TEMPO edisi 21 - 27 Juni 1999, halaman 24, "Tolakan dari Kursi Islam".

Saya cuplikkan sedikit isinya yang menerangkan bahwa PPP dan kroninya
membikin syarat tegas untuk presiden mendatang: putra terbaik bangsa
beragama Islam. "Namanya saja putra. Kan, Anda tahu sendiri, bukan
perempuan," kata seorang pengurus kepada TEMPO.

Pernah suatu ketika Megawati dikatakan "bodoh". Namun menurut saya hanya
orang bodoh yang mengatakan orang itu bodoh. Paragraf di atas membuktikan
hal itu.

Dalam bahasa Indonesia yang disebut "putra" artinya anak. Tidak membatasi
jenis kelamin. Hanya dewa dan dewi perkecualiannya. Jika "putra"
dipelesetkan menjadi "putri" hanyalah masalah tradisi. Misalnya, Maria dan
Mario, Paula dan Paolo, Agustina dan Agustino/Agustinus, Indro dan Indri,
dll.

Hal ditemukan juga pada "mahasiswa". Pernahkah Anda menemukan "Kartu
Mahasiswi" di kampus? Ada Menteri Pemuda bukan Menteri Pemuda dan Pemudi.
Ada "Sumpah Pemuda" bukan "Sumpah Pemuda dan Pemudi".

Saya sendiri menjadi heran, membuat pernyataan saja tak becus, bagaimana
kalau mengendalikan negara?

Wassalam,
Efron

Kirim email ke