Ada yang perlu kita pikirkan bersama untuk bangsa ini, sektor energi yang
selama ini telah menina bobokkan kita karena menjadi sumber pemasukan dana
terbesar bagi Negara dan image bahwa negara kita kaya akan sumberdaya alam
telah membuat kita lupa untuk mengelola secara arif dan bijaksana. Kalau
selama ini permasalahan di sektor ini selalu muncul, itu karena telah
menumpuknya sejumlah permasalahan yang selama ini belum tertuntaskan. Salah
satu yang menjadi kunci permasalahan adalah kurangnya infra struktur energy
baik migas maupun mineral dan batubara.

Di subsector migas sebagaimana rekans sudah mafhum semua bahwa infra
strukturnya seperti kilang, pipa distribusi, FSRU baik regasification
maupun receiving unitnya, dll. telah memunculkan masalah-masalah klasik
yang selalu booming di mass media sehingga menjadi makanan politik. Belum
lagi peralatan-peralatan eksplorasi yang mahal dan terbatas jumlahnya dan
rata-rata hanya dimiliki pengusaha besar tingkat dunia, sehingga begitu ada
peraturan penggunaan bendera pada seluruh kapal yang beroperasi di
Indonesia telah menjadi permasalahan tersendiri dalam eksplorasi lepas
pantai sebagaimana telah terjadi tahun lalu.

Demikian halnya dengan subsector mineral dan batubara, infra struktur untuk
pengolahan, blending facilities, kebutuhan infra struktur pengangkutan dan
distribusi belum terkelola dengan baik. Belum lagi permasalahan pemenuhan
kebutuhan dalam negeri, inkind royalty system, maraknya peti dengan segala
efek lingkungan yang ditimbulkannya. Sementara itu, para pengusaha masih
suka bahkan bersikeras melepaskan komoditi ini dalam bentuk raw material
dengan segala alasan dan trade networkingnya. Masih sangat sulit untuk
diajak berfikir secara lebih holistic yang berorientasi pada bangsa ini,
yang notabenenya harus menjadi pemikiran semua komponen bangsa. Belum lagi
bagaimana memikirkan system pencadangan Negara.

Kalau kita perhatikan bagaimana cina lebih suka mengimport coal, khususnya
dari Indonesia, dan mencadangkan coal resources mereka untuk keperluan
mereka sendiri di masa yang akan datang, padahal coal resources mereka jauh
lebih besar dibandingkan dengan Indonesia. Sementara itu pagaimana
tersendatnya PLN dalam memenuhi kebutuhan coal untuk mengejar target 10
ribu MW tahap 1. Disisi lain, kebutuhan listrik untuk mengejar nilai tambah
komoditi minerba yang diwajibkan untuk dilakukan sebelum diekspor sangat
diperlukan. Itulah sebenarnya yang saya utarakan bahwa saya memahami
kegalauan bapak Wamen.

Kalau tentang besarnya royalty dan diberikan ke GoI dan bukannya
perorangan, karena dengan besarnya royalty tersebut pemenuhan kebutuhan
infra struktur yang saya sampaikan di atas dapat segera diagendakan dan di
realisasi, tapi kalau ke perorangan,… ya untuk infra struktur clan mereka
saja dalam mengelola usaha mereka bukan keberlangsungan Negara.

Saya kira itu saja opini saya, maaf jika terlalu panjang.


salam

Pada 9 April 2012 20:18, rakhmadi avianto <rakhmadi.avia...@gmail.com>menulis:

> lho mungkin justru ini sebabnya kenapa explorasi Oil dan gas jalannya
> LEMOT ini mungkin disebabkan krn fiscal TERM untuk Oil and gas kurang
> ciamik dibanding Coal, Oil and gas exploration itu jauh lebih high Risk
> dari coal, tapi kok bisa insentivenya tidak sebagus Coal
>
> Kalau orang Indonesia jadi kaya kan mestinya seneng kok malah cureng toh,
> quo vadis bro, apa translation untuk orang Indonesia itu harus miskin.
> Kalau scientist lihat coal harusnya lihat historynya dong, tahun 1990 coal
> tidak di lirik orang, lha kita harus bersukur sekarang coal sudah masuk
> penghasilan Negara, duit lari ke warga negara Indonesia atau lari ke GOI
> kan sama saja toh, kalau iklim investasi di Indonesia baik (artinya ga
> berubah rubah setiap saat) duit yg di dpt orang Indonesia dari coal itu
> tidak akan terbang ke luar Indonesia, tapi kalau pejabat negara mikir, ini
> royalty kurang gede dsbnya, bukannya malah nanti terjadi efek yg sebaliknya.
>
> Hati-hatilah bikin statement, iklim yg sudah baek ini sebaiknya di
> pelihara, nanti kalau SUPLY melebihi DEMAND maka harga otomatis turun, dg
> demand masyarakat modern yg low POLUTION minded (green house effect), maka
> down the road coal akan di pakai di kawasan yg sangat terbatas, sebagai
> contoh the biggest coal user / buyer cuma China dan India. Kalau Cina dan
> India ga beli lagi tentu akan terjadi over supply dari coal. Selanjutnya
> harga turun, shg margin-nya jadi sangat kecil kalau ini terjadi semua
> tambang langsung tutup, apa itu bukan bencana, belum sosial efek dari para
> miner yg dirumahkan dan efek domino yg lain.
>
> China sekarang makin strict dg usage coalnya, misal kal diatas 6000 yg
> dipakai, dg demikian sebetulnya pasar coal sangat terbatas, Nah harapannya
> PLN nih ambil ancang2 untuk memakai coal dg kalori rendah 3500-4000, tapi
> siap ngga, nah mestinya itu juga yg di pikirkan jajaran ESDM
>
> Mohon maaf sekedar urun rembug
>
> Avi 0666
>
>
> 2012/4/9 mhd wafid <wafid....@gmail.com>
>
>> Saya dapat memahami kejengkelan pak Wamen, jika dilihat list daftar orang
>> paling kaya di Indonesia, urutan awal-awal adalah para pengusaha
>> batubara!!!..... besarnya jumlah ekspor batubara yang tak ter-record
>> sebagai bagian dari pemasukan negara .... pengelolaan pengusahaan dan
>> perizinan minerba pasca pemberdayaan daerah melalui otonomi memang
>> menimbulkan problem yang semakin rumit .... belum masalah para ...........
>> yang terjun dalam bisnis yang membuat kesepakatan-kesepakatan ..... susah
>> Ada baiknya untuk ditinjau ulang lagi besaran royalti (dipoerbesar) dan
>> diberlakukan sebagai sumber energi bukan sebagai komoditi saja, sehingga
>> dapat dibuat alokasi untuk pembangunan infra struktur energi.
>>
>> salam
>>
>> Pada 6 April 2012 03:33, Bandono Salim <bandon...@gmail.com> menulis:
>>
>>> **
>>> Ada baiknya, asal dapat mengurangi emosi tingginya.
>>> Tak kurang penting dpt sinkron dgn birokrat di dunia energi, yang sudah
>>> mapan, mampu mengarahkan energi dan sumber daya mineral untuk kepentingan
>>> negara, bukan kepentingan pengusaha, terutama pengusaha asing.
>>> Slam.
>>> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>>> ------------------------------
>>> *From: * o - musakti <o_musa...@yahoo.com.au>
>>> *Date: *Thu, 5 Apr 2012 06:07:02 -0700 (PDT)
>>> *To: *<iagi-net@iagi.or.id>
>>> *ReplyTo: * <iagi-net@iagi.or.id>
>>> *Subject: *Re: [iagi-net-l] Migas / BBM lagi
>>>
>>> Dalam reshuffle yang konon sebentar lagi akan terjadi, saya pengennya
>>> pak Wakil Menteri ESDM dicopot saja.
>>>
>>> Maksudnya dicopot predikat Wakil nya alias langsung jadi mentri he he he
>>>
>>> --- On *Thu, 5/4/12, a...@geologist.com <a...@geologist.com>* wrote:
>>>
>>>
>>> From: a...@geologist.com <a...@geologist.com>
>>> Subject: Re: [iagi-net-l] Migas / BBM lagi
>>> To: iagi-net@iagi.or.id
>>> Received: Thursday, 5 April, 2012, 12:08 PM
>>>
>>> Pak Wamen boleh saja kesal dengan urusan Batubara dan Mineral... Tapi
>>> beliau itu wakil menteri ESDM, bukan cuma urusi migas... Kalau merasa
>>> kontribusi batubara dan mineral ke negara kurang, patutlah kita tunggu
>>> gebrakan beliau dalam meningkatkannya... Entah melalui pengetatan
>>> pelaksanaan aturan, renegosiasi dll...
>>>
>>> Regards,
>>> Adie - 3602
>>>
>>> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>>>
>>> -----Original Message-----
>>> From: <lia...@indo.net.id <http://mc/compose?to=lia...@indo.net.id>>
>>> Date: Thu, 5 Apr 2012 10:04:46
>>> To: <iagi-net@iagi.or.id <http://mc/compose?to=iagi-net@iagi.or.id>>
>>> Reply-To: <iagi-net@iagi.or.id<http://mc/compose?to=iagi-net@iagi.or.id>
>>> >
>>> Subject: Re: [iagi-net-l] Migas / BBM lagi
>>>
>>> Walaupun agak Emosi, tapi komentarnya valid lho. PSC sudah
>>> bagus, Cost 30%, net 70%, pemerintah 85% (60% nett) dan
>>> kontraktor 10-15%. Batubara dan  Mineral ?? Pemerintah
>>> hanya kebagian 37 % dari Tax 25% dan royalty 12%, pengusaha
>>> kaya raya dan gak pernah dipersoalkan, bisa jual ke sister
>>> co dengan transfer price cincai..
>>> ====================================
>>> Kemarin Pak Wamen juga sempat "kesel" dg batubara ini .....
>>> Di Kompas pagi ini : Di Kalimantan ada 10.000 Ijin Pertambangan
>>> Batubara , hanya 349 saja yang sesuai prosedure ( 3 % ? ) , ini
>>> baru Kalimantan saja dan inipun baru batubara belum mineral yg
>>> lain ( spt emas ), mungkin kalau dijejer IUP IUP tsb Kalimantan
>>> itu sudah tertutup dengan Pertambangan semua , atau jangan
>>> jangan malah sudah melebihi luas daerahnya.Kalau dilihat dari segi
>>> pemasukan untuk negara dari usaha
>>> Pertambangan ini bisa dilihat dari profil APBN 2012 , ternyata
>>> Penerimaan Negara dari sumberdaya alam Non Migas ( Minerba ,
>>> Kehutanan, dll ) Hanya 17,7 T Rp atau hanya kira kira 10% nya
>>> saja dari penerimaan Migas ( Migas kira kira 160 T Rp ) disisi
>>> lain produksi batubara itu sudah kira kira 300 juta Ton ,
>>> dengan hitungan 1 ton batubara setara dg kira kira 4 BOE maka
>>> sudah berapa BOE yg diekploitasi. Kalau dilihat pemakian untuk
>>> dalam negeri (DMO) itu hanya kira kira 24 % , bandingkan dg
>>> minyak hampir 50% diolah di DN, padahal batubara itu di keruk
>>> yg meninggalkan lubang besar , sedangkan minyak dicoblosi
>>> saja.....
>>>
>>> ISM
>>>
>>>
>>> > Walaupun agak Emosi, tapi komentarnya valid lho. PSC sudah
>>> > bagus, Cost 30%, net 70%, pemerintah 85% (60% nett) dan
>>> > kontraktor 10-15%.
>>> Batubara dan  Mineral ?? Pemerintah
>>> > hanya kebagian 37 % dari Tax 25% dan royalty 12%, pengusaha
>>> > kaya raya dan gak pernah dipersoalkan, bisa jual ke sister
>>> > co dengan transfer price cincai..
>>>
>>> > Kompas pagi ini mengulas "Kebijaksanaan Anggaran yang salah"
>>> > Subsidi BBM menyantap 25% anggaran, pembangunan hanya 16%,
>>> > mau kemana negeri kita ?
>>> Mosok mensubsidi Lexus Alpahrd
>>> > dan Penambang batubara ?
>>> > RUS 1061
>>>
>>>
>>>
>>> ___________________________________________________________
>>> indomail - Your everyday mail - http://indomail.indo.net.id
>>>
>>>
>>>
>>>
>>> --------------------------------------------------------------------------------
>>> PP-IAGI 2011-2014:
>>> Ketua Umum: Rovicky Dwi Putrohari, rovicky[at]gmail.com
>>> Sekjen: Senoaji, ajiseno[at]ymail.com
>>>
>>> --------------------------------------------------------------------------------
>>> Jangan lupa PIT IAGI 2012 di Jogjakarta tanggal 17-20 September 2012.
>>> Kirim abstrak ke email: pit.iagi.2012[at]gmail.com. Batas akhir
>>> pengiriman abstrak 28 Februari 2012.
>>>
>>> --------------------------------------------------------------------------------
>>> To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
>>> To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
>>> For topics not directly related to Geology, users are advised to post
>>> the email to: o...@iagi.or.id <http://mc/compose?to=o...@iagi.or.id>
>>> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
>>> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
>>> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
>>> No. Rek: 123 0085005314
>>> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
>>> Bank BCA KCP. Manara Mulia
>>> No. Rekening: 255-1088580
>>> A/n: Shinta Damayanti
>>> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
>>> IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
>>> ---------------------------------------------------------------------
>>> DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information
>>> posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event
>>> shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to
>>> direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting
>>> from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the
>>> use of any information posted on IAGI mailing list.
>>> ---------------------------------------------------------------------
>>>
>>>
>>
>>
>> --
>>
>> P *Please consider the environment before printing this email.*
>> *****************************************************
>> Dr. Muhammad Wafid A.N.
>> Head of Engineering Geology Division,
>> Center for Groundwater Resources and Environmental Geology,
>> Geological Agency,
>> Ministry of Energy and Mineral resources,
>> Republic of Indonesia
>> Jl. Diponegoro No.57
>> Bandung, 40122
>> + 62-22 7274676 ext:214
>> *************************************************
>>
>
>

Kirim email ke