Waalaikumsalam Erwin..

saya akan komentar sedikit saja, kebetulan Otak masih menikmati sensualitas 
liburan kemarin yang saya manfaatkan sebiak baiknya.

mungkin akan lebih berguna jika erwin memberikan analisa dengan titik tolak 
dari kurikulum surau sehingga melahirkan orang seperti apa. trus dihubungkan 
dengan situasional ketika itu..bagaimana sosialnya, bagaimana politiknya 
termasuk jaman perjuangan ketika itu membutuhkan orang orang seperti apa dan 
menguasai bidang apa. sehingga nanti ada korelasi antara produk surau murni 
(meskipun ilmu itu sesungguhnya gak bisa dikatakan murni suatu produk lokal 
melainkan kumpulan dari pengetahuan dari seluruh dunia) ataupun produk surau 
yang berguru ke barat ataupun timur dengan kondisi sosial politik dan agama 
ketika itu.

disitu akan terlihat jawaban kenapa orang minnag jaman kemerdekaan menguasai 
hampir semua lini pergerakan maupun pemerintahan.

terakhir saya tetap menganggap tema produk lokal dan nasional ini tidak seksi 
untuk didiskusikan. saya belum melihat ada tokoh yang murni produk lokal. 
kecuali jaman filosof yunani dl mungkin yang berpikir tentang alam dan manusia. 
bagaimanapun pengetahuan yang kita rangkum dalam otak dan kepribadian kita 
adalah pengetahuan yang bersumber dari segala penjuru bumi. bagaimana kita akan 
mengklaim kita adalah produk lokal atau rantau ?

Erwin <[EMAIL PROTECTED]> wrote: 
Assalamu'alaikum WW

Kita lanjutkan yang kemarin.

Ini ada dua pertanyaan, soal melahirkan/kelahiran tokoh nasional dan soal 
sistem yang memberdayakan diri.

Sebelumnya saya ingin menyampaikan penghargaan kepada Pak Saaf yang memberi 
contoh baik dalam berargumentasi. Beliau sedapat mungkin menggunakan hasil 
penelitian untuk mendukung argumen, sehingga hasilnya tidak multitafsir. 
Dalam penelitian, variabel-variabelnya biasanya dinyatakan jelas untuk 
menghindari bias/multitafsir.

Di bawah ini hasil pengamatan saja, bukan dari seorang ahli budaya/sejarah 
atau peneliti budaya/sejarah.

Saya menggunakan dua perspektif hubungan adat-agama (ideologi) dan hubungan 
ranah-rantau untuk coba menjawab dua pertanyaan di atas. Jawaban disatukan 
karena dua hal ini keterkaitannya sangat erat.

A. Perspektif hubungan adat-agama
Perspektif ini rasanya bisa menjawab kedua soal di atas dan antara kasus 
budaya minang dan non minang relatif sama mengalaminya.

1. Pengaruh Hindu/Budha
Interaksi Budaya Jawa/Sunda dengan Hindu/Budha menghasilkan kerajaan-kerajaan 
besar Majapahit, Pajajaran, dll. (gak apal)
Interaksi yang sama di Sumatera (budaya Melayukah) menghasilkan kerajaan 
Sriwijaya.
Sementara saya tidak punya catatan episode ini terkait Minang. Jadi tidak bisa 
membandingkan dengan yang lain.
Kita bisa melihat bahwa interaksi ini membuat sebuah budaya melakukan 
pembelajaran dan bahkan bisa menyebarkan pengaruhnya sangat luas, tentunya 
juga ada tokoh-tokohnya yang kemudian dianggap menjadi tokoh nasional.

2. Pengaruh Islam awal
Interaksi Islam awal dengan budaya Jawa menghasilkan kerajaan Demak (adakah 
yang lain?)
Interaksi yang sama di Sumatera menghasilkan kerajaan Samudra Pasai.
Saya juga tidak punya catatan episode ini terkait Minang. Jadi tidak bisa 
membuat perbandingan.
Kasusnya sama dengan di atas.

3. Pengaruh Islam Modern
Hasil dari pengaruh Islam Modern yang utama adalah terbentuknya organisasi.
Di Jawa,
pada kaum tradisional, interaksi dengan islam modern berbuah NU dengan tokoh 
terkenal serta pengaruhnya yang masih ada sampai kini.
pada kaum abangan, interaksi dengan islam modern berbuah Muhammadiyah dengan 
tokoh terkenal serta pengaruhnya yang masih ada sampai kini.

di Minang,
episode ini mungkin bisa digambarkan sebagai episode surau (tolong dicermati, 
saya bukan ahli sejarah). Saya menduga sistem surau adalah metode pendidikan 
yang menyerupai pendidikan Rasulullah, sehingga lulusan pendidikan surau 
adalah orang-orang yang sudah matang dalam pendirian, visi dan berbagai skill 
yang lain. Tokoh seperti Buya Hamka yang tak lulus SD, Natsir yang menolak 
melanjutkan ke pendidikan tinggi, serta Agus Salim yang otodidak menunjukkan 
bahwa surau memang berhasil menyiapkan mereka. Ketika mereka keluar dari 
sistem surau memasuki sistem yang lain, mereka berubah menjadi penakluk. 
Tidak perlu saya ceritakan episode penaklukan mereka.

Yang menarik dan menjadi misteri bagi saya, kenapa surau yang menghasilkan 
orang-orang yang lebih berkaliber dari yang dihasilkan Muhammadiyah dan NU 
pada tahap itu, bisa hilang dan lenyap begitu saja. Mungkin ada sesuatu yang 
salah atau tidak berjalan dari interaksi agama dan adat pada episode ini di 
Minang sehingga tidak berjalan seperti di Jawa. Still mistery, isn't?

B. Perspektif Hubungan Ranah-Rantau

Saya agak kewalahan untuk membuat suatu korelasi hubungan Ranah-Rantau di 
Minang dengan membandingkan dengan budaya lain, sehingga saya memutuskan 
menyerah.

ada beberapa variabel yang tidak sinkron.
- antara ranah dan rantau menggunakan cara hidup yang berbeda, seperti hasil 
penelitian sebelumnya bahwa hampir 100 persen warga Minang tidak melakukan 
pola kekerabatan dan pewarisan sesuai ranah. Saya kesulitan mencari sistem 
budaya yang korelasinya seperti ini.
- saya juga tidak tahu apa definisi yang pas untuk sebuah etnis di rantau yang 
menerapkan pola hidup serta mengalami kondisi berbeda dengan budaya aslinya.


Saya tidak terlalu tertarik untuk berbicara soal ketokohan nasional/bukan 
nasional. Ini sesuatu yang absurd. Saya lebih melihat bagaimana sebuah sistem 
menghasilkan person-person yang siap menghadapi zamannya dan melakukan 
perubahan/menentukan arus zaman.

Demikian jawaban saya, yang mungkin salah.

Wassalam
Erwin Z



On Friday 30 March 2007 14:38, Erwin wrote:
> Ben, mohon maaf ya, aku kesulitan nerusin topiknya. radang tenggorokanku
> agak kambuh nih, padahal antibitiknya sudah mau habis. sementera topiknya
> baru buka lagi.
>
> Oke
> erwin z
>
> On Friday 30 March 2007 14:12, benni inayatullah wrote:
> > Adakah tokoh  dari daerah yang tidak muncul sebagai tokoh nasional yang
> > berawal dari jakarta / rantau ? silahkan lihat juga suku lain..atau lihat
> > diri sendiri..Busyet dah  mana ada daerah yang bisa mandiri begitu ?
> > negara maju saja masing2 punya keunggulan masing2 yang bisa dishare
> > ..alamak..
> >
> >
> > Erwin  wrote:
> > Inilah maksud pertanyaan ambo. Seberapa sanggup ranah menghasilkan orang
> > sekaliber mereka murni karena ranah, bukan karena rantau. Karena ke depan
> > tujuan kita sebenarnya adalah ranah itu sendiri yang memberdayakan
> > dirinya. Orang rantau, mungkin hanya memberi ide saja, gak punya kekuatan
> > lain.
>
> 




 
---------------------------------
Don't pick lemons.
See all the new 2007 cars at Yahoo! Autos.
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
Kami mengundang sanak untuk hadir dalam acara: "Wartawan mengajak Berdoa 
Bersama untuk Keselamatan Negeri" pada tanggal 8 April 2007 jam 08:00 di Masjid 
Istiglal. Acara ini terpicu oleh musibah terbakarnya Ustano Pagaruyuang dan 
Gempa di Sumbar.

Berhenti (unsubscribe), kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]

Konfigurasi dan Webmail Mailing List: http://groups.google.com/group/RantauNet
Daftar dulu di: https://www.google.com/accounts/NewAccount
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke