perbandingan agama diperlukan untuk aanya toleransi; nah ini nih disini 
letaknya kita sama; jadi jangan hanya perbedaan saja yang dilihat !!!!!!


--- In proletar@yahoogroups.com, "widura" <a.widura@...> wrote:
>
> Nah lo ?...
> -----Original Message-----
> From: "Wong" <wong_gendeng05@...>
> Sender: proletar@yahoogroups.com
> Date: Sat, 30 Apr 2011 03:39:04 
> To: <proletar@yahoogroups.com>
> Reply-To: proletar@yahoogroups.com
> Subject: [proletar] Re: Mengapa filosofi ini keluar dari orang Muslim ?
> 
> Ainun Najib mengajak kita untuk tidak membanding bandingkan agama. Tapi 
> nyatanya dalam kurikulum di sekolah sekolah Islam sejak tingkat tsanawiyah 
> sudah di ajarkan Ilmu Perbandingan Agama, iki piye?
> 
> Rahayu
>  
> 
> --- In proletar@yahoogroups.com, "suryana" <gsuryana@> wrote:
> >
> > Istri Tetangga
> > Saya teringat waktu lebih dari 15 tahun yang lalu ketika belajar di Jogja. 
> > Waktu
> > itu, tiap Rabu malam, saya dan teman-teman memilih nglurug ke 
> > patang-puluhan,
> > rumahnya Cak Nun (Nurcholis Majid) , ini panggilan akrabnya penyair itu dan 
> > Kiai
> > mBeling Emha Ainun Nadjib.
> > 
> > Kami bikin forum melingkar di situ. Biasanya kami bicara soal kesenian atau
> > kebudayaan, tapi juga ngobrolin soal keagamaan. Forum itu diprakarsai oleh
> > Sanggar Shalahuddin. Komandannya anak Solo, Nasution Wahyudi. Ini nama asli
> > Jawa, nggak ada hubungannya dengan Nasution yang dari Medan. Pesertanya juga
> > tidak cuma mahasiswa atau pemuda yang beragama Islam. Pendek kata, pemeluk
> > berbagai agama berkumpul melingkar di situ.
> > 
> > Suatu malam, Cak Nun tanya pada kami di forum itu, "Apakah Anda semua punya
> > tetangga? " Wah, saya sebenarnya belum punya. Tetapi saya anak kost, tentu 
> > saja
> > kamar sebelah saya bisa disamakan dengan tetangga. Tetangga kost. Jadi saya
> > ikut-ikutan saja menjawab: "Tentu saja punya". Cak Nun melanjutkan bertanya:
> > "Punya istri enggak tetangga Anda? " Sebagian hadirin menjawab: "Ya, punya 
> > dong
> > "
> > Saya diam saja. Rasanya tetangga kost saya bujangan semua. Kebanyakan 
> > jomblo.
> > Maklum anak desa. Nggak pede ngajak pacaran teman kampusnya. Yang menarik 
> > adalah
> > pertanyaan berikutnya: "Apakah Anda pernah lihat kaki istri tetangga Anda 
> > itu..?
> > Jari-jari kakinya lima atau tujuh;  mulus atau ada bekas korengnya ?"
> > 
> > Saya mulai kebingungan. Nggak ngeh sama arah pembicaraan Cak Nun. Kebanyakan
> > menjawab: "Tidak pernah memperhatikan Cak. Ono opo Cak?"
> > Cak Nun ndak peduli. Dia tanya lagi: "Bodynya sexy enggak ?" Kami tak lagi 
> > bisa
> > menahan tertawa. Geli deh. Apalagi saya yang benar-benar tidak faham arah
> > pembicaraan itu. Cuma Cak Nun yang tersenyum tipis.
> > 
> > Jawabannya bagus banget. Dan ini senantiasai saya ingat sampai hari ini. 
> > Sebuah
> > prinsip pergaulan untuk sebuah negeri yang memilih Pancasila sebagai azas
> > tunggal: "Jadi ya begitu. Jari kakinya mau lima atau tujuh. Bodynya sexy 
> > atau
> > tidak, bukan urusan kita, kan? Tidak usah kita perhatikan, tak usah kita 
> > amati,
> > tak usah kita dialogkan, diskusikan atau perdebatkan. Biarin saja!"
> > 
> > "Kenapa, Cak ?" salah satu teman bertanya, penasaran. "Ya apa urusan kita 
> > ? "
> > Sebab, keyakinan keagamaan orang lain itu ya ibarat istri orang lain. Ndak 
> > usah
> > diomong-omongkan, ndak usah dipersoalkan benar salahnya, mana yang lebih 
> > unggul
> > atau apapun. Tentu, masing-masing suami punya penilaian bahwa istrinya 
> > begini
> > begitu dibanding istri tetangganya, tapi cukuplah disimpan didalam hati 
> > saja."
> > 
> > Saya pun menangkap apa yang dia maksudkan Cak Nun. Saya setuju dengan 
> > pandangan
> > itu. Dia melanjutkan serius: "Bagi orang non-Islam, agama Islam itu salah. 
> > Dan
> > itulah sebabnya ia menjadi orang non-Islam. Kalau dia beranggapan atau 
> > meyakini
> > bahwa Islam itu benar ngapain dia jadi non-Islam? Demikian juga, bagi orang
> > Islam, agama lain itu salah, justru berdasar itulah maka ia menjadi orang 
> > Islam.
> > Tapi, sebagaimana istri tetangga, itu disimpan saja di dalam hati, jangan
> > diungkapkan, diperbandingkan, atau dijadikan bahan seminar atau 
> > pertengkaran.
> > Biarlah setiap orang memilih istrinya sendiri-sendiri berdasarkan seleranya
> > masing-masing, dan jagalah kemerdekaan masing-masing orang untuk 
> > menghormati 
> > dan
> > mencintai istrinya masing-masing, tak usah rewel bahwa istri kita lebih 
> > mancung
> > hidungnya karena bapaknya dulu sunatnya pakai calak dan tidak pakai dokter,
> > umpamanya. Dengan kata yang lebih jelas, teologi agama-agama tak usah
> > dipertengkarkan, biarkan masing-masing pada keyakinannya! "
> >  Cak Nun terus berkata: "Itulah prinsip kita dalam memandang berbagai agama.
> > Sementara itu, misalnya ada orang muslim yang istrinya mau melahirkan 
> > padahal
> > motornya gembos, silakan pinjam motor tetangganya yang beragama Katolik 
> > untuk
> > mengantar istrinya ke rumah sakit. Atau, Pak Pastor yang sebelah sana karena
> > baju misanya kehujanan, padahal waktunya mendesak, dia boleh pinjam baju 
> > koko
> > tetangganya yang NU maupun yang Muhamadiyah. Atau ada orang Hindu kerja sama
> > bikin warung soto dengan tetangga Budha, kemudian bareng-bareng bawa colt 
> > bak ke
> > pasar dengan tetangga Protestan untuk kulakan bahan-bahan jualannya.
> > Begitu!"
> > Kami semua terus menyimak paparannya, dan Cak Nun melanjutkan: "Jadi ndak
> > usahlah meributkan teologi agama orang lain. Itu sama aja Anda ngajak gelut
> > tetangga Anda. Mana ada orang yang mau isterinya dibahas dan diomongin tanpa
> > ujung pangkal. Tetangga-tetangga berbagai pemeluk agama, warga berbagai 
> > parpol,
> > golongan, aliran, kelompok, atau apapun, silakan bekerja sama di bidang 
> > usaha
> > perekonomian, sosial, kebudayaan, sambil saling melindungi koridor teologi
> > masing-masing."
> > "Kerjasama itu dilakukan bisa dengan memperbaiki pagar bersama-sama, bisa 
> > gugur
> > gunung membersihkan kampung, bisa gotong royong membangun rumah ibadah, bisa
> > pergi mancing bareng, bisa main gaple dan remi bersama. Tidak ada masalah
> > Lurahnya mau Muslim, Cariknya Katolik, Kamituwonya Hindu, Kebayannya 
> > Gatholoco,
> > atau apapun. Itulah lingkaran tulus hati dengan hati. Itulah maiyah " 
> > ujarnya.
> > Ketika mengatakan itu nada Cak Nun datar, nyaris tanpa emosi. Tapi serius 
> > dan
> > dalam. Saya menyimaknya sungguh-sungguh. Dan saya catat baik-baik dalam hati
> > saya. Sayangnya dunia memang tidak ideal. Di negeri tercinta kita ini, di 
> > Ambon
> > dan Palu, misalnya saya lihat terlalu banyak orang usil mengurusi isteri
> > tetangganya. Begitu juga di berbagai tempat di dunia. Di Bosnia. Atau yang 
> > di
> > Irak dan Afghanistan. Akibatnya ya perang dan hancur-hancuran. Menyedihkan.
> > Sangat menyedihkan.
> >
> 
> 
> 
> 
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
>




------------------------------------

Post message: prole...@egroups.com
Subscribe   :  proletar-subscr...@egroups.com
Unsubscribe :  proletar-unsubscr...@egroups.com
List owner  :  proletar-ow...@egroups.com
Homepage    :  http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    proletar-dig...@yahoogroups.com 
    proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    proletar-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke