On Mon, 6 Mar 2000, Mark Rompies wrote:

> hehehe..namanya juga masih belajar Pak...biar ngak panjang sekalipun, bisa
> saja ada yang ngak benar :)

Kayak program aja.. 1 line pun ada kemungkinan bug  8-)

> > tinggi, buktinya banyak lulusan UG yang kerja di Luar Negeri ataupun yang
> > meneruskan kuliah di LN :)
> 
> hmm...bukankah UM baru dimulai? bisa dilihat dampaknya mulai sekarang ini,
> bila tak segera dibenahi

Ini sulitnya (sistem pendidikan itu baru bisa dirasakan akibatnya setelah
lewat 10 tahun) jadi bisa saja (pada kasus Ujian Mandiri)

- Misal sekarang pelaksanaannya kurang baik, tetapi setelah jalan 5 tahun
  UM ternyata pelaksananaanya lebih baik dan tepat ke sasaran (seperti
  posting saya pertama... yaitu setelah dibarengi dg mekanisme pembuatan
  soal dan kesadaran mahasiswa).  Nah tentu UM menjadi pilihan yang tepat
  dan "keberanian" memulainya sebagai pilihan yang tepat. (sebagai contoh
  kasus sarjana non skripsi.. sekarang malah banyak PTN yang meniru)

- Misal ternyata pelaksanaannya "makin buruk"... nah bisa saja setelah 10
  tahun malah makin konyol.... nah seperti ini yang harus dicegah.

Memang resiko sebagai "pendahulu" akan menghadapi situasi seperti itu.
Jadi karena ada dua kemungkinan yang baik dan buruk..ketimbang di "stop"
atau "tidak" lebih baik kita kembalikan kepada pertimbangan :

- Apakah konsepnya baik 

- Kalau implementasi yang salah.. mana yang salah dan diperbaiki sehingga
  setelah 10-20 tahun Ujian Mandiri telah berevolusi dan menjadi suatu
  pilihan yang "menolong" mahasiswa, dan bukan "menjerumuskan" mahasiswa.

> Dan ternyata bukan hanya perasaan si dosen, memang pada kenyataannya
> situasi belajar mengajar di dalam kelas menjadi lain, suasana intelektual
> tidak ada lagi, di dalam maupun di luar kelas.

Kalau saya terus terang dalam situasi seperti ini kembali lagi ke "Dosen
dan mahasiswa-nya".  Artinya dalam kondisi "tanpa" Ujian Mandiripun banyak
mahasiswa yang tidak memberikan "respons" semestinya misal  Dalam kondisi
tanpa Ujian Mandiri-pun banyak juga dosen yang tak memberikan "kuliahnya"
dengan semestinya...

Respon yang kurang dari mahasiswa misalnya :
- Tak mengerjakan tugas (mending nyontek temen aja)
- Tidak membaca  (nunggu ujian aja)
- Malas berdiskusi dll. (mending ngobrol soal lainnya aja di klas)

Memang kondisi ini lebih tepatnya disebabkan oleh kondisi "masyarakat
kita" yang belum menempatkan "Mahasiswa" sebagai makhluk yang "dewasa"
(dalam arti mengerti hak dan kuajibannya... )

> Namun yang saya utarakan adalah, Gunadarma dicap sebagai organisasi yang
> motivasi utamanya mencari keuntungan, bukan lagi "Yayasan Pendidikan".
> Melihat implementasi UM sedemikian rupa, pantaslah orang mencap seperti itu.

Sebetulnya soal cap-mencap.. ini sangat relatif.. (saya inget dulu jaman
kuliah di UI.. saya dianggap mahasiswa yang "dicap" cari duit aja.. karena
lebih memilih jadi asisten atau jadi dosen di Gunadarma bukannya di
UI)..tanpa orang mencoba memahami apa sebetulnya...alasan saya...ternyata
khan perjalanan waktu yang menilai semuanya...),

Memang terkadang berani "berbeda" bisa menimbulkan cap yang macam-macam...
8-).  Nah mungkin situasi seperti ini jugalah yang sering menimpa istitusi
pendidikan. 

> menunggu kesadaran sekelompok besar mahasiswa yang dininabobokan untuk
> tidak sadar. Alangkah baiknya bila kedua belah pihak yang terlibat dalam
> lingkaran pendidikan UG turut bertindak: pihak pertama belajar dengan baik

Cara lainnya adalah sekalian saja mahasiswa diberikan "kebebasan"...
he..he.he.he sehingga belajar beresiko...  Jadi dg kata lain 

"You.. selewengkan kebebasan.. you.. yang terima resikonya (misalnya dicap
jelek dsb) sehingga diharapkan masing-masing mahasiswa akan saling
mengingatkan... 8-)

Biasanya ini lumayan "mujarab".. sama seperti di kelas sering saya
sering bilang....

"Psst jangan ribut donk.. tuh temennya mau belajar.. kalau kamu ribut khan
temen kamu yang capek-capek datang pengen belajar.. jadi nggak denger..."

Memang seringkali.. hal tersebut nggak bekerja seperti yang diharapkan..  
karena kondisi sudah terlanjur "buruk"... dan ini sebetulnya.. sekelompok
mahasiswa lah yang "mengganggu" tujuan baik (itikad) baik mahasiswa yang
lainnya. 

Karena nila setitik rusa susu sebelanga 8-) 

Biasanya kalau memang kondisi sudah buruk "langkah ekstreem" 
diperlukan...8-)

IMW

NB : kalau mahasiswa juga tidak mau dinina-bobokkan oleh MS.. sekarang
     lah saat yang tepat untuk mendukung Open Source Campuss Agreement..
     .....he.he.he.h


* Gunadarma Mailing List -----------------------------------------------
* Archives     : http://milis-archives.gunadarma.ac.id
* Langganan    : Kirim Email kosong ke [EMAIL PROTECTED]
* Berhenti     : Kirim Email kosong ke [EMAIL PROTECTED]
* Administrator: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke