jika semuanya duduk bareng, semua perbedaan akan cepat selesai...
dan kalo boleh jujur... acara tahlilan itu paling cuman 30 menitan... yang lama itu acara ngopi, ngemil, ngerokok dan ngobrol...
 
dan, tidak sedikit juga dari tahlilan ini... outputnya malahan bikin agenda kerja bakti ngebersiin got, bikin gapura gang untuk 17-an, ngebahas program2 RT... yang mana jika pake undangan rapat warga, malah kaga ada yg datang... hehehehe...
 
dan jika sudah agak malam, ngobrolnya bisa nyerempet2 kuntilanak, pocongan, genderuwo, dsb... hehehehe...
 
salam,
ananto (jabatan: Sekretaris RT)

 
On 7/25/06, Ramdan <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Mas Ananto,
 
jika semuanya bersumber dari Allah dan Rosulnya....
kenapa kok bisa berbeda-beda dan 'kelihatannya' bertentangan ya...?!
he-he-he...
 
ngopy dan ngudud bagi yang suka, jadi terasa nikmat... hm.. ah... :-)
tapi bagi yang ga suka, malah jadi batuk dan liuer... uhuk.. uhuk...

salan perbedaan.
:)

 
On 7/25/06, Ananto < [EMAIL PROTECTED]> wrote:

Mas Wandy,
 
Sebenarnya ini maslah yang sangat sepele (menurut saya)... Saya sami' na wa atho'na dengan ulama A... sampeyan juga beitu, sami'na wa atho'na dengan ulama B... padahal pendapat antara ulama A dan ulama B sangat jauh berbeda (malah seakan akan bertentangan)
 
Kemudian, kalau kita tanya lagi... Ulama A akan berbicara bahwa pendapatnya bersumber dari madzab Ulama Besar A... demikian juga, Ulama B akan berkata bahwa pendapatnya bersumber dari madzab Ulama Besar B... (walaupun juga pendapatnya bertentangan)
 
Kemudian...
Madzab Ulama Besar A berpendapat: Pendapat saya, referensi nya dari sahabat Rosul A
Madzab Ulama Besar B berpendapat: Pendapat saya, referensi nya dari sahabat Rosul B
 
Kemudian...
Sahabat Rosul A (yang dijamin masuk surga) akan bicara bahwa ini referensi dari Rosul
Sahabat Rosul B (yg jg dijamin masuk surga) juga berbicara yang sama...
 
Kesimpulan???
Insya Allah semuanya bersumber dari Allah dan Rosulnya.... Mari kita salaman bareng2...
Ngopi... Ngemil Pisang goreng... sambil nyedot dji sam soe... mungkin lebih berguna....
 
wallahu a'lam bi showab....
orang awam ga bisa jawab....

 
On 7/21/06, wandysulastra < [EMAIL PROTECTED]> wrote:
Silakan Mas Ananto, itu semua adalah hak anda. Tugas saya hanyalah
menyampaikan apa yang sudah saya ketahui dan pelajari.

Kalau saya mau menyebutkan ulama2 yang tidak melakukan Tahlilan dan
juga melarang acara seperti itu banyak sekali lho Mas. Baik Ulama
sekarang maupun ulama2 terdahulu seperti yang sudah saya postingkan.
Mereka semua bertaraf ulama besar yang diakui dunia. Kalau saya sih
lebih suka sami'na wa atho'na kepada mereka yang saya sebutkan
tersebut... :)

Sekali lagi saya kutipkan lagi pendapat seorang ULAMA BESAR mengenai
hal semcam ini, "hal2 yang tampak baik dalam ibadah yang tidak ada
tuntunan syariatnya, tidaklah menjustifikasi bahwa amalan tersebut
menjadi baik dan boleh dilakukan."

Mudah2an ringkasan yang sudah saya buat mengenai sunnah dan bid'ah
bermanfaat buat rekan2 milis lainnya yang benar2 mau mempelajari dan
memahami Islam secara baik, sesuai dengan pemahaman ulama2
terdahulu. Tidak hanya sekedar taqlid, dan ikut-ikutan tanpa
didasari ilmu.

Wassalam

--- In keluarga-islam@yahoogroups.com, Ananto <[EMAIL PROTECTED]>
wrote:
>
> sampai dengan saat ini, dengan kadar dan kapasitas ilmu yg sangat
> terbatas... saya sami'na wa atho'na dengan para ulama... saya
tetep ngikut
> tahlilan karena pada saat saya berada di lingkungan seperti itu,
hati saya
> bener2 serrrr... terasa menyatu....
>
> gus mus, kiai ilyas, gus faqih, gus shollah dan lainnya masih
tahlilan
> koq... padahal tingkat keilmuan beliau jauh di atas kita2 yg sedang
> berdiskusi di sini...
>
> di dalam bacaan tahlil, banyak terkandung nilai2 yg sangat
positif...
> malahan tidak ada yg negatif sama sekali... lah, yg perlu
dikritisi sekarang
> mungkin adalah masalah 'pembebanan pada tuan rumah' yg seakan
memberatkan
> dengan menyediakan hidangan segala macem...
>
> silahkan dilanjut...
>
> salam,
>
>
> On 7/20/06, wandysulastra <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >
> > Nuhun Kang Ramdan atas perhatosanana.. :)
> >
> > Hal utama yang melanggar syariah dalam acara tahlilan kematian
> > adalah Berkumpul di rumah keluarga si mati dan memakan hidangan
yang
> > disediakan oleh keluarga si mati.
> >
> > Beberapa Dalilnya diantaranya adalah Hadits berikut,
> >
> > Berkata Abdullah bin Ja'far tatkala datang khabar bahwa Ja'far
> > telah terbunuh, Rasulullah SAW bersabda: "Bikinkanlah makanan
untuk
> > keluarga Ja'far karena telah datang kepada mereka hal yang
> > menyibukkan mereka" (HR Asy-Syafie dan Ahmad).
> >
> > Jadi justru seharusnya yang menyediakan makanan adalah tetangga
> > untuk keluarga yang kena musibah kematian, bukan yang terkena
> > musibah menyediakan makanan buat orang yang datang.
> >
> > Hadits yang diriwayatkan imam Ahmad dari Jabir bin Abdullah Al
> > Bajali dengan sanad yang shohih: "Adalah kami (para sahabat)
> > menganggap bahwa berkumpul di rumah ahli mayyit dan mereka
> > menyediakan makanan sesudah mayyit dimakamkan adalah
> > termasuk perbuatan meratap".
> >
> > Hadits diatas menerangkan bahwa berkumpul dan menghidangkan
makanan
> > dalam upacara kematian di rumah ahli mayyit adalah termasuk
meratap
> > yang dilarang (diharamkan) oleh agama.
> >
> > Riwayat lain menerangkan: Bahwa Jarir datang kepada Umar ra, lalu
> > Umar bertanya: "Adakah mayyit kalian diratapi? Dia menjawab:
Tidak,
> > lalu bertanya juga: Adakah orang-orang berkumpul di keluarga
mayyit
> > dan membuat makanan? Dia menjawab: ya, maka Umar berkata: "Yang
> > demikian adalah ratapan". (Al Mugni Ibnu Qudamah zuz 2 hal 43).
> >
> > Berdasarkan dalil2 tersebut, maka jumhur ulama berpendapat bahwa
> > berkumpul di rumah ahli mayyit dan makan-minum yang disediakan
oleh
> > keluarga mayyit adalah perbuatan bid'ah yang tidak sesuai dengan
> > sunnah.
> >
> > ----
> >
> > Sedangkan fatwa2 dari ulama madzhab Syafie yang berkaitan dengan
> > acara tersebut adalah sbb:
> >
> > 1. Di dalam kitab Fiqh I'anatut Talibin telah dinyatakan,
> >
> > "Ya, apa-apa yang dilakukan oleh orang yaitu berkumpul di rumah
> > keluarga mayat dan dihidangkan makanan untuk perkumpulan itu, ia
> > adalah termasuk bid'ah mungkarat (bid'ah yang diingkari agama).
Bagi
> > orang yang memberantasnya akan diberi pahala." (I'anatut Talibin,
> > syarah Fathul Mu'in : juz 2, hal 145)
> >
> > 2. Imam Syafie sendiri tidak menyukai amalan berkumpul di rumah
> > kematian sepertimana yang telah dikemukakan di dalam kitab al-Umm
> > (Kitab Karangan Imam Syafi'I yang masyhur) :
> >
> > "Aku tidak suka akan mat'am yaitu berkumpul (di rumah keluarga
> > mayat) meskipun di situ tiada tangisan kerana hal tersebut malah
> > akan menimbulkan kesedihan." (As-Syafie al-Umm : juz 1; hal 24)
> >
> > 3. Selanjutnya di dalam kitab I'anatut Talibin juga disebutkan
> > lagi, "Dan perkara yang sudah menjadi kebiasaan yaitu keluarga
mayat
> > menghidangkan makanan untuk para undangan yang berkumpul, adalah
> > satu perkara bid'ah yang tidak disukai agama (Islam). Hal ini
> > samalah seperti berkumpul di rumah keluarga kematian itu sendiri
> > karena terdapat hadits sahih yang telah diriwayatkan oleh Jarir
r.a
> > yang berkata, "Kami menganggap bahwa berkumpul di rumah keluarga
> > kematian yang menghidangkan makanan untuk jamuan para hadirin
adalah
> > sama dengan hukum niyahah (meratapi mayat) yaitu haram."
(I'anatut
> > Talibin, juz 2, hal 146)
> >
> > 4. Pengarang kitab I'anatut Talibin juga mengambil keterangan
sahih
> > di dalam kitab Bazzaziyah yaitu,
> > "Dan hal itu dibenci, menyelenggarakan makanan pada hari pertama
> > (kematian), hari ketiga, sesudah seminggu dan juga memindahkan
> > makanan ke tanah kubur secara bermusim-musim." (I'anatut Talibin,
> > juz 2, hal 146)
> >
> > 5. Di dalam kitab Fiqh Mughnil Muhtaj disebutkan:
> >
> > "Adalah, keluarga kematian yang menyediakan makanan dan orang
ramai
> > berkumpul di rumahnya untuk menjamu, merupakan bid'ah yang tidak
> > disunatkan, dan di dalam hal ini Imam Ahmad telah meriwayatkan
> > hadits yang sahih daripada Jarir bin Abdullah, berkata, "Kami
> > menganggap bahwa berkumpul di rumah keluarga kematian dan
keluarga
> > tersebut menghidangkan makanan untuk menjamu para hadirin, adalah
> > sama hukumnya seperti niyahah (meratapi mayat) yaitu haram."
> > (Mughnil Muhtaj, juz1, hal 26)
> >
> > 6. Di dalam kitab Fiqh Hasyiyatul Qalyubi dinyatakan, "Syeikh ar-
> > Ramli berkata, "Di antara bid'ah yang mungkarat (yang tidak
> > dibenarkan agama), yang dibenci apabila diamalkan sebagaimana
yang
> > telah diterangkan di dalam kitab ar-Raudhah, yaitu apa-apa yang
> > telah dilakukan oleh orang yang dinamakan "kifarah" dan hidangan
> > makanan yang disediakan oleh tuan rumah kematian untuk jamuan
orang
> > yang berkumpul di rumahnya sesudah kematian, serta penyembelihan
di
> > tanah kubur." (Hasyiyatul Qalyubi, juz 1, hal 353)
> >
> > 7. Di dalam kitab Fiqh karangan imam Nawawi yaitu kitab al-Majmu'
> > syarah Muhazab, menyebutkan, "Penyedian makanan yang dilakukan
oleh
> > keluarga kematian dan berkumpulnya orang yang ramai di rumahnya,
> > adalah tidak ada nasnya sama sekali, yang jelasnya semua itu
adalah
> > bid'ah yang tidak disunatkan." (an-Nawawi, al-Majmu' syarah
Muhazab,
> > juz 5, hal 286)
> >
> > 8. Pengarang kitab I'anatut Talibin juga turut mengambil
keterangan
> > di dalam kitab al-Jamal syarah al-Minhaj yang berbunyi seperti
> > berikut, "Dan di antara bid'ah mungkarat yang tidak disukai ialah
> > sesuatu perkara yang sangat biasa diamalkan oleh individu yaitu
> > majlis menyampaikan rasa duka cita (kenduri arwah), berkumpul dan
> > membuat jamuan majlis untuk kematian pada hari keempat puluh,
bahkan
> > semua itu adalah haram." (I'anatut Talibin, juz 2, hal 145-146)
> >
> > 9. Selanjutnya, pengarang kitab tersebut juga mengambil lagi
> > keterangan daripada kitab Tuhfatul Muhtaj syarah al-Minhaj yang
> > berbunyi, "Sesuatu yang sangat dibiasakan oleh seseorang dengan
> > menghidangkan makanan untuk mengundang orang ramai ke rumah
keluarga
> > kematian merupakan bid'ah yang dibenci sebab ada hadits yang
telah
> > diriwayatkan oleh Jarir yang berkata, "Kami (para sahabat nabi
> > Sallallahu `alaihi wasallam) menganggap bahwa berkumpul di rumah
> > keluarga kematian dan keluarga tersebut menghidangkan makanan
untuk
> > majlis itu adalah sama dengan hukum niyahah yaitu haram."
(I'anatut
> > Talibin, juz 2, hal 145-146)
> >
> > 10. Pengarang kitab tersebut mengambil lagi fatwa dari mufti
mazhab
> > Syafie, Ahmad Zaini bin Dahlan,
> >
> > "Dan tidak ada keraguan sedikit pun bahwa mencegah umat daripada
> > perkara bid'ah mungkarat ini sama seperti halnya menghidupkan
sunnah
> > nabi Sallallahu `alaihi wasallam. Mematikan bid'ah seolah-olah
> > membuka pintu kebaikan seluas-luasnya dan menutup pintu keburukan
> > serapat-rapatnya karena orang lebih suka memaksa-maksa diri
mereka
> > berbuat hal-hal yang akan membawa kepada sesuatu yang haram."
> > (I'anatut Talibin, juz 2, hal 145-146)
> >
> > 11. Dan di dalam kitab Fiqh Ala Mazahibil Arba'ah
menyatakan, "Dan
> > di antara bid'ah yang dibenci agama ialah sesuatu yang dibuat
oleh
> > individu yaitu menyembelih hewan-hewan di tanah kubur tempat
mayat
> > di tanam dan menyediakan hidangan makanan yang diperuntukkan bagi
> > mereka yang datang bertakziah." (Abdurrahman al-Jaza'iri, al-
Fiqhu
> > Ala Mazahibil Arba'ah, juz 1, hal 539)
> >
> > Demikianlah di antara pendapat-pendapat para ulama Syafi'iyah
> > berkenaan selamatan atau kenduri arwah. Mereka telah
> > bersepakatbahawa amalan tersebut adalah bid'ah mungkarat atau
bid'ah
> > yang dibenci.
> >
> > Sedangkan untuk kegiatan mengirim pahala bacaan kepada si mati,
> > ulama Syafi'iyah telah bersepakat dan mempunyai satu pandangan
yang
> > teguh yaitu mengirimkan pahala bacaan al-Qur'an kepada si mati
> > adalah tidak akan sampai kepada si mati atau roh yang dikirimkan.
> >
> > Di bawah ini adalah sebagian daripada pendapat ulama Safi'iyah
yang
> > berkaitan dengan amalan tersebut. Pendapat-pendapat ini telah
> > diambil dari kitab-kitab tafsir, kitab-kitab fiqh dan kitab-kitab
> > syarah hadits.
> >
> > 1. Pendapat Imam Syafie rahimahullah.
> >
> > Imam Nawawi menyebutkan di dalam kitabnya, Syarah Muslim:
> >
> > "Adalah, bacaan al-Qur'an (yang pahalanya dikirimkan kepada
mayat),
> > maka pendapat yang masyhur dalam mazhab Syafie ialah amalan
tersebut
> > tidak akan sampai kepada mayat. Sebagai dalilnya, imam Syafie dan
> > para pengikutnya mengambil daripada firman Allah SWT (yang
> > artinya), "Dan seseorang itu tidak akan memperoleh melainkan
pahala
> > daripada daya usahanya sendiri."
> >
> > Serta dalam sebuah sabda Nabi Sallallahu `alaihi wasallam yang
> > bermaksud, "Apabila manusia telah meninggal dunia, maka
terputuslah
> > segala amal usahanya kecuali tiga daripada amalnya, sedekah
jariah,
> > ilmu yang dimanfaatkan dan anak (lelaki atau perempuan) soleh
yang
> > berdoa untuk simati" (an-Nawawi, Syarah Muslim : juz 1 hal; 9)
> >
> > Kemudian  imam Nawawi di dalam kitab Taklimatul Majmu', Syarah
> > Muhazzab juga mengatakan:
> >
> > "Adalah membaca al-Qur'an dan mengirimkannya sebagai pahala untuk
> > seseorang yang mati dan menggantikan sembahyang untuk seseorang
yang
> > mati atau sebagainya adalah tidak sampai kepada mayat yang
> > dikirimkan menurut Jumhurul Ulama dan imam Syafie." Keterangan
ini
> > telah diulang beberapa kali oleh imam Nawawi di dalam kitabnya,
> > Syarah Muslim. (as-Subuki, Taklimatul Majmu', Syarah Muhazzab:
juz
> > 10, hal; 426)
> >
> > Menggantikan sembahyang untuk si mati maksudnya adalah
menggantikan
> > sembahyang yang telah ditinggalkan oleh si mati semasa hidupnya.
> >
> > 2. Al-Haitami di dalam kitabnya, al-Fatawa al-Kubra al-Fiqhiyyah,
> > berkata:
> >
> > "Bagi seseorang mayat, tidak boleh dibacakan kepadanya apa-apa
pun
> > berdasarkan keterangan yang mutlak dari ulama Mutaqaddimin
> > (terdahulu) yaitu bacaan-bacaan yang disedekahkan kepada si mati
> > adalah tidak akan sampai kepadanya karena pahala bacaan tersebut
> > hanya pembacanya saja yang menerima. Pahala yang diperoleh dari
> > hasil suatu amalan yang telah dibuat oleh amil (orang yang
beramal)
> > tidak boleh dipindahkan kepada orang lain berdasarkan sebuah
firman
> > Allah yang berbunyi, "Dan manusia tidak memperolehi kecuali
pahala
> > dari hasil usahanya sendiri."  (Al-Haitami, al-Fatawa al-Kubra
al-
> > Fiqhiyah : juz 2, hal; 9)
> >
> > 3. Imam Muzani (Murid Imam Syafi'i), di dalam Hamisy al-Umm, juga
> > berkata:
> >
> > "Rasulullah Sallallahu `alaihi wasallam telah memberitahu
> > sebagaimana yang telah diberitakan dari Allah bahawa dosa
seseorang
> > akan menimpa dirinya sendiri seperti halnya sesuatu amal yang
telah
> > dikerjakan adalah hanya untuk  dirinya sendiri bukan untuk orang
> > lain dan ia tidak dapat dikirimkan kepada orang lain." (Catatan
kaki
> > al-Umm as-Syafie : juz 7, hal ; 269)
> >
> > 4. Imam al-Khazin di dalam tafsirnya mengatakan,
> >
> > "Dan yang masyhur di dalam mazhab Syafie adalah bahwa bacaan al-
> > Qur'an (yang pahalanya dikirimkan kepada mayat) adalah tidak
dapat
> > sampai kepada mayat yang dikirimkan" (Al-Khazin, al-Jamal : Juz
4,
> > hal ; 236)
> >
> > 5. Di dalam tafsir Jalalain telah disebutkan seperti berikut,
> >
> > "Maka seseorang tidak akan memperolehi pahala sedikit pun dari
hasil
> > usaha orang lain." (Tafsir Jalalain : juz 2, hal ; 197)
> >
> > 6. Ibnu Katsir di dalam tafsirnya, Tafsirul Qur'anil Azim telah
> > menafsirkan surah an-Najm ayat 39 sebagai berikut:
> >
> > "Yaitu sebagaimana dosa seseorang tidak boleh menimpa atas orang
> > lain begitu juga halnya seseorang manusia juga tidak bisa
memperoleh
> > pahala melainkan dari hasil usaha amalannya sendiri. Dan daripada
> > surah an-najm ayat 39 ini, Imam Syafie r.a dan para ulama yang
> > mengikutnya telah mengambil kesimpulan bahwa, pahala bacaan yang
> > dikirimkan kepada mayat adalah tidak akan sampai kepadanya karena
> > amalan tersebut bukan daripada hasil usahanya sendiri. Oleh sebab
> > itu, Rasulullah Sallallahu `alaihi wasallam tidak pernah
> > menganjurkan umatnya agar mengamalkan pengiriman tahlil. Baginda
> > juga tidak pernah memberikan bimbingan tersebut dalam nas atau
> > berupa isyarat di dalam hal tersebut. Tidak juga di kalangan para
> > sahabat ada yang melakukan amalan tersebut, dan sekiranya amalan
> > tersebut memang satu amalan yang digalakkan, tentunya mereka
telah
> > mengamalkannya terlebih dahulu, karena amalan untuk mendekatkan
diri
> > kepada Allah ada batasan-batasan nas yang terdapat di dalam al-
> > Qur'an dan sunnah Rasul Sallallahu `alaihi wasallam dan tidak
boleh
> > dipalingkan dengan qias-qias atau pendapat-pendapat ulama."
> >
> > Demikian yang saya ketahui Kang Ramdan, dan hal2 seperti diatas
ini
> > telah saya konfirmasikan kepada Ustadz dimana saya melakukan
kajian
> > agama, dan beliau pun mem-benarkannya.
> >
> > Wassalam
> >
> > --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, Ramdan <ramdan.ramdan@>
> > wrote:
> > >
> > > Kang Wandy,
> > > Apa sebaiknya dijelaskan mana saja dari kegiatan Tahlilan ini
yang
> > menurut
> > > Akang bertentangan bahkan dinilai haram oleh pemuka Madzhab
> > Syafi'i,
> > > termasuk Imam Syafi'i sendiri?
> > > Agar para langganan di warung ini jadi lebih mengerti.
> > >
> > > Jadi tujuannya untuk berbagi ilmunya tidak tanggung, gitu...
> > > he-he-he...
> > > sok mangga atuh...
> > >
> > > salam
> > > :)
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> > Ilmu merupakan harta abstrak titipan Allah Subhanahu wata'ala
kepada
> > seluruh manusia yang akan bertambah bila terus diamalkan, salah
satu
> > pengamalannya adalah dengan membagi-bagikan ilmu itu kepada yang
> > membutuhkan.
> > Janganlah sombong dengan ilmu yang sedikit, karena jika Allah
Subhanahu
> > wata'ala berkehendak ilmu itu akan sirna dalam sekejap,
beritahulah orang
> > yang tidak tahu, tunjukilah orang yang minta petunjuk,
amalkanlah ilmu itu
> > sebatas yang engkau mampu.
> > Yahoo! Groups Links
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
>







------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~-->
Great things are happening at Yahoo! Groups.  See the new email design.
http://us.click.yahoo.com/TISQkA/hOaOAA/yQLSAA/wDNolB/TM
--------------------------------------------------------------------~->


Ilmu merupakan harta abstrak titipan Allah Subhanahu wata'ala kepada seluruh manusia yang akan bertambah bila terus diamalkan, salah satu pengamalannya adalah dengan membagi-bagikan ilmu itu kepada yang membutuhkan.
Janganlah sombong dengan ilmu yang sedikit, karena jika Allah Subhanahu wata'ala berkehendak ilmu itu akan sirna dalam sekejap, beritahulah orang yang tidak tahu, tunjukilah orang yang minta petunjuk, amalkanlah ilmu itu sebatas yang engkau mampu.
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
   http://groups.yahoo.com/group/keluarga-islam/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
   [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
   http://docs.yahoo.com/info/terms/







__._,_.___

Ilmu merupakan harta abstrak titipan Allah Subhanahu wata'ala kepada seluruh manusia yang akan bertambah bila terus diamalkan, salah satu pengamalannya adalah dengan membagi-bagikan ilmu itu kepada yang membutuhkan.
Janganlah sombong dengan ilmu yang sedikit, karena jika Allah Subhanahu wata'ala berkehendak ilmu itu akan sirna dalam sekejap, beritahulah orang yang tidak tahu, tunjukilah orang yang minta petunjuk, amalkanlah ilmu itu sebatas yang engkau mampu.





YAHOO! GROUPS LINKS




__,_._,___

Kirim email ke