Luar biasa memang efek pemberitaan Sadahurip ini. Sampai2 meskipun saya sudah 
menuliskan sanggahan di IAGINET 1Feb kmrn ttg tulisan di media yang salah dan 
juga sesudahnya dikoreksi dalam pemberitaan Vivanews, tapi tetap saja komunitas 
di milis ini membayangkan akan terjadi debat yang seru di acara Seminar 7Feb 
nanti ttg Sadahurip piramid vs non-piramid.

Padahal dlm sanggahan saya dan koreksi berita yg dituliskan Vivanews jelas2 
saya sebutkan bhw saya dan Danny Hilman akan banyak membahas ttg riset2 kami 
yang jauh lebih banyak progress-nya dibanding Sadahurip - yg meski sdh dimulai 
setahun lalu dg berkali-kali akuisisi data tapi kami anggap statusnya masih 
belum sampai pada kesimpulan ttg piramid atau bukan. Kami akan banyak fokus 
pada Banda Aceh, Batujaya, Trowulan, dan Gunung Padang. Sementara u/Sadahurip 
kami akan tampilkan hasil beberapa kali survey: akuisisi G&G surface dan 
subsurface data, mapping, sampling dan lab analyses, Jadi yg kami lakukan bukan 
sehari kunjungan dan bukan sekedar surface makro saja. Itupun dari awal kemarin 
(dan saya tegaskan lagi sekarang) kami belum sampai pada kesimpulan piramid 
atau non-piramid, krn masih akan ada akuisisi data lagi yg akan kami lakukan 
Maret mendatang (auger, coring, trenching, dsb).

Perdebatan seru tentang piramid vs non piramid mungkin akan terjadi minggu 
depan itu kalau saja yg tampil Turangga Seta (TS) yg secara terbuka mengumumkan 
mereka bekerja atas petunjuk gaib dsb. Tapi kami bukan TS dan kami tidak punya 
kaitan dg TS, spt juga sdh dijelaskan oleh Danny Hilman di postingnya di thread 
serupa ini sebelumnya (malah kami jadi "korban" mereka). Makanya kalau konco2 
IAGI mengharapkan akan ada debat seru, adu argumen membela piramid vs mentah2 
menolak piramid, terus ada pengambilan keputusan / kesimpulan seminar seperti 
dulu di 2007 IAGI melakukannya untuk kasus Lapindo (yg diprotes terbuka dan 
jadi berkepanjangan sesudahnya), sampeyan semua salah menduga. Para proponen 
anti piramida gak akan punya lawan tanding di seminar itu nanti krn memang TS 
tdk naik panggung, sementara kami hanya akan menampilkan data dan analisis kami 
serta membahas berbagai kemungkinan interpretasinya, tapi blm memutuskan apa2.

Malahan lebih seru hasil2 riset kami di Gn Padang, Trowulan, Batujaya, dan 
Banda Aceh, lho.

Dan soal kekuatiran bbrp orang bhw keputusan/kesimpulan seminar sudah 
dipersiapkan sebelumnya, shg yg hadir nanti dianggap menyetujuinya (spt kasus 
Seminar IAGI 2007 Lumpur Lapindo): hal itu benar2 out-of-context. Lha wong 
judul seminarnya saja: “MENGUAK TABIR PERADABAN DAN BENCANA KATASTROPIK PURBA 
DI NUSANTARA UNTUK MEMPERKUAT KARAKTER DAN KETAHANAN NASIONAL” koq 
kesimpulannya ttg Sadahurip itu piramid atau bukan. Saya pikir itu kejauhan. 
Lagi pula, saya dan Danny blm akan menyimpulkan status Sadahurip di 
sarasehan/seminar itu krn riset kami sedang berlangsung, ngapain juga ikutan 
lepas kontrol dg buru2 menyimpulkan kemudian memaksakan kesimpulan itu ke 
publik dengan merekayasa sarasehan? Seminar/sarasehan itu nanti bukan event 
organisasi profesi tertentu dan tidak ada mekanisme yg memungkinkan Panitia 
Sarasehan mengklaim pendapat peserta, karena memang tidak akan ada kesimpulan.  
Biasanya yang suka mengklaim kesimpulan2 ilmiah di acara2 sarasehan/diskusi spt 
ini nanti  adalah orang2/pihak2 yg menganggap diskusi ilmiah adalah rapat 
anggota partai, atau para pencari/pembuat berita sensasional dg plintiran2, 
atau mrk yg berkepentingan mempengaruhi opini publik dg klaim2 kebenaran 
sepihak, entah untuk rujukan hukum, bisnis, atau politik. 

Makanya agak2 kaget juga ketika tiba2 ada berita ttg seminar khusus IAGI 
Jabar-Banten yg dilakukan di Bandung hari ini tadi membahas ttg Sadahurip dan 
Lalakon, undangannya dibikin hanya 3 hari sebelumnya (31Jan), tidak diumumkan 
di IAGiNET, PP-IAGIpun tdk tahu, dan kesimpulan seminar ilmiahnya langsung 
langsung saja: Vulkanolog-Arkeolog-Geolog Patahkan Teori Piramid Sadahurip.

Mudah2an kita bisa belajar lebih merunduk dan rendah hati.

ADB
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-----Original Message-----
From: Rovicky Dwi Putrohari <rovi...@gmail.com>
Date: Fri, 3 Feb 2012 17:24:03 
To: <iagi-net@iagi.or.id>
Reply-To: <iagi-net@iagi.or.id>
Subject: Re: [iagi-net-l] SADAHURIP DARI ATAS SEPEDA
2012/2/3 Awang Harun Satyana <aha...@bpmigas.go.id>

>  Betul, terlalu terburu2 menyimpulkan, entah Sadahurip piramida, atau
> Sadahurip hanya semacam gumuk piroklastika atau parasitic cone Telagabodas.
> ****
>
> ** **
>
> Dan terlalu sempit, berpandangan bahwa piramida itu mesti mengacu ke
> referensi piramida Mesir di kompleks Giza, itu memang piramida paling
> terkenal, tetapi bukan satu-satunya bentuk, bukan satu2nya piramida dalam
> ruang dan waktu. Piramida dibangun di banyak penjuru dunia, dalam waktu
> yang berlainan, dalam bentuk yang macam2. Bahkan piramida di Mesir sendiri
> mengalami evolusi bentuk dari satu dinasti Firaun ke dinasti lainnya. ****
>
> ** **
>
> Jadi, lihatlah nanti hari Selasa 7 Feb 2012, akan banyak perdebatan, dan
> tak akan ada kesepakatan. Tak masalah, kesepakatan tak harus ada dan
> dipaksakan.
>

Ya jangan buru-buru menyimpulkan .... jadi inget mirip pameo dalam
eksplorasi
"*Omnia bona quoad perfora*" - yg dapat diterjemahkan ringkas "*All
prospects* look good *until drilled*" ... smua prospek akan menarik sampai
prospek itu di bor !

Saya jadi inget perbedaan filosopi melakukan eksplorasi yang berbeda
anatara gayanya seorang geologist dengan seorang investor.  Geologist
memang suka sekali dengan studi-studi untuk mendukung hipotesanya,
dilakukan inversi seismic dulu, dilakukan survey geolistrik (*Electro
Magnetic*), detail gravity  ... sampai akhirnya kecapekan riset dan
aakhirnya dibor ! Lah kalau sudah di bor menjadi tidak menarik lagi. Unocal
dulu menggunakan strategi SX (Saturated Exploration) dengan mengebor dulu
walau dasarnya hanya peta hasil "*preliminary mapping excercise*". Kalau
sudah ada sumur, maka mnurut sang geologist langsung kurang menantang.
Seolah-olah sumur sebagai cara "njujug" yang lebih hemat ketimbang
melakukan survey-survey dahulu yang ujungnya juga masih akan di BOR juga !

Btw, sebenernya apa sih yang bisa dipakai untuk membuktikan bahwa ini
beneran "piramida" buatan manusia atau "piramida" alamiah ?
Tentusaja bukan pengeboran saja.

Pembongkaran (excavasi) juga belum tentu cara yang tepat karena perlu
tehnik khusus, karena kalau benar ini "piramida" yang dibangun jaman
paleolithik tentunya sangat rapuh. Jangan-jangan artefaknya malah lenyap
....Juga kebanyakan ruang-ruang dalam peninggalan arkeologist banyak yang
menimpan gas beracun ....  Kalau ada yag dengan argumen seperti ini ga
bakalan terkuak ... doh !

Bisa jadi didalam piramida ini ngga ada apa-apanya. Justru dipinggir kiri
kanan gunung ini tempat remnant dan artefaknya berkumpul. Jaman itu mereka
hidup di gua seperti Gua Pawon dsb. (Btw, kalau manusia yg berbudaya ultra
moderen ketemu yg hidup di Gua Pawon gimana ya ?)

Monggo silahkan "telur"nya dielus-elus dulu sebelum ditetaskan, ntah
nantinya menetas jadi "burung terbang tinggi" atau "bebek kwek-kwek" kita
belum pastikan.

*Keeping as a secret sometimes creates more fun !*
Hef e nais wik en !

RDP
(*sakjane kepingin dateng tanggal 7 besok. Cuman mau nanya beberapa hal*)

Kirim email ke