Kalau Anda punya anak yang sekolah di sana tinggal kasih tau yang Anda tau. Supaya si anak tau bahwa sekolah bukan satu-satunya sumber pengetahuan.
--- "Wong" <wong_gendeng05@...> wrote: > Ainun Najib mengajak kita untuk tidak membanding bandingkan agama. > Tapi nyatanya dalam kurikulum di sekolah sekolah Islam sejak > tingkat tsanawiyah sudah di ajarkan Ilmu Perbandingan Agama, iki > piye? > > Rahayu > > > --- "suryana" <gsuryana@...> wrote: > > > Istri Tetangga > > Saya teringat waktu lebih dari 15 tahun yang lalu ketika belajar > > di > > Jogja. > > Waktu itu, tiap Rabu malam, saya dan teman-teman memilih nglurug > > ke patang-puluhan, rumahnya Cak Nun (Nurcholis Majid) , ini > > panggilan akrabnya penyair itu dan Kiai mBeling Emha Ainun Nadjib. > > > > Kami bikin forum melingkar di situ. Biasanya kami bicara soal > > kesenian atau kebudayaan, tapi juga ngobrolin soal keagamaan. > > Forum itu diprakarsai oleh Sanggar Shalahuddin. Komandannya anak > > Solo, Nasution Wahyudi. Ini nama asli Jawa, nggak ada hubungannya > > dengan Nasution yang dari Medan. Pesertanya juga tidak cuma > > mahasiswa atau pemuda yang beragama Islam. Pendek kata, pemeluk > > berbagai agama berkumpul melingkar di situ. > > > > Suatu malam, Cak Nun tanya pada kami di forum itu, "Apakah Anda > > semua punya tetangga? " Wah, saya sebenarnya belum punya. Tetapi > > saya anak kost, tentu saja kamar sebelah saya bisa disamakan > > dengan tetangga. Tetangga kost. Jadi saya ikut-ikutan saja > > menjawab: "Tentu saja punya". Cak Nun melanjutkan bertanya: > > "Punya istri enggak tetangga Anda? " Sebagian hadirin menjawab: > > "Ya, punya dong" > > Saya diam saja. Rasanya tetangga kost saya bujangan semua. > > Kebanyakan jomblo. > > Maklum anak desa. Nggak pede ngajak pacaran teman kampusnya. Yang > > menarik adalah pertanyaan berikutnya: "Apakah Anda pernah lihat > > kaki istri tetangga Anda itu..? > > Jari-jari kakinya lima atau tujuh; mulus atau ada bekas > > korengnya ?" > > > > Saya mulai kebingungan. Nggak ngeh sama arah pembicaraan Cak Nun. > > Kebanyakan menjawab: "Tidak pernah memperhatikan Cak. Ono opo > > Cak?" Cak Nun ndak peduli. Dia tanya lagi: "Bodynya sexy enggak?" > > Kami tak lagi bisa menahan tertawa. Geli deh. Apalagi saya yang > > benar-benar tidak faham arah pembicaraan itu. Cuma Cak Nun yang > > tersenyum tipis. > > > > Jawabannya bagus banget. Dan ini senantiasai saya ingat sampai > > hari ini. > > Sebuah prinsip pergaulan untuk sebuah negeri yang memilih > > Pancasila sebagai azas tunggal: "Jadi ya begitu. Jari kakinya mau > > lima atau tujuh. Bodynya sexy atau tidak, bukan urusan kita, kan? > > Tidak usah kita perhatikan, tak usah kita amati, tak usah kita > > dialogkan, diskusikan atau perdebatkan. Biarin saja!" > > > > "Kenapa, Cak ?" salah satu teman bertanya, penasaran. "Ya apa > > urusan kita ? " > > Sebab, keyakinan keagamaan orang lain itu ya ibarat istri orang > > lain. Ndak usah diomong-omongkan, ndak usah dipersoalkan benar > > salahnya, mana yang lebih unggul atau apapun. Tentu, masing- > > masing suami punya penilaian bahwa istrinya begini begitu > > dibanding istri tetangganya, tapi cukuplah disimpan didalam hati > > saja." > > > > Saya pun menangkap apa yang dia maksudkan Cak Nun. Saya setuju > > dengan pandangan itu. Dia melanjutkan serius: "Bagi orang > > non-Islam, agama Islam itu salah. > > Dan itulah sebabnya ia menjadi orang non-Islam. Kalau dia > > beranggapan atau meyakini bahwa Islam itu benar ngapain dia jadi > > non-Islam? Demikian juga, bagi orang Islam, agama lain itu salah, > > justru berdasar itulah maka ia menjadi orang Islam. > > Tapi, sebagaimana istri tetangga, itu disimpan saja di dalam > > hati, jangan diungkapkan, diperbandingkan, atau dijadikan bahan > > seminar atau pertengkaran. > > Biarlah setiap orang memilih istrinya sendiri-sendiri berdasarkan > > seleranya masing-masing, dan jagalah kemerdekaan masing-masing > > orang untuk menghormati dan mencintai istrinya masing-masing, tak > > usah rewel bahwa istri kita lebih mancung hidungnya karena > > bapaknya dulu sunatnya pakai calak dan tidak pakai dokter, > > umpamanya. Dengan kata yang lebih jelas, teologi agama-agama tak > > usah dipertengkarkan, biarkan masing-masing pada keyakinannya! " > > Cak Nun terus berkata: "Itulah prinsip kita dalam memandang > > berbagai agama. > > Sementara itu, misalnya ada orang muslim yang istrinya mau > > melahirkan padahal motornya gembos, silakan pinjam motor > > tetangganya yang beragama Katolik untuk mengantar istrinya ke > > rumah sakit. Atau, Pak Pastor yang sebelah sana karena baju > > misanya kehujanan, padahal waktunya mendesak, dia boleh pinjam > > baju koko tetangganya yang NU maupun yang Muhamadiyah. Atau ada > > orang Hindu kerja sama bikin warung soto dengan tetangga Budha, > > kemudian bareng-bareng bawa colt bak ke pasar dengan tetangga > > Protestan untuk kulakan bahan-bahan jualannya. > > Begitu!" > > Kami semua terus menyimak paparannya, dan Cak Nun melanjutkan: > > "Jadi ndak usahlah meributkan teologi agama orang lain. Itu sama > > aja Anda ngajak gelut tetangga Anda. Mana ada orang yang mau > > isterinya dibahas dan diomongin tanpa ujung pangkal. Tetangga- > > tetangga berbagai pemeluk agama, warga berbagai parpol, > > golongan, aliran, kelompok, atau apapun, silakan bekerja sama di > > bidang usaha perekonomian, sosial, kebudayaan, sambil saling > > melindungi koridor teologi masing-masing." > > "Kerjasama itu dilakukan bisa dengan memperbaiki pagar > > bersama-sama, bisa gugur gunung membersihkan kampung, bisa gotong > > royong membangun rumah ibadah, bisa pergi mancing bareng, bisa > > main gaple dan remi bersama. Tidak ada masalah Lurahnya mau > > Muslim, Cariknya Katolik, Kamituwonya Hindu, Kebayannya Gatholoco, > > atau apapun. Itulah lingkaran tulus hati dengan hati. Itulah > > maiyah " ujarnya. > > Ketika mengatakan itu nada Cak Nun datar, nyaris tanpa emosi. > > Tapi serius dan dalam. Saya menyimaknya sungguh-sungguh. Dan saya > > catat baik-baik dalam hati saya. Sayangnya dunia memang tidak > > ideal. Di negeri tercinta kita ini, di Ambon dan Palu, misalnya > > saya lihat terlalu banyak orang usil mengurusi isteri > > tetangganya. Begitu juga di berbagai tempat di dunia. Di Bosnia. > > Atau yang di Irak dan Afghanistan. Akibatnya ya perang dan hancur- > > hancuran. Menyedihkan. > > Sangat menyedihkan. > > > ------------------------------------ Post message: prole...@egroups.com Subscribe : proletar-subscr...@egroups.com Unsubscribe : proletar-unsubscr...@egroups.com List owner : proletar-ow...@egroups.com Homepage : http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: proletar-dig...@yahoogroups.com proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com <*> To unsubscribe from this group, send an email to: proletar-unsubscr...@yahoogroups.com <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/