : semakin dalam gempa, semakin besar masa (lithosfer-kerak-batuan) yang di gerakkan. Dari hal ini, jadikan mudah di mengerti kenapa gempa kemarin terasa sampai jauh (Malaka, Jogja, Bali, dll.). Prof Benny malah telah sebut lagi, adanya subduksi yang hingga 660 km (ku suka sebut 700 km batas terdalam lapisan Mantel Luar). Subduksi dalam in, kelihatannya hanya pada pusat-pusat Siklun Tektonik, 3 pasang di permukaan bumi itu. Termasuk, Laut Banda. Tiga pasang itu, seperti saya dugakan, tempat utama sigma tektonik di proyeksikan. Ini ada sigma 1, sigma 2, sigma 3. Ketiganya, sebenarnya berasal dari satu pusat sigma, ya pusat bumi. Sesar normal-gravitasi-pun sebenarnya strike-slip, wong semakin dalam, semakin kecil jarak permukaan lapisan bumi. Misal, blok sepanjang permukaan bumi 1 km turun 10 m. Di kedalaman 10 m di bumi itu, maka permukaan buminya sudah kurang dari 1 km. Artinya, sesar turun inipun ya strike-slip. (duh sulit ku crita ya ?). Saya, mau bilang, bahwa semua sesar adalah strike-slip, wrench-fault, global wrench fault, at any scale, at many scales. Memang, saya anjurkan, memasang seismometer, tiap jarak separo 70 km, sepanjang banjar Sumatra-Jawa-Banda, dan semua banjar gunung, apalagi bisa 1 Skala Rikter, lalu, harapkan adanya pre-cursor, gempa-gempa kecil, untuk prediksi kapan kedepannya gempa besar. Ya, tentu saya pakai kalenderku. Wong, sejarah pemerintahan, kondisi 60'an gaya kepemimpinan gubernur-jendral nya VOC-Hindia Belanda saja, amat besar korelasinya dengan primbonku itu. Itu sejarah VOC seperempat 700 th (175 th, 1620-1795), dan 350 th malang-melintang di Indonesia (1596-1949, tanpa 3 th 1943-1945 masa Jepang). Termasuk kapan mulai korupsi, krisis moneternya, dll. Hemmmm... Salam, Maryanto. -----Original Message----- From: Untung M [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Sunday, August 12, 2007 4:34 PM To: iagi-net@iagi.or.id Cc: Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia Subject: Re: [iagi-net-l] gempa lepas-pantai utara Jawa Barat Pak Awang, Terimakasih atas beberapa putir yng dikemukakan Pk Awang. Saya kira bagus sekali. Sampai sekarang memang yang kita kenal adalah gempa dangkal. Jadi dengan adanya gempa dalam di lepas pantai utara Jawa, kita kaget, walaupun ada beberapa kasus gempa dalam. Waktu saya masih di S.D. klas 1 di Tuban ( pantai utara Jawa Timur) ada juga gempa (lindu) yang merobohkan rumah bagian depan nenek saya. Kelihatannya rumah bagian depan ini kurang kuat atau kurang kokoh tidak seperti bagian belakangnya. Kejadian kira-kira 60 atau 65 tahun yang lalu. Saya kira pusat gempa juga dalam seperti gempa Indramayu. Sesar yang saya utarakan dalam e-mail terakhir (9/8) kedalamannya mencapai 26 km. Ini saya modelkan dari data gayaberat. Memang jauh dari pusat gempa Indramayu. Yang menjadi masalah ialah mengapa banyak orang yang merasakan getarannya sampai di Padang, Lampung dsb. Untuk meneliti ini, saya kira, akan menghabiskan waktu (wasting time). Tetapi untuk kepentingan ilmiah, perlu di pikirkan, propagasi getaran yang ditimbulkan suatu energi sebesar 7.5 S.R. sampai berapa jauh? Kalau ada energi lepas, kita tahu bahwa getaran yang ditimbulkannya merambat ke semua arah, antara lain ke atas. Sampai atau tidak getaran tersebut ke sesar yang Pak Awang sebut sebagai sesar geser Lematang - Pemanukan atau sesar saya? Kalau sampai, dapat menggetarkan sesar tersebut akan merupakan titik sumber energi baru (pelajaran dasar sismik). Ini yang menyebabkan gempa yang kita semua merasakan tempo hari itu. Dapat dimengerti kalau intensitasnya (MMI) kecil, tidak merusak. Teman2 dari fisika saya kira bisa merenungkan masalah ini. Maaf ini hanya pikiran, moga-moga saya salah "I may be wrong" M. Untung ----- Original Message ----- From: Awang Harun Satyana To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Thursday, August 09, 2007 4:21 PM Subject: RE: [iagi-net-l] gempa lepas-pantai utara Jawa Barat Pak Untung, Episentrum sesar tersebut memang persis duduk di sesar yang saya sebut Lematang-Pamanukan-Cilacap pada publikasi2 saya tentang tectonic indentation Jawa Tengah dalam beberapa tahun terakhir ini (publikasi terbaru tentang ini ada di Satyana, 2007, Proceedings IPA Mei lalu, "). Sesar ini saya bangun dari publikasi2 Pak Untung dkk pada tahun 1970-an, khususnya buku kuning Untung dan Sato (1978). Ketika saya kaitkan dengan sesar besar lainnya di Jawa yaitu Meratus-Muria-Kebumen, maka sesar Cilacap-Pamanukan-Lematang ini menjadi antitetik dextral terhadap Meratus-Muria-Kebumen. Kalau episentrum gempa semalam 30 km atau kurang, saya percaya kalau gempa tersebut sangat erat berkaitan dengan Sesar Pamanukan-Cilacap; tetapi ini hampir 10 kali lipat lebih dalam, yaitu 290 km. Saya pikir tak ada sesar strike-slip yang sangat besar sekalipun sampai kedalaman ratusan km menembus kontinen dan masuk ke astenosfer. Tetapi, kalau kita punya data mantle tomography di sekitar Laut Jawa, sangat bagus untuk menguji pendapat ini. Saya setuju, ini kesempatan yang sangat baik untuk mempelajari gempa, terutama propagasinya dalam dua minggu ini yang menunjukkan migrasi sistematik dari selatan ke utara. Salam, awang ------------------------------------------------------------------------ ------ From: Untung M [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, August 09, 2007 3:13 C++ To: Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia; iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net-l] gempa lepas-pantai utara Jawa Barat Saudara para pakar gempa yang budiman, Saya coba ngeplot posisi gempa tgl. 9/8/07 berdasarkan atas laporan BMG dan USGS. Keduanya hampir sama. Untuk itu saya merujuk buku kuning "Gravity and Geological Studies in Jawa, Indonesia", 1978 terbitan Direktorat Geologi. Editor ialah M. Untung dan Y. Sato. Dari penafsiran data gayaberat hasil pengamatan langsung di lapangan ditemukan sesar dari selatan Cirebon membentang kearah barat-barat laut ( west-west north). Saya duga sesar tersebut melanjut ke laut. Gempa tgl. 9/8 di laut berada di sesar tersebut kira-kira 100 km timur dari Jakarta dan juga 100 km barat dari Cirebon dan hanya beberapa puluh km dari pantai pada kedalaman, menurut laporan, 286 km yaitu di astenosfer. Benarkah laporan ini? Kalau buku tersebut ada pada anda, tolong di lihat. Di perustakaan PSG mudah-mudahan masih ada. Kita masih besyukur gempa tidak sangat besar (9 SR). Peristiwa ini sangat baik untuk penelitian yang mendalam. Sekian. Terimakasih. M. Untung ---------------------------------------------------------------------------- Hot News!!! EXTENDED ABSTRACT OR FULL PAPER SUBMISSION: 228 papers have been accepted to be presented; send the extended-abstract or full paper by 16 August 2007 to [EMAIL PROTECTED] Joint Convention Bali 2007 The 32nd HAGI, the 36th IAGI, and the 29th IATMI Annual Convention and Exhibition, Bali Convention Center, 13-16 November 2007 ---------------------------------------------------------------------------- To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi ---------------------------------------------------------------------