Wah.exactly true.
Ambo sepakat tentag konsep surau modern.
Ambo membayangkan,setiap kab-kota buat sekolah SD,SMP yg "surau plus".
Baru di tingkat provinsi dibuat satu SMA "surau modern".
Di kab+kota itu u sd smp,integral.baraja 
mangaji,basilek,baretong(eksakta),badebaik(sosial 
sciences,sastra,filsafat),tekologi(it,riset,dll)

Nah,ikolah nan awak siapkan jd "kawah candradimuka" kader minangkabau masa 
depan.
U kuliahnyo bialah terserah nyo ka pai kama.kok indak ka kuliahnyo.kok 
kamanggaleh,kok ka kakuliah ka jawa,ka eropa,ka amerika,ka mars.katuju di 
atinyo se lah.

Tu lah pandai tagak se beko tu.

Salam

MIFTSabri


-----Original Message-----
From: [EMAIL PROTECTED]

Date: Wed, 9 Jan 2008 08:07:21 
To:RantauNet <RantauNet@googlegroups.com>
Subject: [EMAIL PROTECTED] Re: Peran Surau?.



Kita lanjutkan,
Kebetulan saya punya pandangan lain.
kita bertitik tolak pada seberapa besar peran/pengaruh surau.

dari membaca tulisan sekilas di bawah dan penjelasan yang ada
sebelumnya terkait surau, saya mempunyai asumsi
bahwa surau lebih didisain untuk pendidikan dasar dan memang berhasil.
surau belum menjadi alternatif untuk pendidikan lanjutan.

saya cenderung menggunakan term pendidikan anak yang disampaikan
sahabat Ali RA, yang membagi pendidikan anak atas tiga fase, yaitu
usia 0-7 tahun (anak adalah raja), 7-14 tahun (anak adalah prajurit),
dan 14-21 tahun (anak adalah panglima). kalau untuk fase sekarang
mungkin adalah fase sangat mendasar, dasar, dan lanjutan.

tokoh-tokoh yang disebutkan, paling tidak mendapatkan pendidikan dasar
(hingga 14 tahun) di ranah sehingga pendidikan surau mau tidak mau ada
pengaruhnya di tingkat dasar, dan mungkin juga di tingkat yang lebih
mendasar (0-7 tahun).

keberhasilan surau, menurut saya, adalah keberhasilan pendidikan
dasar. keberhasilan pendidikan dasar ini bisa dilihat dari kualitas
yang hampir merata dari tokoh-tokoh minang. porsi keberhasilan mereka
di tingkat lanjutan hanya membagi-bagi bidang kerjanya saja, tapi dari
sudut ketokohan, mereka hampir merata, kalau kata kita sekarang, beda-
beda tipislah. antara Hamka yang tidak tamat SD dan Natsir yang
sekolah guru sama kualitasnya.

keberhasilan pendidikan dasar ini, juga membuat saya berasumsi bahwa
kondisi ranah waktu itu cukup kondusif, baik dari sisi sosial,
ekonomi, dan lainnya.

bagaimana dengan robohnya surau kami?

dari pembahasan-pembahasan sebelumnya, ada beberapa alasannya. dari
ibu Hanifah, disebutkan faktor kebijakan pemerintah atas sekolah umum
sehingga meminggirkan surau dan sekolah  berbau agama, merupakan salah
satu faktor.

namun, saya cenderung berpendapat bahwa faktor ranah yang tidak
mendukung keberlangsungan surau adalah masalah utamanya. tidak adanya
dukungan ini menyebabkan tokoh-tokoh agama lebih memilih merantau
daripada mengurus surau.

kalau kita perhatikan, sekolah-sekolah islam seperti surau, namun
lebih tradisional, yaitu pesantren-pesantren yang ada di jawa, toh
bisa bertahan, dengan dukungan kultural.

setelah era proklamasi dan PRRI yang ternyata juga merupakan era
pudarnya/robohnya surau, boleh dikatakan
menjadi era transisi. generasi minang kemudian yang ada di rantau
adalah bukan generasi surau. kalaupun mereka mendapat pendidikan di
rantau, lebih banyak pengaruh kultural rantau yang diserap.

tiba-tiba kita memasuki zaman globalisasi. kita dibuat terheran-heran,
bagaimana pesantren-pesantren yang merupakan perpaduan kultural dan
agama di jawa dan tempat lainnya (kalau sulawesi yang terkenal ya
bugis/makassar) misalnya, yang dulu begitu tradisional, mampu
bermetamorfosis. atau yang lebih modern, dengan nama pondok pesantren
modern, sama saja. lulusannya excellent, jaringannya kokoh.

kita orang minang pun bertanya-tanya. kenapa begini jadinya, bukankah
surau kita dulu lebih maju? bukankah kultur
kita dulu lebih tinggi? Kita menjawab sendiri, seperti kata pak Saaf:
orang berjalan maju, sementara kita berjalan di
tempat atau bahkan mundur.

Ternyata, surau kita surau yang roboh, surau orang surau modern.

demikian pengamatan saya yang mungkin salah,
selamat tahun baru hijriyah

wassalam
erwin z

On Jan 9, 3:12 pm, Syafrinal Syarien <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> Ini kasus lain...
> Matsuda ditempa oleh lingkungan masa kecilnya untuk
> menjadi seorang entreprenuer dan street smart. Suatu
> hal yang tidak pernah diperoleh dari kehidupansurau.
> Seandainya masa belia Matsuda dihabiskan disurau,
> niscaya dia tidak akan seperti sekarang :)
>
> Jaman dulu, tradisinya anak bujang kalau sudah
> sekali-duakali mimpi basah biasanya ia merasa malu
> kalau masih tidur di rumah ortu. Disuraulah dia
> paling sering nongkrong dengan teman-teman sebaya
> sembari belajar mengaji alif-ba-ta, dan sesekali harus
> menerima cambukan rotan kalau ia salah mengeja huruh
> hija-iyah atau salah tajwid. Disuraujuga ia tidur
> bersama teman-teman sejenis, dan syukur-syukur tidak
> terpicu homoseksualitas seperti segelintir kejadian di
> pesantren.
>
> Bung Hatta - Ekonom dan Politikus => apakahsurau
> mendidiknya ilmu ekonomi selain alif-ba-ta?
> Sutan Sjahrir - Politikus fasih 5 bahasa internasional
> -> apakahsuraumengajarinya bahasa Perancis &
> Inggris? Saya sangsi, jangan-jangan bahasa Arab saja
> tidak pernah diajarkan disuraukarena tidak ada guru
> yang kompeten berbahasa Arab.
> Agus Salim - Politikus dan Diplomat -> apakahsurau
> mengajarinya soal politik dan hubungan internasional?
> Tan Malaka - Politikus sayap kiri -> apakahsurau
> mengajarkannya untuk menjadi seseorang sosialis?
>
> Disuraujaman dulu, para ABG itu hanya belajar
> mengaji dan tidur bersama di atas satu tikar (sampai
> muncul istilah "salapiak sakatiduran").
>
> Kalau benar pola pendidikansurauitu cukup hebat,
> seharusnyasuraumasih bertahan sampai sekarang.
> Kenyataannyasurausudah banyak yang roboh seperti
> yang diceritakan A.A. Navis dalam "RobohnyaSurau
> Kami".
>
>
>



--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
Website: http://www.rantaunet.org 
=============================================================== 
UNTUK SELALU DIPERHATIKAN:
- Selalu mematuhi Peraturan Palanta RantauNet lihat di 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-palanta-rantaunet
- Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan reply. 
- Posting email besar dari >200KB akan di banned, sampai yang bersangkutan 
menyampaikan komitmen akan mematuhi Tata Tertib yang berlaku. 
- Email attachment, DILARANG! Tawarkan kepada yang berminat dan kirim melalui 
jalur pribadi.
=============================================================== 
Berhenti, kirim email kosong ke: 
[EMAIL PROTECTED] 

Webmail Mailing List dan Konfigurasi teima email, lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe 
Dengan terlebih dahulu mendaftarkan email anda pada Google Account di
https://www.google.com/accounts/NewAccount

-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Reply via email to