-----Original Message-----
From:                   [EMAIL PROTECTED]
Sent:                   Tuesday, September 21, 1999 2:08 AM
To:                     Multiple recipients of list
Cc:
Subject:                        Re: FW: Re: Boikot Export Import, silahkan


Semmy:

Kalau nggak percaya, ya sudah....wong di Indonesia saya
ini PNS yunior, koq.  Kalau di Oz, ya itu cerita lain
sebab di sini saya beli produk Oz yang berarti bukan
produk impor.  Mosok saya mesti boikot barang2 Oz di
negerinya sendiri?

Satrio:
Pak Semmy Yth.
Saya sebetulnya cuma mau memberi saran, supaya Bpk. berhati-hati dalam
membuat statement, sehingga tidak muncul retorika yang sulit diterima akal
sehat dan tidak bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Contohnya adalah pernyataan ini: TIDAK PERNAH MAMPU membeli produk impor.

Kalau yang Bapak artikan produk impor itu adalah sedan Mercedez Benz,
mungkin Bapak benar.

Tapi kalau produk impor itu adalah satu kilogram gula pasir, masa sih
semiskin-miskinnya Pak Semmy sebagai pegawai negeri tidak mampu beli.

FAKTA: Harga gula pasir impor di Jakarta sekarang sekitar Rp 2.500,- (lebih
mahal dari gula pasir lokal yang Rp 2.750). Nah, apa Bapak -yang punya akses
Internet, dapat beasiswa dari AusAID, berpengalaman tinggal di luar negeri-
TIDAK PERNAH MAMPU membeli setengah atau satu kilogram gula impor???

Dengan FAKTA ini, sudah jelas bahwa pernyataan TIDAK PERNAH MAMPU membeli
barang impor itu sulit diterima akal sehat.

Soal kemudian Bapak mau puasa tidak makan gula, tidak mau makan garam (kita
juga sebagian mengimpor garam dari India), tidak mau makan Super Mie (bahan
dasar gandumnya diimpor dari Amerika), dll itu adalah soal pilihan. Itu
terserah saja.

Baiklah, saya tidak akan memperpanjang masalah ini.

Salam hormat
Satrio

NB: Saya bukan orang kaya, tapi juga tidak sok miskin. Apa adanya saja.

Kirim email ke