Ck..ck..., hebat! Ini respon otomatis pagi ini setelah membaca info dan uraian dari yg dikemukakan oleh pak Koesoema. Katanya, bangsa yg besar adalah bangsa yg mampu menghargai sejarahnya. Terbetik pemikiran, mungkin IAGI bisa bikin buku khusus ttg sejarah geologi ini, terutama menyoroti para ahli geologi dan institusi pendidikan serta lembaga pemerintah yg pernah ada hingga yg sedang aktif pada masa kini. Herman dan beberapa kawan (termasuk pak Koesoema) tampaknya juga sudah menuliskan secara terbatas.
Semangat pagi! Salam, Syaiful Mohammad Syaiful * handphone: +62-812-9372808 * business: msyai...@etti.co.id -----Original Message----- From: "R.P.Koesoemadinata" <koeso...@melsa.net.id> Date: Wed, 16 Feb 2011 05:20:30 To: <iagi-net@iagi.or.id> Reply-To: <iagi-net@iagi.or.id> Subject: Re: [iagi-net-l] Arie Frederick Lasut Yang masih kenal pribadi dengan F. Lasut dan masih hidup adalah Bp Mulyono Purbohadiwijoyo dalam usia 85 th yang sekarang masih aktif menulis. Kenangan beliau mengenai F. Lasut itu dituangkan dalam memoir pengalaman pribadinya dalam salah satu tulisan dalam buku (yang memuat tulisan Pak Sigit, Pak Johanas, Pak Sukamto dll) yang saya lupa judulnya, tetapi diterbitkan oleh Departemen Pertambangan dan Energi. (Saya sendiri mempunyai buku ini tetapi lupa menyimpannya) Namun dalam rangka penulisan sejarah pendidikan geologi di Indonesia saya sempat mewawancara beliau sepulang dari PIT IAGI di Lombok, dalam rangka mengetahui apa yang terjadi dengan mannscript Van Bemmelen yang hilang, karena beliau pun adalah saksi hidup.. Hasil wawancara ini tidak sempat saya sisipkan dalam tulisan saya mengenai 50 th pendidikan geologi di Indonesia yang diterbitkan dalam rangka Peringatan 50 Tahun IAGI. Sebetulnya banyak para geologiawan kita yang ikut berjuang untuk kemerdekaan kita, begitupun beliau pun termasuk veteran perjuangan kemerdekaan, Selain pejuang ahli geologi itu yang masih hidup dan pernah mengangkat senjata dan ikut bergerilya di Jawa Timur dan sekitar Jogya dan saya kenal baik adalah Prof. Dr. Harsono Pringgoprawiro, selaku Tentara Pelajar.Saya sempat mendengarkan kisahnya, Inilah hasil dari wawancara dengan Pak Mulyono Purbohadiwidjolo AWAL PENDIDIKAN GEOLOGI DI INDONESIA. oleh R.P.Koesoemadinata Lain dengan pendidikan kedokteran, hukum, pertanian dan teknik yang telah dimulai pada awal abad ke-20, pendidikan geologi sangat terabaikan oleh pemerintah kolonial Belanda. Pendidikan geologi untuk orang Indonesia terbatas tingkatan "mantri opnemer" atau surveyor/juru ukur saja. Untuk kebutuhan tenaga ahli geologi dan insinyur pertambangan pemerintahan colonial Belanda mengandalkan lulusan universitas dan sekolah tinggi teknik dari Belanda dan negara Europa lainnya. Keadaan berubah setelah dimulainya Perang Dunia ke II pada tahun 1938 terutama setelah Tentara Jerman menginvasi negeri Belanda, sehingga hubungan terputus. Maka mulailah Pemerintah Kolonial Belanda pada tgl 10 Mei 1938 melalui mendirikan suatu lembaga pendidikan darurat yang dinamakan "Assistent Geologen Kursus" (Kursus untuk Asisten Geolog, mungkin sekarang setara dengan D-3) yang berlangsung 3 tahun. Pendidikan ini dilaksanakan oleh Dienst van het Mijnbouws (Dinas Pertambangan) di Jl Diponegoro 58 Bandung, dengan para ahli geologi dan insinyur pertambangan yang bekerja pada instansi tersebut sebagai para dosennya, antara lain Van Bemmelen. Pendidikan ini diikuti pada umumnya orang-orang Belanda, dan hanya ada 2 orang Indonesia yang mengikutnya sampai selesai yaitu F. Lasut dan Sunu Sumosusastro. Persyaratan mengikuti pendidikan itu adalah lulus sekolah menengah atas, yaitu HBS (Hogere Burgerschool, khusus untuk orang Belanda) atau AMS B (Algemeene Middlebare School, opsi B/IPA, terutama untuk orang pribumi/Indonesia). Kursus ini hanya berlangsung 1 angkatan saja (3 tahun) karena Tentara Jepang masuk ke Indonesia tahun 1942. Maka kedua orang inilah sebetulnya merupakan ahli geologi Indonesia pertama dan boleh dikatakan juga pionir dalam pendidikan geologi. Semasa pendudukan Jepang pada ahli geologi dan insinjur pertambangan Belanda masih dipekerjakan oleh penguasa Jepang, khususnya untuk menterjemahkan laporan2 geologi ke dalam bahasa Inggris, namun Van Bemmelen masih sempat supervisi pekerjaan geologi lapangan yang dilaksanakan F. Lasut mengenai endapan jarosit di Ciater, Lembang di Utara Bandung. Selain itu juga masih ada geolog orang Swiss (waktu itu negara netral dalam kecamuk perang dunia ke II) yang masih bekerja pada Dinas Pertambangan di Bandung itu. Jadi pada waktu pendudukan Jepang ini A. F. Lasut dan Sunu Sumosusastro adalah merupakan staf orang Indonesia di Dinas Pertambangan di Bandung, dan memegang pimpinan dalam pengambil-alihan instansi ini pada waktu Jepang bertekuk-lutut dan terjadi proklamasi kemerdekaan pada tahun 1945. Mereka inilah yang berhasil menyelamatkan arsip dan buku2 geologi ke Jl Braga di Bandung Selatan, karena kantor Dinas Pertambangan di Jl. Diponegoro yang berada di Bandung Utara diduduki tentara Inggris/Belanda, kemudian dipindahkan secara berangsur ke Ciwidey, Tasikmalaya ke Magelang dan akhirnya ke Jogya sejalan dengan mundurnya tentara RI. Di antara arsip dan buku2 ini tidak termasuk manuskrip buku the Geology of Indonesia hasil karya van Bemmelen itu, yang merupakan cerita lain. Pada waktu para ahli geologi dan insinyur pertambangan Belanda harus masuk kamp interniran (kompleks tahanan perang), Van Bemmelen menitipkan naskah serta buku-bukunya itu pada orang yang sangat dipercayainya, seorang hoofd mantri opzichter (mantri ukur kepala) yaitu Djatikusumo untuk diselamatkan. Pada waktu Van Bemmelen yang telah dibebaskan dari tahanan meminta kembali titipannya ini, yang bersangkutan menolak dengan alasan sebagai seorang pejuang kemerdekaan ingin menyelamatkan arsip ini untuk kepentingan bangsa Indonesia, dan kemudian membawanya ke tempat asalnya yaitu Malang. Namun kemudian manuskrip dan arsip/buku lainnya dia serahkan ke Dinas Pertambangan yang sudah mengungsi ke Magelang dan kemudian ke Jogyakarta. Pada waktu pemerintahan RI mengungsi ke Jogyakarta, maka dibentuk pula suatu Pusat Jawatan Geologi dan Pertambangan dibawah naungan Departement Kemakmuran di Magerang, yang dipimpin oleh A.F. Lasut (sebagai kepala) dan (Sunu Sumosusastro sebagai wakilnya). Selain itu juga didirikan beberapa sekolah untuk mendidik tenaga geologi dan pertambangan secara darurat pada Nopember 1946 yaitu: - Sekolah Geologi Pertambangan Pertama (SGPP, untuk pendidikan juruukur geologi - Sekolah Geologi Pertambangan Menengah (SGPM, untuk pendidikan juruukur geologi penilik) - SekolahGeologi Pertambangan Tinggi (SGPT), untuk pendidikan asisten geologi, dengan dosennya antara lain Sunu Sumosusastro (kepala sekolah) dan A.F. Lasut. N Lembaga pendidikan ini kemudian pindah ke Jogyakarta, dan nama SGPT berubah menjadi Akademi Geologi dan Pertambangan (AGP). Pada serangan agresi Belanda ke Jogya pada tahun 1948, A.F. Lasut selaku Kepala Jawatan Tambang dan Geologi diambil tentara Belanda dari rumahnya dan kemudian ditembak dipinggir jalan pada 7 Mei 1949 sebagai seorang pejuang kemerdekaan. Lembaga pendidikan ini berakhir dengan ujian akhir pada akhir tahun 1949 sehingga berlangsung hanya 1 angkatan saja. Di antara para lulusan pendidikan yang pertama dan terakhir ini adalah: M.M. Purbohadiwidjo, Djajadi Hadikusumo (kemudian pendiri IAGI), Harli Sumadiredja, R. Prajitno (Ketua IAGI yang ke-2), Surjo Ismangun, G.M Mohamad Slamet Padmokesumo, Mohamad Jasin Rachmat dan Sanjoto Soeseno dan Sumardi Umarkatab. Sementara itu Bp Suroso, seorang ahli geologi praktek (autodidak) ex pegawai explorasi Shell/BPM juga mendirikan Sekolah Menengah Geolgi di Jogyakarta. ----- Original Message ----- From: herman.dar...@shell.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Tuesday, February 15, 2011 5:25 PM Subject: [iagi-net-l] Arie Frederick Lasut Rekan-rekan, Tahun lalu saya beli buku di Gramedia mengenai pahlawan2 nasional Indonesia. Dari buku ini saya lihat ada Arie Frederick Lasut sebagai satu-satunya pahlawan nasional Indonesia dengan latar belakang geologi. Tapi saya tidak lihat ada fotonya, yang ada Cuma gambar saja. Masa hidupnya cukup singkat, hanya 31 tahun saja. Kalau cari di google, ada dua website yang cukup menarik mengenai pak Lasut ini. Apakah ada yang tau informasi lainnya? Kalau ada foto-foto, boleh minta? Kalau tidak salah di UGM nama beliau diabadikan sebagai nama ruang kuliah. Apakah benar? Salam, Herman http://wiwidwitjaksono.wordpress.com/ http://en.wikipedia.org/wiki/Arie_Frederik_Lasut __________ NOD32 5559 (20101024) Information__________ This message was checked by NOD32 antivirus system. http://www.eset.com