On Fri, 6 Jun 2003, Marhaena wrote:
> semuanya dengan semestinya dan tidak terpengaruh oleh kondisi lingkungan
> atau sistem yg berlaku.  Tetapi berapa banyak orang2 yg unggul tersebut yg
> ada dalam masyarakat kita yg jamak, mungkin tidak lebih dari 10%.  Apakah
> kita menilai suatu masyarakat dari yg minoritas?  Tidak kan?  Kita selalu
> menilai masyarakat dari yg mayoritas, misalnya, negara ini dianggap negara
 ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
> korup karena mayoritas orang2 kita memang korup.  Dan kita semua tau, tidak
> semua orang di indonesia tercinta ini korup, tetapi tetap saja kita dinilai
> sebagai bangsa yg korup.

Hm saya menjadi membaca semacam kontradiktif di sini, di satu sisi anda
tidak terima bahwa turunya policy atas pembatasan fasilitas (misal
perpustakaan, dsb) akibat perilaku "mayoritas" mahasiswa.  Sedangkan di
paragraf di atsa, Anda mengharapkan kita tidak menilai berdasarkan
minoritas.

Saya pribadi tidak suka menilai berdasarkan mayoritas atau minoritas saja,
tetapi lebih kepada esensinya.

> bangsa yg lebih baik.  Dan langkah awalnya adalah menjatuhkan SISTEM orde
> baru yg sudah mengakar... lalu dibuat sistem baru yg dapat memajukan bangsa
> ini... dengan sistem yg bagus dan 10% orang yg tidak korup bangsa ini bisa
> lebih maju karena bisa mencetak bangsa menjadi bangsa yg tidak korup.

Ada 2 pendekatan sistem

1. Sistem memiliki struktur yg ketat 
2. Sistem memiliki struktur yg tak ketat dan otonomus

Pada sistem ke 1 (seperti yg anda sebutkan di atas, yg penting sistemnya
baik), sedang pada sistem ke 2, tiap komponen melaksanakan tugasnya secara
"self disiplin" sehingga sistem secara keseluruhan menjadi baik (emergence
properties).  Di dunia ini tak ada sistem yg berada di ujung extreem yg
ada adalah di antara kedua ujung extreem tersebut.

Sistem ke 1, memiliki kelemahan tidak flexible.  Sedankgan sistem ke 2
memiliki kelemaham membutuhkan disiplin ketat dari komponennya.
Mengahrapkan terbentuknya sistem baru (struktur baru) yg baik tanpa
mengharapkan perubahan komponene di dalamyna adalah sulit, kecuali
dilakukan "tangan besi secara total".

> Ungkapan sangar itu kemudian diulang selama bulanan lewat koran dan
> televisi, merupakan bagian dari kampanye pemerintah untuk melenyapkan
> korupsi yang telah tertungkus lumus hingga menempatkan Cina digugus teratas
> negara paling korup di dunia."

Teknik ini mirip teknik yg digunakan "Hitler" dalam menakut-nakuti orang
Jerman.  Di dekat kota saya ada satu kastil yg merupakan bekas pusat SS.
Dahulu orang Yahudi ditangakap dan disuruh bekerja tanpa diberi makan (utk
percobaan seetelah berapa hari baru mati).  Mereka berjalan melewati
perkampungan penduduk.  Dan seringkali ketika mereka berjalan mereka jatuh
mati, dan para penduduk melihat.  Dengan cara seperti ini jelas penduduk
tak berani melawan Nazi.  Dg cara ini pula Nazi walau minoritas bisa
menguasai rakyat Jerman.

> Bagaimana kalau "sistem semacam ini" diterapkan di Gunadarma, semuanya bisa
> lebih baikkan, dan bukan hanya individu2 yg "unggul"...
> Dan kita butuh orang2 "unggul" untuk membuat dan membentuk sistem yg dapat
> membenahi masyarakat baik kampus maupun umum.

Model reward sebetulnya banyak diberikan GUnadarma (beasiswa, kesempatan
proyek, dsb) Sayangyna model reward ini telah atau seringkali kalah dg
"gambaran" yg ada di masyarakat (orang Sosiologi bilang hukum Zipf).
Contohnya telah diberikan gambaran bahwa orang yg memiliki inisiatif
bisnis dsb akan dibeerikan kesempatan di inkubator, toh tak banyak yg
tertarik.  

Saya sendiri malah melihat mahasiswa lebih banyak dipengaruhi model reward
(di benaknya) akibat gambaran yg diterima di masyarakat bukan di kampus
(reward terbaik, misal kalau jadi selebritis seketika.he.h.e.he)

> Manajemen memang sulit, tapi hal ini lah yg harus diperbaiki secara terus
> menerus ("continues improvement") untuk dapat berkembang menjadi lebih baik.

Utk situasi Indonesia, sering yg "Baik" disebut tidak baik, hanya karean
yg lain tidak melakukan hal itu..he.h.eh banyak contohnya, misal "resource
sharing" yg terjadi di Gunadarma.. Karena sebagian besar Uni tak melakukan
maka sering disebut Gunadarma salah dan tidak baik, dan harus
berubah..he.he.eh.  

Justru itu mayoritas tak selamanya benar 8-)

IMW


* Gunadarma Mailing List -----------------------------------------------
* Archives     : http://milis-archives.gunadarma.ac.id
* Langganan    : Kirim Email kosong ke [EMAIL PROTECTED]
* Berhenti     : Kirim Email kosong ke [EMAIL PROTECTED]
* Administrator: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke