Untuk tambahan refrensi, mungkin bisa baca buku "Sejarah Perjuangan Kemerdekaan RI di Minangkabau 1945 - 1950 Jilid 1 dan 2" , yg Disusun dan Diterbitkan Oleh Badan Permurnian Sejarah Indonesia - Minangkabau (BPSIM) Powered by Telkomsel BlackBerry®
-----Original Message----- From: Akmal Nasery Basral <ak...@rantaunet.org> Sender: rantaunet@googlegroups.com Date: Fri, 29 Mar 2013 07:46:24 To: rantaunet@googlegroups.com<rantaunet@googlegroups.com> Reply-To: rantaunet@googlegroups.com Subject: Re: [R@ntau-Net] Sekali Lagi tentang Novel Sejarah Presiden Prawiranegara Pak Saaf n.a.h., 1. Betul bahwa rombongan Hatta ke Kiktinggi yang diikuti Mr. Sjafruddin Prawiranegara juga diikuti oleh tokoh-tokoh militer seperti Letkol Akil Prawiradiredja dan Kolonel Hidayat yang merupakan Panglima Teritorium Sumatra saat itu. Hal itu juga ambo tulis dalam "Presiden Prawiranegara" (Bab 1 "Dijemput Bung Hatta"). Tetapi kita juga tahu, bahwa antisipasi gerilya itu merupakan strategi yang (konon) akan dipimpin oleh Bung Karno sendiri, sekiranya pecah perang lanjutan. Tugas utama Pak Sjaf sebagai Menteri Kemakmuran tetaplah pada sektor ekonomi, misalnya mengontrol penetapan Peraturan Pemerintah No. 29/1948 tentang Pemberantasan Penimbunan Barang Penting (padi, gabah, beras, tepung beras, menir, gaplek, tapioka, gula, garam, kopi, teh, dan minyak tanah), di mana penduduk biasa yang bukan pedagang/petani hanya diperbolehkan menyimpan jumlah maksimal 15 kg beras/padi/jagung, 1 kg gula, 0,5 kg garam, 1 liter minyak tanah, 0,25 kg teh, 1 kg biji kopi dan 0,5 kg kopi bubuk. Bagi pedagang, batasan itu menjadi 500 kg beras/padi/jagung, 500 kg gula, 100 kg garam, 100 liter minyak tanah, 100 kg teh, 200 kg biji kopi dan 100 kg kopi bubuk. Sementara petani hanya diperbolehkan memiliki maksimal hasil usahanya selama musim panen ditambah dua bulan berikutnya. Pengecualian diberikan pada saat Ramadhan ketika orang Islam harus memberikan zakat fitrah. Saat itu setiap orang diperbolehkan memiliki beras sampai 3 kg lebih banyak dari yang diizinkan. Adapun untuk penerima zakat, boleh menyimpan kelebihan beras itu selama dua bulan setelah menerima zakat ... Kuding (nama panggilan Sjafruddin Prawiranegara -- ANB) tahu bahwa pembatasan kepemilikan bahan pokok memang terlampau ketat, tetapi dia tak punya pilihan lain. Tanpa adanya peraturan tegas, penimbunan bahan makanan bisa dilakukan semena-mena oleh para spekulan yang bisa semakin menyulitkan rakyat di tengah kondisi ekonomi yang sedang terjun bebas. ("Presiden Prawiranegara, hal. 110-111) 2. Tentang telegram mandat (radiogram), ada baiknya kita cermati bahwa bobot dua mandat dari Yogya (satu untuk Pak Sjaf dan satu untuk Dr. Sudarsono di India) agak berbeda. Radiogram untuk Pak Sjaf ditandatangani BK dan BH sebagai Presiden dan Wapres. Radiogram untuk Dr. Sudarsono ditandatangani BH dan Agus Salim sebagai Wapres dan Menlu, jadi bobotnya sedikit lebih rendah. Selain itu pada radiogram untuk Dr. Sudarsono jelas tertulis bahwa jika "ikhtiar Mr. Sjafruddin Prawiranegara membentuk Pemerintah Darurat tidak berhasil, kepada saudara dikuasakan untuk membentuk Exile Government Republik Indonesia di New Delhi. Harap dalam hal ini berhubungan dengan Mr. Sjafruddin Prawiranegara di Sumatra ..." ("Presiden Prawiranegara", hal. 85). Jadi Pak Saaf, semakin jelas terlihat bahwa radiogram untuk Dr. Sudarsono fungsinya adalah sebagai "Plan B" jika "Plan A" berupa pembentukan PDRI tidak jalan. Itu pun, sesuai redaksional radiogram, Dr. Sudarsono tak bisa jalan sendiri, tetap harus berkoordinasi dengan Mr. Sjafruddin Prawiranegara. Sayangnya, ketika kedua kawat ini hendak dikirimkan kepada dua penerima, kantor PTT (Pos Telepon Telegraf) di Yogyakarta sudah diduduki Belanda sejak pagi 19 Desember 1948, sehingga tak diketahui keduanya (Pak Sjaf dan Dr. Sudarsono) pada kesempatan pertama. 3. Sejauh data yang saya punya, TIDAK BETUL jika usulan membentuk PDRI datang dari Gubernur Sumatra, Mr. TM Hasan. Sebab, kalimat radiogram yang dikuasakan untuk Mr. Sjafruddin Prawiranegara, Menteri Kemakmuran, jelas-jelas menyebutkan "untuk membuat Republik Darurat di Sumatra" (Kalimat lengkap kawat/radiogram itu ada di "Presiden Prawiranegara", hal. 84-85). Yang kedua, dalam pertemuan dadakan 19 Desember itu (Mr. TM Hasan BUKAN sebagai Gubernur Sumatra, tapi Komisaris Pemerintah Pusat Untuk Sumatra. Jabatan Gubernur saat itu dipegang Nasrun. Mr TM Hasan menjadi Gubernur Sumatra bukan pada saat itu), Mr. Sjafruddin sudah menjelaskan kepada hadirin bahwa sebulan sebelumnya rapat kabinet di Jogja sudah melakukan simulasi seandainya ibukota jatuh, maka akan dibentuk PDRI. Tapi dalam bayangan Pak Sjaf, PDRI itu akan dipimpin oleh Bung Hatta sendiri. Ternyata Bung Hatta juga ditangkap Belanda sehingga pemerintahan lumpuh, terjadi PowerShot vacuum. Nah, Pak Saaf n.a.h, dalam rapat itulah Mr. Sjaf yang awalnya mengusulkan agar Mr. TM Hasan yang memimpin PDRI karena beliau lebih senior dari dirinya (Umur Sjafruddin waktu itu 37 tahun, umur TM Hasan 42 tahun). Tapi TM Hasan justru berargumen meski dia lebih tua, tapi dalam pemerintahan Sjafruddin lebih tinggi karena merupakan anggota kabinet (Menteri Kemakmuran) sedangkan dia Komisaris Pemerintah Pusat Untuk Sumatra. Sehingga dengan argumen yang mengunci seperti itu, kesepakatan tercapai. 4. Di luar diskusi kita yang sudah agak panjang lebar ini, sebetulnya ada satu argumen pendek yang sangat valid dan tak terbantahkan bahwa Sjafruddin Prawiranegara adalah memang Presiden PDRI, bukan hanya "Ketua PDRI". Argumen itu ada pada "Memoir" Bung Hatta, yang kini diterbitkan ulang menjadi "Untuk Negeriku: Sebuah Otobiografi" (2011). Silakan Pak Saaf baca buku ketiga "Menuju Gerbang Kemerdekaan" pada hal. 197. Di sana Bung Hatta memberikan sub judul 6 kalimat yang seharusnya sudah menjernihkan segala perdebatan semacam ini sejak awal. Sub judul yang diberikan Bung Hatta adalah: Sudirman Terus Bergerilya, Sjafruddin Presiden Darurat. Singkat, jelas, tidak ambigu sama sekali. Apalagi dengan penjelasan Bung Hatta pada halaman. 197-199. Bung Hatta adalah sosok yang mengajak (dan menugaskan) Sjafruddin ke Bukittinggi sebulan sebelum Agresi Militer II, Bung Hatta adalah sosok yang merekomendasikan nama Sjafruddin sebagai penerima mandat PDRI pada rapat kabinet (dadakan) di Jogjakarta, pada Minggu pagi, 19 Desember 1948 yang rusuh, dan Bung Hatta pula yang menuliskan dalam otobiografinya yang jernih. Tak ada saksi mata PDRI yang sesahih Bung Hatta. Bahkan Bung Karno pun tak. Apalagi orang lain yang tak berada dalam pusaran sejarah itu. Tapi kalau argumen no. 4 ini saya sampaikan sejak awal, tentu akan kurang menarik diskusi kita ya Pak Saaf, karena semua langsung selesai sebelum debat dimulai. Wassalam, ANB Cibubur Pada Kamis, 28 Maret 2013, Dr Saafroedin Bahar menulis: > Bung Akmal, tarimo kasih ateh tambahan bahan hasil wawancara jo keluarga > pak Sjaf, nan indak ado di buku-buku sejarah lainnyo tu. Juo tarimo kasih > ateh tambahan saran ka ambo supayo mamparatikan aspek kontekstual. > Izinkan ambo manambahkan aspek kontekstual iko, khususnya strategi > militer, bukan hanyo soal konflik Mayor Bedjo jo Mayor Malau sajo, tapi > dalam rangko mahadoki Agresi Balando Kaduo. > Ado duo hal nan paralu kito paratikan dalam hal iko, yaitu posisi Yogya > sbg sisa daerah Republik nan tingga 'salaweh daun kelor' dan banyaknyo > anggota Divisi Siliwangi nan hijrah ka Yogya sasudah perjanjian Renville th > 1947. Seluruh pimpinan militer di Yogya wakatu itu sangat sadar bhw capek > atau lambek, Balando akan melancarkan agresi. Panglima Besar Soedirman, > KSAP Simatupang, dan Panglima Komandemen Jawa Nasution - mantan Panglima > Siliwangi- alah mampasiapkan strategi ( " Ermattung", "Wehrkreise"). > Para perwira Siliwangi ikolah yg manyaranankan agar dibuek pangkalan di > Sumatera, khususnyo Sumatera Tengah, nan masih dikuasoi Republik. Aceh > memang indak diduduki Balando tapi jauah bana, sadangkan Tapanuli dan > Sumatera Timur alah diduduki Balando. Saparati kito tahu Kalimantan, Bali > jo saluruah Indonesia bagian Timur alah labiah dahulu dikuasoi Balando. > Jadi pilihan ka Sumatera Tengah memang tapek. Di Ibukota Bukiktinggi ikolah > bamarkas Panglima Komandemen Sumatra Soehardjo Hardjowardojo dan Gubernur > Sumatra, Mr. TM Hasan. > Salain itu, Divisi IX Banteng di bawah Panglima Kolonel Ismael Lengah dan > Dewan Pertahanan Daerah di bawah Chatib Sulaiman basarato jajarannyo nan > tadiri dari Gubernur Militer, Bupati Militer, Camat Militer, sarato > Walinagari Parang alah siap, bukan hanyo jo sanjato nan dibali dari > Singapura, tapi juo Doktrin Gerpolek karangan Tan Malaka nan banyak dibaco > dek perwira-perwira TNI wakatu itu. > Tapi ado masalah yaitu program Re-Ra Hatta thn 1948 utk merasionalisasi > TNI, nan memang paralu di Jawa, dan handak baliau pasokan juo di Sumatera, > nan dalam sagalo hal mampu tagak surang. > Bisa difahami bahaso Panglima Divisi IX Banteng Kolonel Ismael Lengah > manulak rencana Re-Ra Hatta iko, nan salain jaleh baakibat dikuranginyo > jumlah kesatuan, juo banyak nan akan turun pangkek. Padohal kan baru kali > itu urang awak masuak tentara, balain jo urang Jawa atau urang Batak. > Sudah barang tantu Bung Hatta tabik suga, Kolonel Ismail Lengah bukan sajo > langsung dicopot, tapi juo langsuang diangkuik ka Yogya jo rombongan Bung > Hatta. Pokoknyo Re-Ra harus jalan, nan mangarengkang, copot. Urang tapaso > patuah, sahinggo wakatu Balando malancarkan Agresi Militer Kaduo, kondisi > TNI masih bapetai-petai. Untuang ado jajaran BPNK nan mampu bergerilya > sacaro mandiri panuah. > Singkeknyo, baiak dlm bidang ekonomi bahkan dalam bidang militer, Sumatera > bisa tagak surang. Amai-amai Bukik Tinggi bahkan mampu mangumpuakan ameh > sabanyak 14 kg, dijua utk mambali pesawat angkut ringan RI-003 "Avro Anson" > di Songkla, Thailand. Memang indak ado alasan utk melaksanakan Re-Ra di > Sumatera. > Paralu kito ingek, bahaso dalam rombongan pak Sjaf bulan November 1948 tu > bukan hanyo ado anggota nan berlatarbelakang ekonomi, tapi juo ado > rombongan perwira Siliwangi nan mangusulkan pembentukan pangkalan gerilya > di Sumatera. Baliau-baliau ikolah nan mamparatikan aspek strategi militer > iko, tantu bukan pak Syaf nan samo sakali indak ado latar belakang militer. > Mudah-mudahan aspek strategi militer iko (= kontekstual) alah masuak dalam > pertimbangan bung Akmal. > Tantang telegram mandat ka pak Sjaf, bana baliau indak tahu, karano > rombongan PTT mangungsi ka arah Palupuah di Utara, rombongan pak Sjaf ka > Halaban di Timur. Tapi jan lupo, keputusan mambantuak PDRI bukan di > Halaban, tapi di Gedung Tamu Agung tgl 19 Desember 1948, di ateh Ngarai, > nan kini jadi Museum Perjuangan. Ado keterangan bhw nan mausulkan > mambantuak PDRI tu justru Gubernur Sumatra, Mr.TM Hasan. Di Halaban tu > mamfinalisasikan susunan PDRI nan kudian dikirimkan jo radiogram dek unit > PHB TNI-AU di bawah pimpinan Letnan Udara Said Oemar. > Lagipulo mandat mambantuak pemerintahan darurat bukan hanyo dikirimkan ka > pak Sjaf, tapi juo ka Dubes Sudarsono di India, dan Dubes LN Palar di PBB. > Itu bahan-bahan nan ambo dapek dalam rangka mampasiapkan disertasi ambo di > UGM (1996), tantu jo bahan nan dapek dek ambo sampai wakatu itu. Indak > tatutuik kamungkinan ado bahan baru, saparati nan bung Akmal sampaikan. > Jadi maafkanlah ambo kok ambo dianggap indak kontekstual karano masih > tetap takana jo 'Ketua PDRI" tiok ambo mandanga namo pak Sjaf. Manuruik > ambo, nomenklatur ' Presiden Prawiranegara' indak labiah dari rekonstruksi > nan ahistoris, karano memang indak pernah ado wacana ttg itu antaro 19 > Desember 1948 - 13 Juli 1949. Sia pulo nan kamangana soal pangkek itu dalam > suasana bakalibuik tu ? Sakali lai, maafkanlah ambo dek karano masih alun > yakin. > Wassalam, > SB. > Saafroedin Bahar. Taqdir di tangan Allah swt, nasib di tangan kita. > > -- > . > * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain > wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ > * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. > =========================================================== > UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: > - DILARANG: > 1. E-mail besar dari 200KB; > 2. E-mail attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; > 3. One Liner. > - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: > http://rantaunet.wordpress.com/2011/01/01/tata-tertib-adat-salingka-palanta-rntaunet/ > - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting > - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply > - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & > mengganti subjeknya. > =========================================================== > Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: > http://groups.google.com/group/RantauNet/ > --- > Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari > Grup Google. > Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, > kirim email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com<javascript:;>. > Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out. > > > -- . * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. E-mail besar dari 200KB; 2. E-mail attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://rantaunet.wordpress.com/2011/01/01/tata-tertib-adat-salingka-palanta-rntaunet/ - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti subjeknya. =========================================================== Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/ --- Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Grup Google. Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com . Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out. -- . * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. E-mail besar dari 200KB; 2. E-mail attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://rantaunet.wordpress.com/2011/01/01/tata-tertib-adat-salingka-palanta-rntaunet/ - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti subjeknya. =========================================================== Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/ --- Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Grup Google. Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com . Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.