Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Ibu Sri yang ganteng tapi juga Baik..... :)
Kita lagi bicara soal HUKUM, khususnya FIQIH PERNIKAHAN.
Jadi bukan maksud saya membela mati2an mentang2 itu keponakan saya.
Ini kejadian sudah berlalu lebih dari 35 tahun yl, dan bagi saya ga
ada kepentingan samasekali dengan pembelaan.

Yang sedang saya bahas disni adalah dari SEGI HUKUM nya. Sekali lagi
SEGI HUKUMNYA terlepas masalah hubungan kekerabatan.
Siapapun dia, kalau kita bicara HUKUM itu BENAR sesuai DALIL (karena
dalil BATASAN UMUR MENIKAH ga ada), tak akan masalah kan?
Jadi bukan lantaran kejadian ini terjadi dalam keluarga, lantas
terkesan saya membelanya.
Terus terang bukan type saya orangnya yg suka dengan nepotisme bu,
apalagi sampai mati2an membela, apalgi dalam membicarakan hukum yang
berkaitan dengan agama. wahhhh ngga dehh bu, jau-jau deh... :)

Kedua, ibu ga usah MENJELEK2KAN ULAMA, sudah berkali2 saya bilang
JANGAN MENGHINA ULAMA SECARA PUKUL RATA.
ngerti ga PUKUL RATA ...? Tidak ada yang menjamin semua orang itu
bener bu, tolak ukur bener atau ngganya tergantung apakah kelakuannya
sesuai syariat apa ngga.

Bebicara soal HUKUM HALAL-HARAM harus ada dalil yang JELAS bukan samar2.
Kalau hukumnya ga ada, itu artinya halal.
Kalau yang HARAM dan LARANGAN2 dalam agama itu sudah jelas. sekali
lagi SUDAH JELAS.

Jadi sebetulnya aturan dalam agama ini banyakan yang HALAL daripada
yang HARAM.
Makanya ketika ga ada hukum haramnya atau ga ada larangannya, jangan
dibikin2 menjadi haram atau dilarang2.
Itu tandanya manusia yang sok bikin2 aturan. bukannya tunduk pada aturan.

Menikah itu TIDAK DIBATASI UMUR, jadi berapapun usia menikah maka
TIDAK HARAM dan TIDAK DILARANG, 
Bercerai itu TIDAK DILARANG dalam Islam, jadi walaupun perceraian
DIBENCI, bukan berarti DILARANG atau HARAM.

itulah pointnya....

Demikian, bu...:)
maka diskusi soal ini saya TUTP aja yah, karena terlalu sering
dicondongkan dengan alibi pembelaan kepentingan.
Padahal bukan itu yang saya cari, tapi saya hanya membicarakan MASALAH
HUKUM dari sudut FIQIH.

Dan saya tidak membodohi ibu sri, justru saya lagi mengajak ibu sri
untuk menjadi lebih pintar.
Apa untungnya saya  mengakali atau membodohi ibu untuk mencari
pembenaran ?
Justru saya mengajak ibu untuk menjadi lebih pintar bahwa ini
sebenarnya pemahaman fiqih tingkat tinggi dan memang jarang dibahas di
tingkat umum (eksklusif).
Bukan fiqih biasa seperti yang selama ini kita kenal.

OK ? Kita tutup diskusi ini ya dengan mengucapkan : Alhamdulillah....

Wassalam,
Arland-Jkt.


--- In keluarga-islam@yahoogroups.com, sri sunarsih <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> kepada temen temen.. saya sangat setuju dengan alasan menikah untuk
menghidari fitnah dan menyambung tali silaturahim,, justru yang saya
pertanyakan,, kenapa umur 4 tahun seorang bayi status udah janda alias
di ceraikan,, tujuan awal pernikahan tadi terus apa kalau umur 4 tahun
aja bayi udah janda,, mungkin ada temen yang bisa menjelaskan
secara sederhana,,, coba lah pada berfikir secara jernih,,
sebenarnya disini yang membela diri mati matian itu siapa dan yang
mencari jawaban atas kasus ini siapa,,,, jangan sampai kesan diskusi
ini untuk mengakali atau membodohi atau mencari pembenaran,,karena
yang punya kasus orang deketnya atau saudaranya,,sekali lagi disini
mencari ilmu atau share bagi yang punyailmu lebih,, jadi di harapakan
bagi yang paham kasus tersebut berfikir secara akal sehat.. ,, saya
udah tanyakan kasus ini kepada 2 orang ustadz yang jelas pendapat
mereka mengatakan si HABIB sangat ZALIM terhadap BAlita,,  itu
pendapat 2 orang ustadz,,
>  yang satu ustadz adalah sangat cukup terkenal,, dan saya nggak
perlu menyebutkan namanya,tanpa mengurangi rasa hormat terhadap
HAbib,,, tolong kita smua berfikir secara jernih atas kasus ini,,
sebenarnya yang punya ilmu agama tinggi apa mereka di jamin bener
kelakuannya,,  sangat kwatir kalau umat islam dikit dikit mengatakan
HABIB, ULAMA, KYAI, USTADZ, SYEH,, sementara kelakuan dia tidak
mencerminkan ulama yang sesenugguhnya. apa kita tetap mebela mati matian?
> kupikir udah gak perlu lagi di bahas kasus ini,, sabagai manusia
yang punya akal sehat tentu bisa memilih mana habib yang bener dan
mana yang habib habiban, atau mana ulama yang bener dan mana yang
ulama jadi jadian,, di kembalikan kemasing masing aja,, 
>  
> wassalam 
> jeng sri
> 
> --- Pada Jum, 7/11/08, encosid <[EMAIL PROTECTED]> menulis:
> 
> Dari: encosid <[EMAIL PROTECTED]>
> Topik: [keluarga-islam] Bls: bukti bukti IBU SRI, gadis, pake "OTAK"
> Kepada: keluarga-islam@yahoogroups.com
> Tanggal: Jumat, 7 November, 2008, 7:30 AM
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> ALLAH maha tahu & maha bijaksana yang menurunkan Al qur'an &
mengutus rasulnya yang memberi petunjuk yang universal, untuk sampai
akhir zaman
> 
> hikmah tidak ada angka usia pada Al qur'an karena manusia itu tidak sama
> 
> kalau wanita belum haid, berarti belum usianya cukup untuk "kawin",
secara biologis, usia wanita mulai menstruasi berbeda2, saat ini saja
11 - 14 tahun, dan sangat mungkin 200 tahun yang akan datang usia itu
berubah, bisa lebih muda atau bahkan lebih tua.
> 
> apa lagi dilihat dari aspek psikologis dan pengetahuan2 tentang
hidup berumah-tangga, seperti : hubungan suami-istri yang sehat,
kehamilan yang sehat, cara mendidik anak yang sholeh, dll. 
> 
> suatu masalah kalau tidak ada dalil nagli-nya, maka digunakan dalil
aqli, ilmu & pengetahuan, itu gunanya Allah memberi kita "OTAK"
> 
> 
> Arland <[EMAIL PROTECTED] co.uk> wrote:
> 
> 
>

Kirim email ke