On Mon, 6 Mar 2000 [EMAIL PROTECTED] wrote:
> - Mahasiswa BUKAN anak SMU yang harus disuapi ilmu !!, harus di beri
> rumus-rumus yang lengkap
> - Mahasiswa = terdiri dari dua kata Maha  dan Siswa , kalo yang namanya
> Maha berarti "lebih" seharusnya siswa yang lebih berfikir dewasa, kreatif,
> mandiri (bukan ujian mandiri, red) dan disiplin.
> - Mahasiswa HARUS memiliki tujuan dari hidupnya dia sendiri ( contoh : saya

Saya sepakat dg Bung Warsono (gile... pakai Bung aja biar terkesan
egaliter..)  Jadi :

- Mahasiswa itu memang beda dg siswa (dan atributnya lho).  Jadi kalau
  siswa cenderung belajar di"guide" guru yang berfungsi sebagai
  instruktur.  Mahasiswa belajar dengan diberi arahan dari dosen yang 
  berfungsi sebagai fasilitator... (istilahnya cuma nunjukkin.. nih loe
  baca buku ini.. nih loe baca buku itu...)

- Mahasiswa itu diharapkan memiliki independensi (bukan saja dalam artian
  politik tetapi juga dalam artian tanggung jawab).  Artinya mereka bebas
  memilih cara mana (mau nyontek, ngerjakan tugas dsb), akan tetapi 
  tanggung jawab kualitas pendidikan yang mereka terima adalah di tangan
  mereka sendiri.

Kondisi mahasiswa yang diharapkan "maha" dan kenyataannya ada yang tetap
"siswa" sering kali membuat para dosen menjadi "kagok".   

- Ingin mengajar dan menempatkan mahasiswa sebagai "maha" yang tidak harus
  selalu disuapin tetapi kadang malah menjadikannya "dianggap tidak becus
  mengajar.  Misal sang dosen tidak mau mengajar secara detail,.. hanya
  menunjuk point utama.  Mahasiswa akan bilang.. ah dosennya males,
  ngajarnya nggak detail....

- Ingin memberikan "pilihan jalan" kepada mahasiswa yang nantinya "bebas"
  dipilih sang "mahasisswa" ternyata dapat berakibat buruk, yaitu
  mahasiswa tersebut memilih jalan tanpa "membaca resikonya". Misal
  "Ujian Mandiri" dll.

- Ingin memberikan fasilitas lebih bebas ternyata "mahasiswa" sering
  meng-abuse.. (jadi tidak keliatan maha-nya).  Sebagai contoh di sini
  perpustakaan sangat bebas,,. tapi tak ada mahasiswa yang menyobek,
  membawa kabur buku...dll (mungkin masih ingat cerita bung Warsono, ttg
  mahasiswa memainkan tombol lift....)

Saya sendiri lebih suka menganggap "mahasiswa" itu "maha".. walau
kenyataanya tidak semuanya tapi...ya anggap aja gitu.. jadi lama-kelamaan
semua mahasiswa sadar.. bahwa mereka sudah "maha"...8-)

Tetapi repotnya kadang banyaknya mahasiswa yang belum merasa "maha"
(terutama kalau sampai pada kewajiban... he.h.e beda kalau berkaitan
dengan hak... semuanya pengen jadi "maha").. seringkali lebih membuat
repot pihak sekolah (misal dalam hal penyediaan fasilitas dsb).

> DOSEN
> - Kita tidak dapat menyimpulkan dosen itu enggan mengajar, begitu saja :)
> ini karena banyak faktor terutama menyangkut masalah pribadi si dosen itu
> sendiri,

Dosen enggan mengajar.. atau bisa mengajar sangat relatif.. sebagian besar
dosen memang mengajar dg berpatokan pada silabus, banyak juga yang
"bervariasi".

Tapi banyak juga yang "patah" semangat karena respon yang diberikan oleh
para mahasiswa.  Jadi banyak para dosen yang "awalnya" begitu bersemangat
ingin mengajar.. dg materi tambahan.  Akan tetapi ketika melihat
"response" mahasiswa misal (saling ngobrol), diberi tugas malas-malasan.
Semangat yang tadinya berkobar-kobar itu menjadi hilang terbawa angin
malam..he.he.he.

Saya sendiri tergolong yang "selalu semangat" bukan karena apa-apa,..
karena itu kebutuhan saya sendiri...8-)  (masalah mahasiswa mau respons
atau nggak itu no problem.. jadi sama dengan kasus... saya kutak-katik
Linux .. apa ada orang yang mau beli/pakai itu no problem.. yang penting
saya udah belajar.... ).

Begitu juga "berinteraksi" dg mahasiswa baik via milis, ataupun langsung..
bukan karena saya ingin "mengajar yang baik" tapi terus terang adalah
kebutuhan pribadi saya yang memang senang "ngecharge otak saya" dg cara
banyak bergaul ama para mahasiswa. 

Nah akan tetapi tentunya tidak semua dosen memiliki pandangan atau
"kecuekan" melihat respons yang kurang bersemangat dari mahasiswa.  Jadi
bisa kita sadari salah satu penyebab "berkurang" semangatnya dosen
mengajar adalah "response" mahasiswa juga.

Jadi memang seperti telor dan ayam...8-).  Sering saya yang ingin menambah
materi baru.. dan mendapat jawaban dari rekan dosen lainnya... ngapain
ditambahin.. lha gitu aja mahasiswa juga pada nggak "nyimak"...
(sebetulnya saya juga nggak setuju dg cara pandang dosen seperti ini..tapi
saya mencoba memahami kenapa rekan-rekan tersebut menjadi kurang
bersemangat untuk menambah materi...)

> - Maksudnya berbeda sedikit langsung out seperti apa ?? kalo MHS itu
> sendiri yang memang TIDAK LAYAK disebut mahasiswa kenapa musti di
> ngadain misal ngadain dialog terbuka dengan rektor ???? atau civitas
> akademika yang lain ???

Menurut pengalaman saya... Gunadarma termasuk institusi yang paling bisa
menerima "perbedaan pendapat bawahan"... 8-).  Saya tergolong yang sering
berbeda pendapat.. baik sejak "mahasiswa" hingga jadi staff.


> YAYASAN
> - Kalo dibilang profit mungkin ada benarnya, karena setiap institusi butuh
> untuk membiayai hidupnya, ideal sih kuliah di gunadarma gratis gitu ya :)
> ini saya juga setuju sekali itung-itung ikut mencerdaskan kehidupan bangsa

Suatu yayasan pendidikan memang harus dikelola secara "business oriented"
(dalam arti sebenarnya..) tentunya mana profit mana cost harus kita
letakkan dalam kerangka sistem pendidikan. Bukan dalam arti "untuk
keuntungan pribadi lho"..  

Pandangan secara "business oriented" ini akan menempatkan Yayasan agar
berani melakukan investasi (misal menyekolahkan SDM-nya..he.he.he),
pemasaran, menekan cost.. dan juga melakukan pertimbangan pembiayaan yang
lebih "teliti".  (Saya jadi membandingkan pengalaman pribadi mengajukan
anggaran di Gunadarma dan di PTN...8-).  (silahkan baca tulisan mengenai
enterpreneur university di homepage saya...

Sebisa mungkin malah jangan sampai membebani pemerintah.. dengan kata lain
semua kegiatan "self supported".  Nah sekarang khan terlihat bagaimana
sulitnya mengelola institusi pendidikan.  Dengan dihapusnya bantuan
pemerintah.. maka sekarang PT-PT mulai "gelagapan"... hal ini menunjukkan
karena sebelumnya pengelolaannya tak berorientasi pada "business" (artinya
dana dihabiskan laporan masuk.. dan selesai.. jadi lebih mirip kepada
"birokrasi").  Sekarang mau tidak mau harus mulai dengan pemikirna "ala
business".

"Gunadarma" termasuk ketat dalam pemeriksaan anggaran kalau kita
mengajukan peralatan dan kegiatan.. Tapi ini adalah benar (misal praktikum
kita harus menghitung berapa lama alat tersebut terpakai, dan berapa
total mahasiswa yang dilayani....dst....).  Tetapi justru dengan cara
seperti itu.. maka ketiadaan bantuan dana dari pemerintah tidak menjadi
kendala besar.  

> - Kalo memang ada "oknum" yang menjual "kupon" UM seharga Rp. 2.000.000,-
> saya rasa gunadarma TIDAK mentolelir perbuatan tersebut, ini bisa
> dilaporkan tapi jangan lupa bawa BUKTI Tertulisnya :) biar kuat, nanti kalo

Betul... saya setuju. kalau ada yang seperti itu laporkan saja...!!!!!!
Tapi dengan BUKTI....

> - Tidak mampu bersaing dengan pendidikan dunia inernasional ?? hehehee..
> saya fikir kenapa kok ada orang UG yang kerja di LN/ sekolah lagi di LN ??
> bersaingnya itu seperti apa ?? apakah anda yakin perguruan tinggi swasta

He.he.h.e. saya jauh-jauh datang ke Jerman.. pengen belajar.. malah
disuruh ngebimbing Dipl Ing..8-) padahal di Indonesia belum boleh
ngebimbing S1 (Sarjana...).. nah jadi "standard" Gunadarma nggak bisa
dibilang buruk-buruk amat..lho...

Memang sulit menilai "kualitas" (apalagi tolok ukur lain... misal di
Jerman ini lulusan Uni tidak paham pengetahuan praktis.. itu adalah
wajar...he.he.he. sedangkan menurut orang Indonesia.. mungkin saya
tergolong.. dosen yang bodoh.. karena tidak tahu pakai MS Offfice, dan
Windows NT).  Begitu juga dengan respons dan kemandirian mahasiswa.. ini
yang jelas membedakan hal tersebut.

Jadi memang semua-semuanya kembali ke para mahasiswa-nya... kalau memang
merasa Gunadarma kurang menyediakan atmosfir yang "kondusif" (secara jujur
saya bilang malah Gunadarma lumayan baik... di banding PTS lainnya). Ya
giatlah secara mandiri untuk mempersakti diri...  Misal bikin kelompok
studi sendiri, gabung KPLI 8-), kutak-katik Open Source software... aktif
diskusi di milis...dsb.  Khan kalau anda tidak bertemu dengan dosen di
kampus yang "memuaskan" anda masih dapat bertemu dg rekan-rekan lainnya
yang dapat memberikan pengetahuan.

Kata Mat Bianco.. "Don't blame it on that girl....."

IMW



* Gunadarma Mailing List -----------------------------------------------
* Archives     : http://milis-archives.gunadarma.ac.id
* Langganan    : Kirim Email kosong ke [EMAIL PROTECTED]
* Berhenti     : Kirim Email kosong ke [EMAIL PROTECTED]
* Administrator: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke