Quoting Majalah D&R <[EMAIL PROTECTED]>:

> Saya rasa, persoalan mengarah ke Pak Semmy, karena dia 
mengklaim diri> secara> tidak proporsional (dia sendiri 
yang memulai, bukan saya). Beliau> mengatakan, TIDAK 
PERNAH MAMPU MEMBELI PRODUK IMPOR.

Semmy:

Kalau nggak percaya, ya sudah....wong di Indonesia saya 
ini PNS yunior, koq.  Kalau di Oz, ya itu cerita lain 
sebab di sini saya beli produk Oz yang berarti bukan 
produk impor.  Mosok saya mesti boikot barang2 Oz di 
negerinya sendiri?

> Untuk Pak Semmy, yang sekian lama tinggal di Australia 
dan mendapat beasiswa> dari AUSaid (berapa gelintir sih 
WNI yang dapat beasiswa dari luar negeri),> ini jelas 
retorika yang tidak masuk akal. 

Semmy:
Tidak masuk akalnya dimana?  Mendapat beasiswa itu hasil 
kerja keras dan kemauan kuat masing2 orang koq. 

>Saya bukan orang kaya, tidak pernah ke Australia, dan 
>tidak punya satu dollar pun sekarang. Tapi kalau beli 
>sebungkus Marlboro (rokok impor buatan Amerika) saya 
>masih mampu. 

Semmy:
Berarti anda jauh lebih kaya dari saya yang tidak  
merokok...hahahaha.  Pantas anda mati-matian mengusulkan 
boikot produk impor.

>Saya minum teh manis, gulanya juga gula impor. 

Semmy:
Di Indonesia saya beli gula pembagian Dolog, nggak tahu 
sih apa itu hasil impor atau bukan.

>Saya makan tempe, kedelenya itu impor. 

Semmy:
Di Ambon, saya lebih sering makan ikan karena harga 
tempe lebih mahal dari ikan.

> Salam hormat,
> Satrio

Hormat selalu,
Semmy Littik
--------------------------------------------

Kirim email ke