Hello Budi, Monday, August 19, 2002, 3:09:13 PM, you wrote:
BR> Tapi di sana tidak ada co.tw atau co.au :-) Mereka *pasti* tidak BR> mau membuka co.tw atau co.au he he he. pak budi selalu menyinggung soal perlunya pengetatan terhadap .co.id mungkin krn sejarah 'liberalisasi domain' memang cenderung menjurus pd 'komersialisasi domain'. istilahnya mungkin tdk terlalu tepat. artikel berikut ini barangkali bisa menjelaskan kira2 bagaimana maksudnya : http://mwmag.com/issue/06/content/hosting-verisign/hosting-verisign.html setelah membaca itu, mungkin di satu sisi kita bisa memahami mengapa CCTLD-ID menghendaki pengetatan itu, pendeknya mungkin khawatir bakal heboh. lagian kalo melihat harga domain di situ, rasanya penawaran usd 10 juta untuk .id koq terlalu murah ya, .tv saja laku usd 45 juta ! di sisi lain artikel itu juga justru menunjukkan bahwa komersialisasi domain name bukan merupakan barang aneh sejak awalnya. bahkan internic yg memonopoli, tujuannya juga memang komersial & resmi mendapatkan hak eksklusif tersebut dr ICANN. maka bila IDNIC sedikit alergi terhadap aktivitas bisnis tersebut, bisa dimaklumi sekaligus terasa agak aneh. menurut saya, pelarangan total komersialisasi bukanlah langkah yang bijak, karena bagaimanapun nature bisnis melihat potensi di sana dan itu jujur saja bisa memberi manfaat buat bangsa kita juga, minimal ya pelaku bisnis internet. masalahnya tinggal bagaimana IDNIC mengatur & merumuskan code of conduct, etika. bila kita cermati lebih jauh artikel di atas, bahkan soal etika pun (ketika pelanggarannya sudah dinilai merugikan pihak lain) dg elegan diselesaikan melalui pengadilan. padahal di sini IDNIC masih tetap menangani dispute semacam ini. maksud saya, mengapa kita / IDNIC tdk mencontoh mekanisme hukum semacam itu saja ? manfaatnya sangat besar bagi pendewasaan IDNIC, dunia hukum termasuk masyarakat / komunitas. less protections & problems here. usul saya, baiklah bila memang .co.id masih belum bisa diutak-atik, let's keep it tight. analogi dg rasa rokok, orang mau kretek yg berat (.co.id), filter (.net.id, ac.id, .go.id, .sch.id, .mil.id), mild (.or.id), menthol (.web.id) dimana masih dikelola volunteer, klasik. pertanyaannya kemudian apakah tdk memungkinkan utk membentuk SLD baru yg lebih 'komersial' ? bila ada kesulitan menuju ke arah sana, bukan di-deny begitu saja jawabannya, tapi dicarikan way out. karena selera orang kini agaknya perlu tambahan domain dg rasa putihan atau light (.soho.id, .biz.id, .radio.id, .mal.id dll) yg mungkin bisa dikelola dg profesional, komersial, jadi prototipe konsep pt dns jaya. yg memang light, liberal, komersial dg citarasa nano2. seperti netsol, nantinya mereka berkewajiban mensupport domain2 klasik konvensional. landasan dasarnya cuman etika, bukankah ini hukum dasar internet ? ok, bottom linenya, cobalah keinginan ini diakomodasi, tdk perlulah 'dibantai' dg 'rules of the game' yg barangkali hanya CCTLDID seorang di forum ini yg paling paham. semangatnya adalah mengakomodasi bukan mengamputasi, setiap usul & kritik yg masuk. apabila langsung ditanya bagaimana detailnya (misalnya soal billing itu), saya yakin lah tdk bakal ada yg siap, krn fokus masalahnya bukan soal itu. bagaimana kita membahas soal details apabila pokok persoalan belum penah disepakati ? apabila kita sudah sepakat suatu usulan diakomodasi (katakanlah soal komersialiasi domain .id ini), ok, usulan itu kita eksekusi, forum bisa mulai kita ajak membahas yg detail, IDNIC memberi asistensi (tunjukkan aturan mainnya, kendala2, konsensus internasional dll.), call 4 papers & volunteers, bikin konsensus pokok bahasan time frame bahkan bila perlu pokja2. di situlah, pada tingkat yg lebih rendah details macam billing system akan mendapatkan solusi atau jawaban krn fokus. tanpa kesepakatan awal, sulitlah kita teriak2 meminta semua orang di milis utk membuat revisi dokumen 30 s misalnya. yakin cuman sedikit orang yg tahu soal dokumen tsb., sehingga hal semacam ini jadi fait a comply terhadap opinio publik (sebagai mekanisme defense thd kritik). seolah IDNIC selalu bersikap : ente ngomong gitu krn nggak tahu sih kalo harusnya begini begitu. sehingga itu cenderung melecehkan lawan (dimana sebenarnya lebih tepat disebut kawan, krn ingin kontributif) dg menempatkannya pd posisi kebodohan sbg awam. mirip polisi ceramah soal peraturan pada orang yg sekedar usul atau bertanya & memberi kritik. kecuali sejak awal memang sudah ada agenda pembahasan sejak sekarang. IDNIC bisa menentukan sisdur bagaimana caranya menyampaikan usulan komprehensif. supaya para vokalis di sini tdk dituduh tukang kompor asal njeplak. sehingga yg saya amati kebanyakan kasus di forum ini IMHO selalu disikapi : usulan / kritik - counter - deny - devnull - forget it bukankah sebaiknya : usulan / kritik - accept - distributed discussions - action mana yg lebih konstruktif ? again, semua ini bukan usul konkrit. just IMHO. tentu sangat bias & subjectif dg keterbatasan pengetahuan sbg org luar IDNIC apalagi masalah per-domain-an, tapi itu bukan berarti kita datang dg niat yg tdk baik seperti 'melacurkan' IDNIC misalnya. mohon jangan diserang dr sisi ini yah ... -- Best regards, Pataka mailto:[EMAIL PROTECTED] _______________________________________________ Idnic mailing list [EMAIL PROTECTED] http://www.idnic.net.id/cgi-bin/mailman/listinfo/idnic