Dunsanak Benni yang saya hormati. Setuju dengan apa yang dunsanak sampaikan, bahwasanya kesejahteraan yang paling utama. Namun perlu diingat, bahwa kesejahteraan adalah sebuah otput dalam berbangsa. Dunsanak menyutuh saya bercontoh ke Cina. Memandang bangsa-bangsa China sebagai input dalam proses ini, mereka adalah masyarakat yang relatif homogen. Kompleksitas mereka sederhanakan dengan pengorbanan besar. Dunsanak Benni, berkaca ke pengalaman dan melihat di tempat lain. Mungkin kita perlu sampai pada kesimpulan, bahwa permasalahan kita adalah tentang belum terbentuknya sebuah bangsa Indonesia. Enam puluh tahun kita bereksperimen untuk itu. Trial and Error kita juga sudah terbukti belum mensejahterakan kita. Mari kita berkaca ke dunia luar, Jepang adalah sebuah homogenitas kebangsaan, Korea juga. Negara-negara di Eropah sepertinya juga begitu. Lihatlah Soviet, Yugoslavia dan terakhir Serbia Montenegro. Sepertinya kebangsaan yang relatif homogen adalah input terbaik sebelum kita memulai proses dalam bernegara. Mudah-mudahan kita bisa menghasilkan output yang OK dalam proses bernegara ini. Wassalam, UBGB benni inayatullah <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Bung Mantari dan Santo Jabok yang saya kasihi.. Gorbachev dan Yeltsin memang layak untuk ditokohkan tentunya bagi yang mencermati dan menyetujui ide ide besar mereka. Namun mereka bukanlah segala galanya bagi keruntuhan uni sovyet (jika ini bisa dianggap suatu prestasi) . Uni Sovyet pernah mengalami masa jaya sebagai negara adikuasa dengan kekuatan militer yang luar biasa menandingi Amerika Serikat bahkan dalam teknologi ruang angkasapun mereka tidak kalah. Faktor utama pecahnya Uni Sovyet menjadi serpihan-serpihan negara kecil bukanlah lantaran Glasnost dan Prestroika melainkan karena hukum ekonomi. Sedemikian rapuhnya ekonomi sovyet ketika itu mata uang mereka (rubel) bahkan tidak laku untuk jual beli, yang laku adalah dolar amerika. Kehidupan begitu susahnya sehingga timbul penolakan terhadap sistem ekonomi bahkan sistem pemerintahan yang komunis. Glasnost dan perestroika hanyalah menjadi faktor pendorong matangnya situasi sosial politik dan ekonomi ketika itu. Ini bukanlah soal sentralisasi, otonomi daerah apalagi komunisme. Sejarah berbagai negara membuktikan kekuatan ekonomi sangat menentukan. Lihatlah china saat ini yang tumbuh menjadi raksasa ekonomi padahal mereka menggunakan sistem komunis yang jauh dari demokratis. PRRI adalah masalah ekonomi dan kekuasaan dimana daerah merasa tidak puas dengan pembagian kesejahteraan dari pusat. Disaat jakarta menjadi proyek mercusuar disaat itu pula kelaparan melanda daerah2 yang turut berjuang mencapai kemerdekaan. Disisihkannya Hatta dari pemerintahan serta menguatnya komunisme hanyalah faktor pendorong saja bukan penyebab utama. Lihatlah indonesia saat ini negara demokrasi ketiga terbesar didunia. Tapi mengapa demokrasi tidak berkorelasi dengan kesejahteraan ? Kita tidak butuh Yeltsin kalau hanya sekedar untuk melahirkan slogan yang muluk muluk. Kita sudah punya presiden yang mimpinya bahkan melebihi mimpi gorbachev dan yeltsin. Kita sudah punya Amien Rais yang melahirkan reformasi. Kita sudah punya Munir yang berjuang menegakkan HAM hingga tetes darah terakhir. Bangsa ini sudah punya segala –galanya. Bangsa ini hanya tidak mempunyai pemimpin yang memiliki hati nurani untuk menyadari bahwa hukum tertinggi adalah kesejahteraan masyarakat, Sales Patriae Suprame Lex. Sesungguhnya Jika mereka mereka telah menyadari itu tidak sulit menyembuhkan bangsa yang sakit ini. yang dibutuhkan masyarakat tidaklah muluk muluk : Otak cerdas, badan sehat, saku penuh. Pendidikan, kesehatan dan pertumbuhan ekonomi. Jadi mengapa terpaku dengan sistem politik dan slogan-slogan mewah ? Kita tidak butuh Yeltsin di negara ini, yang kita kita butuh adalah Pemuda seperti Bung Mantari dan Santo Jabok yang memiliki visi besar dan bukannya omong besar ! Kita butuh Bung Mantari dan Sutan Jabok yang mampu memahami realitas dan bukannya ternina-bobokan oleh slogan slogan anti kemapananI Kita butuh pemuda-pemuda seperti Bung Mantari dan santo Jabok yang memiliki empati kepada mereka yang termarginalkan secara ekonomi dan bukannya mengekalkan feodalisme dangan menjilat telapak kaki penguasa ! kita kita semua butuh jiwa muda yang cerdas, punya visi, boleh berpikir radikal namun tidak melupakan realita. Selamat mendepa Jaman ! Salam Ben
--------------------------------- Ahhh...imagining that irresistible "new car" smell? Check outnew cars at Yahoo! Autos. --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~ Berhenti (unsubscribe), kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] Konfigurasi dan Webmail Mailing List: http://groups.google.com/group/RantauNet Daftar dulu di: https://www.google.com/accounts/NewAccount -~----------~----~----~----~------~----~------~--~---